Heboh Kabar Shopee Akan Lakukan PHK Massal, Bagaimana dengan di Indonesia?

Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati

22 Agustus 2022, 12.42

www.gramedia.com

Shopee, e-commerce yang berbasis di Singapura kabarnya akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran di seluruh wilayah operasional. Selain di Asia Tenggara, bisnis Shopee tersebar pula di Taiwan, Meksiko, Cile, Brasil, dan Kolombia, dilansir dari TEMPO.CO, Jakarta.

Keputusan itu sudah diumumkan kepada karyawan pada pertemuan yang dipimpin oleh seorang eksekutif dari Sea Group, perusahaan induk Shopee. Keputusan PHK diambil untuk merasionalisasikan bisnis.

Tetapi, eksekutif Shopee tak memberitahukan alasannya. Adapun staf Shopee diberitahu bahwa akan memperoleh pemberitahuan melalui email yang berisi nama-nama karyawan yang terkena dampak.

Dikutip dari Dealstreetasia, Senin, 13 Juni 2022, PHK Shopee ini sudah mempengaruhi karyawan di beberapa pasar di Asia Tenggara termasuk Indonesia, Thailand, dan Vietnam. PHK ini  dilakukan melalui email oleh perusahaan.

Rencana PHK ini muncul hanya beberapa bulan setelah tersiar kabar keputusan Shopee menutup operasinya di India dan memberhentikan lebih dari 300 pekerja di negara itu.

Khusus PHK di Thailand kabarnya hampir memangkas setengah dari tim ShopeePay dan ShopeeFood. Sampai berita ini tayang, konfirmasi ke pihak Shopee Indonesia belum direspons. Di instastory @ecommurz, kabarnya ShopeePay dan ShopeeFood Indonesia tak terkena PHK massal tersebut.

Kinerja keuangan Sea Group, induk Shopee

Di tengah ramainya pemberitaan mengenai rencana PHK massal oleh Shopee, kinerja keuangan Sea Group sebenarnya membaik. Hal ini bisa dilihat dari perbaikan pendapatan pada kuartal I tahun 2022.

Tetapi sebagian besar pendapatan perusahaan berasal dari lini Garena yang bermain di industri gim. Per kuartal pertama ini, pendapatan Sea Group naik 64,4% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi US$ 2,9 milyar. Tetapi di saat yang sama rugi bersih perseroan naik 37,4% yoy menjadi US$ 580,13 juta.

Lini bisnis Shopee walau masih mencatat rugi, namun menunjukkan perbaikan. Hal ini di antaranya terlihat dari transaksi yang melonjak 71,3% yoy menjadi US$ 1,9 milyar dan GMV yang tumbuh 38,7%, menjadi US$ 17,4 milyar.

Shopee juga saat ini tengah berhadapan dengan kenaikan inflasi dan suku bunga yang akan menahan laju konsumsi. Sebelumnya, Shopee sudah menutup bisnisnya di Prancis yang baru berumur 5 bulan, karena tak sesuai dengan ekspektasi.

Baru-baru ini, Shopee juga menutup bisnis di India setelah 6 bulan beroperasi. Di Asia Tenggara, kompetisi bisnis pesan-antar makanan daring antara Shopee dengan Grab dan GoTo pun terbilang ketat.

Sampai akhir tahun 2021, Grabfood dan Foodpanda masih menguasai industri tersebut dengan GMV tertinggi. Grabfood dalam hal ini memimpin pasar pesan-antar makanan daring dengan angka sebesar US$ 7,6 milyar.

Sementara di posisi ke 2 terdapat Foodpanda dengan nilai GMV per akhir 2021 sebesar US$ 3,4 milyar. Kemudian di posisi ke 3, bertengger Gofood milik GoTo yang memiliki nilai GMV pada periode yang sama sebesar US$ 2 milyar. Sedangkan Shopee lewat ShopeeFood menempati posisi ke 4 dengan nilai GMV sebesar US$ 900 juta di periode yang sama.


Disadur dari sumber msn.com