Geodesi dan Geomatika

Sistem Pemosisi Global

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 15 Juli 2022


Sistem Pemosisi Global (bahasa InggrisGlobal Positioning System (GPS)) adalah sistem untuk menentukan letak di permukaan bumi dengan bantuan penyelarasan (synchronization) sinyal satelit. Sistem ini menggunakan 24 satelit yang mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima di permukaan, dan digunakan untuk menentukan letak, kecepatan, arah, dan waktu. Sistem yang serupa dengan GPS antara lain GLONASS RusiaGalileo Uni EropaIRNSS India.

Sistem ini dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat, dengan nama lengkapnya adalah NAVSTAR GPS (kesalahan umum adalah bahwa NAVSTAR adalah sebuah singkatan, ini adalah salah, NAVSTAR adalah nama yang diberikan oleh John Walsh, seorang penentu kebijakan penting dalam program GPS). Kumpulan satelit ini diurus oleh 50th Space Wing Angkatan Antariksa Amerika Serikat. Biaya perawatan sistem ini sekitar US$750 juta per tahun,  termasuk penggantian satelit lama, serta riset dan pengembangan.

GPS Tracker atau sering disebut dengan GPS Tracking adalah teknologi AVL (Automated Vehicle Locater) yang memungkinkan pengguna untuk melacak posisi kendaraan, armada ataupun mobil dalam keadaan Real-Time. GPS Tracking memanfaatkan kombinasi teknologi GSM dan GPS untuk menentukan koordinat sebuah objek, lalu menerjemahkannya dalam bentuk peta digital.

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Sistem Pemosisi Global

Geodesi dan Geomatika

Kartografi

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 15 Juli 2022


Kartografi ( /kɑːrˈtɒɡrəfi/; berasal dari bahasa Yunani chartes χάρτης, "papirus, selembar kertas, peta", dan graphein γράφειν, "tulis") merupakan sebuah studi dan seni membuat peta. Kartografi menggabungkan sainsestetika, dan teknik, untuk bisa menyatakan bahwa realitas (atau realitas yang dibayangkan) dapat dimodelkan dengan cara yang bisa mengomunikasikan informasi spasial secara efektif.

Tujuan mendasar dari kartografi tradisional adalah untuk:

  • Tetapkan agenda peta dan pilih ciri-ciri objek yang akan dipetakan. Ini adalah perhatian dari pengeditan peta. Ciri mungkin fisik, seperti jalan atau daratan, atau mungkin abstrak, seperti toponim atau batas politik.
  • Mewakili medan objek yang dipetakan pada media datar. Ini adalah perhatian dari proyeksi peta .
  • Menghilangkan karakteristik objek yang dipetakan yang tidak relevan dengan tujuan peta. Ini adalah perhatian generalisasi .
  • Kurangi kerumitan karakteristik yang akan dipetakan. Ini juga menjadi perhatian generalisasi.
  • Atur elemen peta untuk menyampaikan pesannya kepada audiensnya. Ini adalah perhatian dari desain peta .

Kartografi modern merupakan sebuah landasan teori dan praktik dari sistem informasi geografis dan ilmu pengetahuan informasi geografis.

Sejarah

Lukisan Batu Valcamonica (I), Paspardo r. 29, komposisi topografi, milenium ke-4 SM

Peta Bedolina dan penelusurannya, abad ke-6 hingga ke-4 SM

Sebuah peta abad Bizantiumke-14 menggambarkan Kepulauan Inggris diambil dari naskah Geografi Ptolemaeus, menggunakan angka Yunani untuk yang koordinatnya : 52-63 ° N dari khatulistiwa dan 6-33 ° E dari Meridian Utama Ptolemaeus di Kepulauan Beruntung .

Salinan dari peta TO dunia St. Isidorus. (1472)

Zaman kuno

Masih menjadi sebuah perdebatan mengenai apa sebenarnya peta paling awal dibuat, baik karena istilah "peta" tidak terdefinisi dengan baik dan karena beberapa artefak yang mungkin berupa peta mungkin sebenarnya adalah sesuatu yang lain. Sebuah lukisan dinding yang mungkin menggambarkan kota Anatolia kuno Çatalhöyük (sebelumnya dikenal sebagai Catal Huyuk atau Çatal Hüyük) telah tertanggal hingga akhir milenium ke-7 SM.  Di antara ukiran batu alpine prasejarah Gunung Bego (Prancis) dan Valcamonica (Italia), yang berasal dari milenium ke-4 SM, pola geometris yang terdiri dari persegi panjang bertitik dan garis ditafsirkan secara luas dalam literatur arkeologi sebagai penggambaran budidaya plot. Peta lain dari dunia kuno yang diketahui termasuk lukisan dinding Minoan "House of the Admiral" dari c. 1600 SM, menunjukkan komunitas tepi laut dalam perspektif miring, dan peta terukir kota suci Babilonia Nippur, dari periode Kassite (ke-14 – Abad ke-12 SM).  Peta dunia tertua yang masih hidup berasal dari Babilonia abad ke-9 SM.  Salah satunya menunjukkan Babel di Efrat, dikelilingi oleh AsyurUrartu  an beberapa kota, semuanya, pada gilirannya, dikelilingi oleh "sungai pahit" ( Oceanus ).  Yang lain menggambarkan Babel sebagai utara dari pusat dunia.

Orang Yunani dan Romawi kuno membuat peta dari zaman Anaximander pada abad ke-6 SM. Pada abad ke-2 M, Ptolemaeus menulis risalahnya tentang kartografi, Geographia. Di dalam buku ini berisi peta-peta dunia Ptolemeus, atau masyarakat Barat sekarang mengenalnya sebagai Oikumene . Pada awal abad ke-8, para sarjana Arab menerjemahkan karya para ahli geografi Yunani ke dalam bahasa Arab. 

Di zaman Tiongkok kuno, literatur geografis berasal dari abad ke-5 SM. Peta Tiongkok tertua yang masih ada sampai sekarang berasal dari Negara Qin, dibuat pada abad ke-4 SM selama periode Zaman Negara-negara Berperang di dalam buku Xin Yi Xiang Fa Yao yang diterbitkan pada tahun 1092 oleh ilmuwan TiongkokSu Song, berbentuk peta bintang pada proyeksi silinder ekuidistan.  Meskipun metode pembuatan bagan ini tampaknya telah ada di Tiongkok bahkan sebelum publikasi dan ilmuwan ini, signifikansi terbesar dari peta bintang oleh Su Song adalah bahwa mereka mewakili peta bintang tertua yang ada dalam bentuk cetakan .

Bentuk awal kartografi India termasuk penggambaran bintang kutub dan konstelasi sekitarnya. Bagan ini mungkin telah digunakan untuk navigasi. 

Abad Pertengahan dan Renaisans

Mappae mundi ("peta dunia") adalah peta dunia Eropa abad pertengahan. Sekitar 1.100 tempat diketahui masih ada: dari jumlah ini, 900 ditemukan dalam ilustrasi manuskrip dan sisanya ditemukan dalam dokumen-dokumen.

Tabula Rogeriana, digambar oleh Muhammad al-Idrisi untuk Roger II dari Sisilia pada 1154

Europa regina dalam " Cosmographia " karya Sebastian Münster, 1570

Ada tiga fungsi utama peta pada zaman Renaisans: 

  • Deskripsi umum tentang dunia
  • Navigasi dan pencarian jalur baru
  • Survei tanah dan manajemen properti

Teknologi pencetakan

Mengacu pada media yang digunakan untuk mentransfer gambar ke atas kertas ada dua jenis teknik seni grafis pada zaman Renaisans, yaitu cukil kayu dan intaglio pelat tembaga.

Tulisan

Huruf dalam pembuatan peta penting untuk menunjukkan informasi. Penulisan huruf halus sulit dilakukan dalam ukiran kayu, karena sering kali berubah menjadi persegi dan kotak, bertentangan dengan gaya penulisan bulat yang populer di Italia pada saat itu. Untuk meningkatkan kualitas, pembuat peta mengembangkan pahat halus untuk mengukir relief. Huruf Intaglio tidak mengalami masalah pada medium yang kasar sehingga dapat mengekspresikan kursif perulangan yang kemudian dikenal sebagai cancellaresca . Ada pukulan terbalik yang dibuat khusus yang juga digunakan dalam ukiran logam bersama dengan tulisan tangan bebas. 

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Kartografi

Geodesi dan Geomatika

Sejarah Kartografi

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 15 Juli 2022


Kartografi, atau pembuatan peta, telah menjadi bagian integral dari sejarah manusia selama ribuan tahun. Dari lukisan gua sampai peta kuno dari BabilonYunani, dan Asia, melewati Zaman Penjelajahan, dan memasuki abad ke-21, orang menciptakan dan menggunakan peta sebagai alat penting untuk membantu mereka menentukan, menjelaskan, dan menavigasi arah mereka di seluruh dunia. Peta mulai sebagai lukisan dua dimensi namun juga bisa mendukung bentuk tiga dimensi (globe, model) dan disimpan dalam bentuk numerik murni.

Istilah kartografi adalah istilah modern, dipinjamkan ke dalam bahasa Inggris dari bahasa Prancis cartographie pada tahun 1840-an, berdasarkan Latin Pertengahan carta "peta".

Peta yang paling awal dikenal

Peta yang paling awal dikenal adalah bintang-bintang, bukan bumi. Noktah-noktah yang berasal dari tahun 16.500 SM ditemukan di dinding gua Lascaux memetakan bagian dari langit malam, termasuk tiga bintang terang VegaDeneb, dan Altair (rasi bintang Segitiga Musim Panas), serta gugus bintang PleiadesGua El Castillo di Spanyol di dalamnya terdapat sebuah peta noktah dari konstelasi Corona Borealis yang berasal dari tahun 12.000 SM.

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Sejarah Kartografi

Geodesi dan Geomatika

Peta

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 15 Juli 2022


Peta adalah gambaran permukaan bumi yang ditampilkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Istilah peta berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau kain penutup meja. Namun secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan skala tertentu. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi. Banyak peta mempunyai skala, yang menentukan seberapa besar objek pada peta dalam keadaan yang sebenarnya. Kumpulan dari beberapa peta disebut atlas.

Sejarah

Syarat-syarat

  • Conform, yaitu bentuk dari sebuah peta yang digambar serta harus sebangun dengan keadaan asli atau sebenarnya di wilayah asal atau di lapangan.
  • Equidistance, yaitu jarak di peta jika dikalikan dengan skala yang telah di tentukan sesuai dengan jarak di lapangan.
  • Equivalent, yaitu daerah atau bidang yang digambar di peta setelah dihitung dengan skalanya, akan sama dengan keadaan yang ada di lapangan.

Fungsi Pembuatan Peta

Peta mempunyai beberapa fungsi di berbagai bidang, antara lain untuk:

  • menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain) di permukaan bumi. Dengan membaca peta kita dapat mengetahui lokasi relatif suatu wilayah yang kita lihat.
  • memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk permukaan bumi (misalnya bentuk benua, atau gunung) sehingga dimensi dapat terlihat dalam peta,
  1. Bentuk-bentuk benua yang ada di dunia dapat kita amati pada peta
  2. Bentuk-bentuk permukaan bumi dapat di amati dari simbol warna yang terlihat berbeda-beda
  • menyajikan data tentang potensi suatu daerah, misalnya:
  1. Peta potensi rawan banjir
  2. Peta potensi kekeringan
  3. Peta Potensi Air
  4. Peta Potensi Ikan
  • memperlihatkan ukuran, karena melalui peta dapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas permukaan bumi. Jarak sebenarnya 2 lokasi dapat dihitung dengan membandingkan skala petanya.

Tujuan Pembuatan Peta

  • membantu suatu pekerjaan, misalnya untuk konstruksi jalan, navigasi, atau perencanaan,
  • analisis data spasial, misalnya perhitungan volume,
  • menyimpan informasi,
  • membantu dalam pembuatan suatu desain, misal desain jalan, dan
  • komunikasi informasi ruang.

Unsur-unsur

Peta merupakan alat bantu dalam menyampaikan suatu informasi keruangan. Berdasarkan fungsi tersebut maka sebuah peta hendaknya dilengkapi dengan berbagai macam komponen/unsur kelengkapan yang bertujuan untuk mempermudah pengguna dalam membaca/menggunakan peta. Beberapa komponen kelengkapan peta yang secara umum banyak ditemukan pada peta misalnya adalah:

  • Judul

Mencerminkan isi sekaligus tipe peta. Penulisan judul biasanya di bagian atas tengah, atas kanan, atau bawah. Walaupun demikian, sedapat mungkin diletakkan di kanan atas.

  • Legenda

Legenda adalah keterangan dari simbol-simbol yang merupakan kunci untuk memahami peta.

  • Orientasi/tanda arah

Pada umumnya, arah utara ditunjukkan oleh tanda panah ke arah atas peta. Letaknya di tempat yang sesuai jika ada garis lintang dan bujur, koordinat dapat sebagai petunjuk arah.

Skala adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak sesungguhnya di lapangan. Skala ditulis di bawah judul peta, di luar garis tepi, atau di bawah legenda. Skala dibagi menjadi 3, yaitu:

  1. Skala angka. Misalnya 1: 2.500.000. artinya setiap 1 cm jarak dalam peta sama dengan 25 km satuan jarak sebenarnya.
  2. Skala garis. Skala ini dibuat dalam bentuk garis horizontal yang memiliki panjang tertentu dan tiap ruas berukuran 1 cm atau lebih untuk mewakili jarak tertentu yang diinginkan oleh pembuat peta.
  3. Skala verbal, yakni skala yang ditulis dengan kata-kata.
  • Simbol

Simbol peta adalah tanda atau gambar yang mewakili ketampakan yang ada di permukaan bumi yang terdapat pada peta ketampakannya, jenis-jenis simbol peta antara lain:

  1. Simbol titik, digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional
  2. Simbol garis, digunakan untuk menyajikan data yang berhubungan dengan jarak
  3. Simbol area, digunakan untuk mewakili suatu area tertentu dengan simbol yang mencakup area tertentu
  4. Simbol aliran, digunakan untuk menyatakan alur atau gerak.
  5. Simbol batang, digunakan untuk menyatakan suatu harga/dibandingkan dengan harga/nilai lainnya.
  6. Simbol lingkaran, digunakan untuk menyatakan kuantitas (jumlah) dalam bentuk persentase.
  7. Simbol bola, digunakan untuk menyatakan volume, makin besar simbol bola menunjukkan volume semakin besar dan sebaliknya makin kecil simbol bola berarti volume semakin kecil.
  • Warna Peta

Warna peta digunakan untuk membedakan ketampakan atau objek di permukaan bumi, memberi kualitas atau kuantitas simbol di peta, dan untuk keperluan estetika peta. Warna simbol dalam peta terdiri dari 8 warna, yaitu:

    • Warna hijau

Warna hijau menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian kurang dari 200 m. Biasanya bentuk muka bumi yang terdapat pada ketinggian < 200 m didominasi olah dataran rendah. Dataran rendah di Jawa terdapat di sepanjang pantai utara dan pantai selatan.

    • Warna merah

Warna merah menunjukkan jalan kereta api/gunung aktif. Warna merah sering dijumpai di peta suatu provinsi.

    • Warna hijau muda

Warna hijau muda menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian antara 200–400 m di atas permukaan laut. Bentuk muka bumi yang ada di daerah ini berupa daerah yang landai dengan disertai bentuk-bentuk muka bumi bergelombang dan bukit. Penyebaran bentuk muka ini hampir menyeluruh di atas dataran rendah.

    • Warna kuning

Warna kuning menunjukkan suatu daerah yang memiliki ketinggian antara 500–1000 m di atas permukaan laut. Bentuk muka bumi yang ada di daerah ini didominasi oleh dataran tinggi dan perbukitan dan pegunungan rendah. Penyebaran dari bentuk muka bumi ini berada di bagian tepi-tengah dari Provinsi Jawa Tengah dan paling luas di sebelah tenggara Kabupaten Sukoharjo.

    • Warna cokelat muda

Warna cokelat muda menunjukkan daerah yang mempunyai ketinggian antara 1000–1500 m di atas permukaan air laut. Bentuk muka bumi yang dominan di daerah ini berupa pegunungan sedang disertai gunung-gunung yang rendah. Penyebaran dari bentuk muka ini berada di bagian tengah dari Jawa Tengah, seperti di sekitar BumiayuBanjarnegaraTemanggungWonosoboSalatiga dan Tawangmangu.

    • Warna cokelat

Warna cokelat menunjukkan daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari 1500 m di atas permukaan air laut. Bentuk muka bumi di daerah ini didominasi oleh gunung-gunung yang relatif tinggi. Penyebaran dari gunung-gunung tersebut sebagian besar di bagian tengah dari Jawa Tengah.

    • Warna biru keputihan

Warna biru menunjukkan warna ketampakan perairan. Warna biru keputihan menunjukkan wilayah perairan yang kedalamannya kurang dari 200 m. Bentuk muka bumi dasar laut di wilayah ini didominasi oleh bentuk lereng yang relatif landai. Zona di wilayah ini disebut dengan zona neritik. Penyebaran dari zona ini ada di sekitar pantai. Di wilayah perairan darat warna ini menunjukkan danau atau rawa. Di Wonogiri terdapat Waduk Gajah Mungkur, di Bawen terdapat Rawa Pening, di sekitar Kebumen terdapat waduk Wadaslinang dan Sempor dan masih ada beberapa waduk kecil lainnya.

    • Warna biru muda

Warna biru muda menunjukkan wilayah perairan laut yang mempunyai kedalaman antara 200–2000 m. Bentuk muka bumi dasar laut di wilayah ini didominasi oleh bentukan lereng yang relatif terjal. Wilayah ini merupakan kelanjutan dari zona neritik. Namun wilayah ini tidak tergambar dalam peta umum.

    • Warna biru tua

Warna biru tua menunjukkan wilayah perairan laut dengan kedalaman lebih dari 2000 m. Bentuk muka bumi dasar laut di sekitar Pulau Bali pada kedalaman > 2000 m sulit untuk diketahui dan tidak bisa diinterpretasikan dari peta. Namun biasanya bentuk muka bumi pada laut dalam dapat berupa dataran, lubuk laut, drempel dan palung laut. Bentuk muka bumi seperti ini juga tidak tergambar dalam peta umum.

  • Tipe Huruf (Lettering)

Lettering berfungsi untuk mempertebal arti dari simbol-simbol yang ada. Macam penggunaan lettering:

  1. Objek Hipsografi ditulis dengan huruf tegak, contoh: Surakarta
  2. Objek Hidrografi ditulis dengan huruf miring, contoh: Laut Jawa
  • Garis Astronomis

Garis astronomis terdiri atas garis lintang dan garis bujur yang digunakan untuk menunjukkan letak suatu tempat atau wilayah yang dibentuk secara berlawanan arah satu sama lain sehingga membentuk vektor yang menunjukan letak astronomis.

  • Inset

Inset adalah peta kecil yang disisipkan di peta utama. Macam-macam inset antara lain:

  1. Inset penunjuk lokasi, berfungsi menunjukkan letak daerah yang belum dikenali
  2. Inset penjelas, berfungsi untuk memperbesar daerah yang dianggap penting
  3. Inset penyambung, berfungsi untuk menyambung daerah yang terpotong di peta utama
  • Garis Tepi Peta

Garis tepi peta merupakan garis untuk membatasi ruang peta dan untuk meletakkan garis astronomis, secara beraturan dan benar pada peta.

  • Sumber dan Tahun Pembuatan

Sumber peta adalah referensi dari mana data peta diperoleh.

  • Garis Lintang dan Garis Bujur

Garis lintang adalah garis yang melintang dari arah barat - timur atau dari arah timur - barat. Garis bujur adalah garis yang membujur dari arah utara - selatan atau selatan - utara.

Jenis

Peta dikelompokkan menjadi 5 bagian, yaitu:

Berdasarkan isi data yang disajikan

  • Peta umum, yakni peta yang menggambarkan ketampakan bumi, baik fenomena alam atau budaya. Peta umum dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
  1. Peta topografi, yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama.
  2. Peta korografi, yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. Contoh peta korografi adalah atlas.
  3. Peta dunia atau geografi, yaitu peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas.

Berupa Suatu Daerah / Wilayah

  • Peta khusus (peta tematik), yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema tertentu/khusus. Misalnya, peta politik, peta geologi, peta penggunaan lahan, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya.

Peta berdasarkan sumbernya (data)

  • Peta turunan (derived map) yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan.
  • Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan.

Peta berdasarkan bentuk/simetrisnya

  1. Peta datar atau peta dua dimensi, atau peta biasa, atau peta planimetri yaitu peta yang berbentuk datar dan pembuatannya pada bidang datar seperti kain. Peta ini digambarkan menggunakan perbedaan warna atau simbol dan lainnya.
  2. Peta timbul atau peta tiga dimensi atau peta stereometri, yaitu peta yang dibuat hampir sama dan bahkan sama dengan keadaan sebenarnya di muka bumi. Pembuatan peta timbul dengan menggunakan bayangan 3 dimensi sehingga bentuk–bentuk muka bumi tampak seperti aslinya.
  3. Peta digital, merupakan peta hasil pengolahan data digital yang tersimpan dalam komputer. Peta ini dapat disimpan dalam disket atau CD-ROM. Contoh: citra satelit, foto udara.
  4. Peta garis, yaitu peta yang menyajikan data alam dan ketampakan buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan.
  5. Peta foto, yaitu peta yang dihasilkan dari mozaik foto udara yang dilengkapi dengan garis kontur, nama, dan legenda.

Peta berdasarkan tingkat skalanya/kedetailannya

  1. Peta skala kadaster/teknik adalah peta yang berskala 1 : 100 - 1 : 5.000
  2. Peta skala besar adalah peta yang berskala 1 : 5.000 - 1 : 250.000
  3. Peta skala sedang adalah peta yang berskala 1 : 250.000 - 1 : 500.000
  4. Peta skala kecil adalah peta yang berskala 1 : 500.000 - 1 : 1.000.000

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Peta

Geodesi dan Geomatika

Ilmu Ukur Wilayah

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 15 Juli 2022


Ilmu ukur wilayah (bahasa Inggrisland surveying), ilmu ukur tanah, atau handasah adalah sebuah metode pengukuran titik-titik dengan memanfaatkan jarak dan sudut di antara setiap titik tersebut pada suatu wilayah dengan cermat. Berbagai titik tersebut biasanya adalah permukaan bumi dan digunakan untuk membuat sebuah peta, batas wilayah suatu lahan, lokasi konstruksi, dan tujuan lainnya. Ilmu ukur wilayah juga merupakan sebuah pekerjaan. Surveyor menggunakan ilmu geodesi yang mencakup berbagai elemen matematika seperti geometri dan trigonometri, juga fisika dan keteknikan.

Kompas Brunton, sebuah alat yang umum digunakan para kartografer dan surveyor di seluruh dunia

Sejarah

Pengukuran wilayah yang sangat mendasar terjadi ketika manusia mulai membangun struktur besar. Bukti paling awal mengenai praktik pengukuran wilayah dilakukan oleh masyarakat yang membangun Stonehenge; mereka menggunakan pasak dan tali sebagai media pengukuran wilayah.

Di peradaban Mesir Kuno, begitu banyak lahan pertanian dibandung di pinggir sungai Nil yang secara rutin mengalami pasang surut yang mengembalikan kesuburan tanah. Tali digunakan sebagai pembatas lahan pertanian milik individu. Selain itu, bentuk persegi yang hampir sempurna dari banyak piramida juga menegaskan penggunaan ilmu ukur wilayah sebagai instrumen pembangunannya.

Di peradaban Romawi, surveyor merupakan sebuah pekerjaan yang resmi.

Ilmu ukur wilayah modern

Table of Surveying, 1728 Cyclopaedia

Sebuah peta hasil ilmu ukur wilayah, tahun 1870

Sistem triangulasi modern dikembangkan oleh pakar matematika Belanda Willebrord Snell, yang pada tahun 1615 telah mensurvey wilayah dari Alkmaar ke Bergen op Zoom, sejauh kurang lebih 70 mil (110 kilometer), menggunakan serangkaian titik yang membentuk 33 segitiga secara keseluruhan. Theodolite ditemukan oleh Jesse Ramsden pada tahun 1787 dan menjadi awal perkembangan yang pesat dari ilmu ukur wilayah modern. Sebelumnya sudah ada alat yang serupa dengan akurasi yang lebih lemah, yang dikembangkan oleh Leonard DiggesJoshua Habermel, dan Jonathan Sisson Theodolite buatan Ramsden digunakan oleh tim Great Trigonometric Survey yang memetakan India hingga gunung Everest yang dimulai pada tahun 1801. Pemetaan yang dilakukan tim ini memiliki banyak dampak secara ilmiah dan ekonomi dan menjadi awal industrialisasi oleh pemerintahan kolonial Inggris dengan pembangunan kanaljalan, dan rel secara massa.

Metode surveying

Dalam sejarahnya, jarak diukur dengan berbagai cara seperti menggunakan tali atau rantai yang direntangkan, contoh rantai Gunther. Cara kuno seperti ini mengharuskan surveyor harus memutuskan alat ukurnya ketika berhadapan dengan tanah miring.

Pengukuran sudut umumnya menggunakan kompas yang menghasilkan sudut antara satu titik dengan titik lainnya relatif terhadap kutub utara kompas sehingga nilainya dapat berupa 0 hingga 359. Pengukuran yang lebih teliti akan mendapatkan detik sudut.

Perubahan berikutnya adalah pengukuran sudut yang lebih teliti dengan menggunakan Theodolit dan mengukur jarak secara elektronik dengan menggunakan EDM.

Saat ini pengukuran dilakukan dengan menggunakan Total Station yang menggabungkan Theodolite dan EDM dengan perangkat pintar didalamnya.

Sumber Artikel : Merlin Reineta

Selengkapnya
Ilmu Ukur Wilayah

Geodesi dan Geomatika

Geosentrisme

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 15 Juli 2022


Geosentrisme atau disebut Teori GeosentrikModel Geosentrik (bahasa Inggris: geocentric model atau geocentrismPtolemaic system) adalah istilah astronomi yang menggambarkan alam semesta dengan bumi sebagai pusatnya dan pusat pergerakan semua benda-benda langit. Model ini menjadi sistem kosmologi predominan pada budaya kuno misalnya Yunani kuno, yang meliputi sistem-sistem terkenal yang dikemukakan oleh Aristoteles and Claudius Ptolemaeus.

Dua pengamatan umum mendukung pandangan bahwa Bumi adalah pusat dari alam semesta. Pengamatan pertama adalah bintang-bintang, matahari dan planet-planet tampak berputar mengitari bumi setiap hari, membuat bumi adalah pusat sistem ini. Lebih lanjut, setiap bintang berada pada suatu bulatan stelar atau selestial ("stellar sphere" atau "celestial sphere"), di mana bumi adalah pusatnya, yang berkeliling setiap hari, di seputar garis yang menghubungkan kutub utara dan selatan sebagai aksisnya. Bintang-bintang yang terdekat dengan khatulistiwa tampak naik dan turun paling jauh, tetapi setiap bintang kembali ke titik terbitnya setiap hari. Observasi umum kedua yang mendukung model geosentrik adalah bumi tampaknya tidak bergerak dari sudut pandang pengamat yang berada di bumi, bahwa bumi itu solid, stabil dan tetap di tempat. Dengan kata lain, benar-benar dalam posisi diam.

Model geosentrik biasanya dikombinasi dengan suatu Bumi yang bulat oleh filsuf Romawi kuno dan abad pertengahan. Ini tidak sama dengan pandangan model Bumi datar yang disiratkan dalam sejumlah mitologi, sebagaimana juga dalah kosmologi kitab-kitab suci dan Latin kuno.

Yunani kuno

Illustrasi model alam semesta dari Anaximander. Sebelah kiri: siang hari pada musim panas; sebelah kanan: malam hari pada musim dingin.

Teori atau model Geosentrik memasuki astronomi dan filsafat Yunani sejak dini; dapat ditelusuri pada peninggalan filsafat sebelum zaman Sokrates. Pada abad ke-6 SM, Anaximander mengemukakan suatu kosmologi dengan bumi berbentuk seperti potongan suatu tiang (sebuah tabung), berada di awang-awang di pusat segala sesuatu. Matahari, Bulan, and planet-planet adalah lubang-lubang dalam roda-roda yang tidak kelihatan yang mengelilingi bumi; melalui lubang-lubang ini manusia dapat melihat api yang tersembunyi. Pada waktu yang sama, para pengikut Pythagoras, yang disebut kelompok Pythagorean, berpendapat bahwa bumi adalah suatu bola (menurut pengamatan gerhana-gerhana), tetapi bukan sebagai pusat, melainkan bergerak mengelilingi suatu api yang tidak tampak. Kemudian pandangan-pandangan ini digabungkan, sehingga kalangan terpelajar Yunani sejak dari abad ke-4 SM berpikir bahwa bumi adalah bola yang menjadi pusat alam semesta.

Model Ptolemaik

Meskipun prinsip dasar geosentrisme Yunani sudah tersusun pada zaman Aristoteles, detail sistem ini belum menjadi standar. Sistem Ptolemaik, yang diutarakan oleh astronomor Helenistik Mesir Claudius Ptolemaeus pada abad ke- 2 M akhirnya berhasil menjadi standar. Karya astronomi utamanya, Almagest, merupakan puncak karya-karya selama berabad-abad-abad oleh para astronom Yunani kuno, Helenistik dan Babilonia; karya itu diterima selama lebih dari satu milenium sebagai model kosmologi yang benar oleh para astronom Eropa dan Islam. Karena begitu kuat pengaruhnya, sistem Ptolemaik kadang kala dianggap sama dengan model geosentrik.

Ptolemy berpendapat bahwa bumi adalah pusat alam semesta berdasarkan pengamatan sederhana yaitu setengah jumlah bintang-bintang terletak di atas horizon dan setengahnya di bawah horizon pada waktu manapun (bintang-bintang pada bulatan orbitnya), dan anggapan bahwa bintang–bintang semuanya terletak pada suatu jarak tertentu dari pusat semesta. Jika bumi terletak cukup jauh dari pusat semesta, maka pembagian bintang-bintang yang tampak dan tidak tampak tidaklah akan sama.

Sistem Ptolemaik

Elemen-elemen dasar astronomi Ptolemaik, menunjukkan sebuah planet pada suatu epicycle dengan sebuah deferen eksentrik dan sebuah titik equant.

Halaman-halaman dari Annotazione pada karya Sacrobosco Tractatus de Sphaera (1550), menggambarkan Sistem Ptolemaik.

Dalam Sistem Ptolemaik, setiap planet digerakkan oleh suatu sistem yang memuat dua bola atau lebih: satu disebut "deferent" yang lain "epicycle" .

Sekalipun model geosentrik digantikan oleh model heliosentrik. Namun, model deferent dan epicycle tetap dipakai karena menghasilkan prediksi yang akurat dan lebih sesuai dengan pengamatan dibanding sistem-sistem lain. Epicycle Venus dan Mercurius selalu berpusat pada suatu garis antara Bumi dan Matahari (Merkurius lebih dekat ke Bumi), yang menjelaskan mengapa kedua planet itu selalu dekat di langit. Model ini digantikan oleh model eliptik Kepler hanya ketika metode pengamatan (yang dikembangkan oleh Tycho Brahe dan lain-lain) menjadi cukup akurat untuk meragukan model epicycle.

Urutan lingkaran-lingkaran orbit dari bumi ke luar adalah:

  1. Bulan
  2. Merkurius
  3. Venus
  4. Matahari
  5. Mars
  6. Yupiter
  7. Saturnus
  8. Bintang-bintang tetap
  9. Primum Mobile ("Yang pertama bergerak").

Urutan ini tidak diciptakan atau merupakan hasil karya Ptolemaeus, melainkan diselaraskan dengan kosmologi agamawi "Tujuh Langit" yang umum ditemui pada tradisi agamawi Eurasia utama.

Geosentrisme dan Astronomi Islam

Dikarenakan dominansi ilmiah sistem Ptolemaik dalam astronomi Islam, para astronom Muslim menerima bulat model geosentrik.

Pada abad ke-12, Arzachel meninggalkan ide Yunani kuno "pergerakan melingkar uniform" (uniform circular motion) dengan membuat hipotesis bahwa planet Merkurius bergerak dalam orbit eliptik, sedangkan Alpetragius mengusulkan model planetari yang meninggalkan equant, mekanisme epicycle dan eksentrik, meskipun ini menghasilkan suatu sistem yang lebih kurang akurat secara matematik. Fakhr al-Din al-Razi (1149–1209), sehubungan dengan konsepsi fisika dan dunia fisika dalam karyanya Matalib, menolak pandangan Aristotelian dan Avicennian bahwa Bumi berada di pusat alam semesta, melainkan berpendapat bahwa ada "ribuan-ribuan dunia (alfa alfi 'awalim) di luar dunia ini sedemikian sehingga setiap dunia ini lebih besar dan masif dari dunia ini serta serupa dengan dunia ini." Untuk mendukung argumen teologinya, ia mengutip dari Al Quran, "All praise belongs to God, Lord of the Worlds," menekankan istilah "Worlds" (dunia-dunia).

Geosentrisme dan sistem-sistem saingan

Lukisan dari suatu naskah dari Islandia bertarikh sekitar tahun 1750 menggambarkan model geosentrik.

Tidak semua orang Yunani setuju dengan model geosentrik. Sistem Pythagorean yang sudah disinggung sebelumnya meyakini bahwa Bumi merupakan salah satu dari beberapa planet yang bergerak mengelilingi suatu api di tengah-tengah.  Hicetas dan Ecphantus, dua penganut Pythagorean dari abad ke-5 SM, dan Heraclides Ponticus dari abad ke-4 SM, percaya bahwa Bumi berputar mengelilingi aksisnya, tetapi tetap berada di tengah alam semesta. Sistem semacam itu masih tergolong geosentrik. Pandangan ini dibangkitkan kembali pada Abad Pertengahan oleh Jean Buridan. Heraclides Ponticus suatu ketika dianggap berpandangan bahwa baik Venus maupun Merkurius mengelilingi Matahari, bukan Bumi, tetapi anggapan ini tidak lagi diterima. Martianus Capella secara definitif menempatkan Merkurius dan Venus pada suatu orbit mengitari Matahari.  Aristarchus dari Samos adalah yang paling radikal, dengan menulis dalam karyanya (yang tidak lagi terlestarikan) mengenai heliosentrisme, bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, sedangkan Bumi dan planet-planet lain mengitarinya. Teorinya tidak populer pada masanya, dan ia mempunyai satu pengikut yang bernama, Seleucus of Seleucia.

Sistem Kopernikan

Dengan penemuan teleskop pada tahun 1609, pengamatan yang dilakukan oleh Galileo Galilei (antara lain bahwa Yupiter memiliki sejumlah bulan) mempertanyakan sejumlah prinsip geosentrisme tetapi tidak secara serius mengancamnya. Karena ia mengamati adanya "titik-titik" gelap pada Bulan, kawah-kawah, ia berkomentar bahwa Bulan bukanlah benda langit sempurna sebagaimana anggapan sebelumnya. Ini pertama kalinya orang dapat melihat cacat pada suatu benda langit yang dianggap terbuat dari aether yang sempurna. Sedemikian, karena cacatnya bulan sekarang dapat dikaitkan dengan apa yang dilihat di Bumi, orang dapat berargumen bahwa keduanya tidak unik, melainkan terbuat dari bahan yang serupa. Galileo juga dapat melihat bulan-bulan yang mengitari Yupiter, yang didedikasikannya kepada Cosimo II de' Medici, dan menyatakan bahwa bulan-bulan itu mengorbit Yupiter, bukan Bumi. Ini merupakan klaim signifikan karena jika benar, berarti tidak semua benda langit mengitari Bumi, menghancurkan kepercayaan teologi dan ilmiah yang dianut sebelumnya. Namun, teori-teori Galileo yang menantang geosentrisme alam semesta dibungkam oleh pihak gereja dan sikap skeptik umum terhadap sistem yang tidak menempatkan Bumi di pusat semesta, mempertahankan pikiran dan sistem Ptolemaeus dan Aristoteles.

Fase-fase planet Venus

Pada bulan Desember 1610, Galileo Galilei menggunakan teleskopnya untuk mengamati semua fase planet Venus, sebagaimana fase-fase Bulan. Ia berpikir bahwa pengamatan ini tidak kompatibel dengan sistem Ptolemaik, tetapi merupakan konsekuensi alamiah dari sistem heliosentrik system.

Ptolemaeus menempatkan deferent dan epicycle Venus seluruhnya di dalam bulatan Matahari (antara Matahari dan Merkurius), tetapi ini hanya sekadar penempatan; dapat saja tempat Venus dan Merkurius ditukar, selama mereka selalu berada pada satu garis yang menghubungkan Bumi ke Matahari, seperti penempatan pusat epicycle Venus dekat dengan Matahari. Dalam kasus ini, jika Matahari menjadi sumber semua cahaya, di bawah sistem Ptolemaik:

Jika Venus berada di antara Bumi dan Matahari, fase Venus seharusnya selalu berbentuk sabit atau seluruhnya gelap. Jika Venus berada di balik Matahari, fase Venus seharusnya selalu hampir penuh (gibbous) atau purnama.

Namun Galileo melihat Venus mulanya kecil dan purnama, kemudian besar dan bayangannya berbentuk sabit.

Gambaran Sistem Tychonik: benda-benda langit pada orbit berwarna biru (bulan dan matahari) mengitari bumi. Benda-benda pada orbit jingga (Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus) mengitari matahari. Semua dikelilingi oleh suatu bulatan bintang-bintang yang juga berputar.

Ini menunjukkan bahwa dengan kosmologi Ptolemaik, epicycle Venus tidak dapat sepenuhnya di dalam maupun di luar orbit matahari. Akibatnya, pada sistem Ptolemaik pandangan bahwa epicycle Venus sepenuhnya di dalam matahari ditinggalkan, dan kemudian pada abad ke-17 kompetisi antara kosmologi astronomi berfokus pada variasi sistem Tychonik yang dikemukakan oleh Tycho Brahe, di mana Bumi masih menjadi pusat alam semesta, dikitari oleh matahari, tetapi semua planet lain berputar mengelilingi matahari sebagi suatu himpunan epicycle masif), atau variasi-variasi Sistem Kopernikan.

Gravitasi

Johannes Kepler,setelah menganalisis pengamatan akurat Tycho Brahe, menyusun ketiga hukum gerakan planetarinya (Hukum Gerakan Planet Kepler (Kepler's laws of planetary motion) pada tahun 1609 dan 1619, berdasarkan pandangan heliosentrik di mana gerakan planet-planet dalam jalur eliptik. Menggunakan hukum-hukum ini, Kepler merupakan astronom pertama yang dengan sukses meramalkan pergerakan planet Venus (untuk tahun 1631). Transisi dari orbit lingkaran ke jalur planetari eliptik secara dramatis mengubah keakuratan pengamatan dan peramalan selestial. Karena model heliosentrik Copernicus tidak lebih akurat dari sistem Ptolemaeus, pengamatan-pengamatan matematik diperlukan untuk meyakinkan mereka yang masih berpegang pada model geosentrik. Namun, pengamatan yang dibuat oleh Kepler, menggunakan data dari Brahe, menjadi problem yang tidak mudah dipecahkan oleh para penganut geosentrisme.

Pada tahun 1838, astronom Friedrich Wilhelm Bessel dengan sukses mengukur paralaks bintang 61 Cygni, membuktikan bahwa Ptolemaeus keliru dalam berpendapat bahwa gerakan paralaks tidak ada. Ini akhirnya menguatkan pernyataan Copernicus dengan pengamatan ilmiah yang akurat dan dapat diandalkan, serta menunjukkan betapa jauhnya bintang-bintang dari bumi.

Kerangka geosentrik berguna untuk aktivitas sehari-hari dan kebanyakan eksperimen laboratorium, namun kurang cocok untuk mekanika tata surya dan perjalanan di ruang angkasa. Meskipun kerangka heliosentrik berguna untuk hal-hal tersebut, astronomi galaksi maupun di luar galaksi menjadi lebih mudah jika matahari dianggap tidak diam ataupun menjadi pusat alam semesta, melainkan berputar mengelilingi pusat galaksi kita, dan galaksi kita selanjutnya juga tidak diam dalam hubungan dengan latar belakang kosmik.

Penganut geosentrisme agamawi dan kontemporari

Map of the Square and Stationary Earth (Peta Bumi bujursangkar dan stasioner/tidak bergerak), karya Orlando Ferguson (1893)

Model Ptolemaik mengenai tata surya masih terus dianut sampai ke awal zaman modern. Sejak akhir abad ke-16 dan seterusnya perlahan-lahan digantikan sebagai penggambaran konsensus oleh model heliosentrisme. Geosentrisme sebagai suatu kepercayaan agamawi terpisah, tidak pernah padam. Di Amerika Serikat antara tahun 1870-1920, misalnya, berbagai anggota Gereja Lutheran – Sinode Missouri menerbitkan artikel-artikel yang menyerang sistem astronomi Kopernikan, dan geosentrisme banyak diajarkan di dalam sinode dalam periode tersebut. Namun, pada tahun 1902 Theological Quarterly, A. L. Graebner menyatakan bahwa sinode itu tidak mempunyai posisi doktrinal terhadap geosentrisme, heliosentrisme, atau model ilmiah lainnya, kecuali kalau itu bertolak belakang dengan Alkitab. Ia menyatakan pula bahwa deklarasi apapun yang dikemukakan para penganut geosentrisme di dalam sinode bukan merupakan pendapat badan gereja secara keseluruhan.

Artikel-artikel yang mendukung geosentrisme sebagai pandangan Alkitab muncul pada sejumlah surat kabar sains penciptaan yang berhubungan dengan Creation Research Society. Umumnya menunjuk kepada beberapa nas Alkitab, yang secara harfiah mengindikasikan pergerakan harian Matahari dan Bulan yang dapat diamati mengelilingi Bumi, bukan karena rotasi Bumi pada aksisnya, misalnya pada Yosua 10:12 di mana Matahari dan Bulan dikatakan berhenti di langit, dan Mazmur 93:1 di mana dunia digambarkan tidak bergerak. Para pendukung kontemporer kepercayaan agamawi itu termasuk Robert Sungenis (presiden dariBellarmine Theological Forum dan pengarang buku terbitan tahun 2006 Galileo Was Wrong (Galileo keliru)). Orang-orang ini mengajarkan pandangan bahwa pembacaan langsung Alkitab memuat kisah akurat bagaimana alam semesta diciptakan dan membutuhkan pandangan geosentrik. Kebanyakan organisasi kreasionis kontemporer menolak pandangan ini.

Dari semuanya, Kopernikanisme merupakan kemenangan besar pertama sains atas agama, sehingga tidak dapat dihindari bahwa sejumlah orang berpikir semua yang salah dengan dunia ini bermula dari sana. (Steven Dutch dari University of Wisconsin–Madison

Morris Berman mengutip bahwa hasil survei menyatakan saat ini sekitar 20% penduduk Amerika Serikat percaya bahwa matahari mengitari bumi (geosentrisme) bukan bumi mengitari matahari (heliosentrisme), sementara 9% mengatakan tidak tahu. Beberapa poll yang dilakukan oleh Gallup pada tahun 1990-an mendapati bahwa 16% orang Jermans, 18% orang Amerika dan 19% orang Inggris/Britania Raya percaya bahwa Matahari mengitari Bumi. Suatu studi yang dilakukan pada tahun 2005 oleh Jon D. Miller dari Northwestern University, seorang pakar pemahaman publik akan sains dan teknologi, mendapati sekitar 20%, atau seperlima, orang dewasa Amerika percaya bahwa Matahari mengitari Bumi. Menurut poll tahun 2011 oleh VTSIOM, 32% orang Russia percaya bahwa Matahari mengitari Bumi.

Albert Einstein berpendapat:

Pergulatan, begitu keras di awal masa sains, antara pandangan Ptolemaeus dan Kopernikus, sebenarnya tidak berarti. Kedua sistem koordinat ini dapat digunakan dengan justifikasi setara. Kedua kalimat: "matahari diam dan bumi bergerak", atau "matahari bergerak dan bumi diam", hanya bermakna konvensi yang berbeda dari dua sistem koordinat yang berbeda.

Stephen Hawking, dalam bukunya "The Grand Design", menyatakan pandangan yang tepat sama dengan Einstein:

Maka apakah yang sesungguhnya, sistem Ptolemaik atau Kopernikan? Meskipun tidak jarang orang mengatakan Kopernikus membuktikan Ptolemaeus salah, hal ini tidak benar.

Posisi historis hierarki Katolik Roma

Galileo affair yang terkenal menghadapkan model geosentrik dengan pernyataan Galileo. Mengenai basis teologi dari argumen semacam itu, dua orang Paus membahas pertanyaan apakah penggunaan bahasa fenomenologi (berdasarkan pengamatan) akan memaksa orang mengakui kesalahan Alkitab. Keduanya mengajarkan bahwa tidak demikian halnya.

Yudaisme Ortodoks

Sejumlah pemimpin Yudaisme Ortodoks, terutama Lubavitcher Rebbe, mempertahankan model geosentrik alam semesta berdasarkan ayat-ayat Alkitab dan penafsiran Maimonides sehingga ia mengajarkan bahwa bumi dikitari oleh matahari. Lubavitcher Rebbe juga menjelaskan bahwa geosentrisme dapat dipertahankan berdasarkan teori Relativitas, di mana dinyatakan bahwa "ketika dua benda di udara bergerak relatif satu sama lain, ... ilmu alam mendeklarasikan dengan kepastian absolut bahwa dari segi sudut pandang ilmiah kedua kemungkinan itu valid, yaitu bumi mengitari matahari, atau matahari mengitari bumi."

Meskipun geosentrisme penting untuk perhitungan kalender Maimonides, mayoritas sarjana agamawi Yahudi, yang menerima keilahian Alkitab dan menerima banyak aturan-aturannya mengikat secara hukum, tidak percaya bahwa Alkitab maupun Maimonides memerintahkan untuk percaya pada geosentrisme. Namun, ada bukti bahwa kepercayaan geosentrisme meningkat di antara umat Yahudi Ortodoks.

Islam

Kasus-kasus prominent geosentrisme modern dalam Islam sangat terisolasi. Hanya sedikit individu yang mengajarkan suatu pandangan geosentrik alam semesta. Salah satunya adalah Grand Mufti Saudi Arabia tahun 1993-1999, Abd al-Aziz ibn Abd Allah ibn Baaz (Bin Baz), yang mengajarkan pandangan ini antara tahun 1966-1985.

Menurut Bin Baz, ”Telah tersebar pada zaman ini di kalangan para penulis dan pengajar bahwasanya bumi itu berputar sedangkan matahari itu tetap, dan pendapat ini diikuti oleh banyak orang, maka banyak sekali pertanyaan. Seputar masalah ini… Maka saya katakan: "Al-Quran dan as-Sunnah serta kesepakatan para ulama dan realita yang ada menunjukan bahwa matahari itu beredar di garis edarnya sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah Ta’ala sedangkan bumi tetap tidak bergerak, yang mana Allah menyiapkan sebagai tempat tinggal dan Allah memantapkan dengan gunung-gunung agar tidak bergerak bersama mereka.”

Syaikh al-Utsaimin, ”Adapun pendapat kami tentang peredaran matahari mengelilingi bumi yang dengannya akan terjadi perubahan siang dan malam, maka kami berpegang dengan zhohir dari nash al-Kitab dan as-Sunnah bahwasanya matahari yang bergerak mengelilingi bumi yang dengannya terjadi pergeseran waktu siang dengan malam. Sehingga ada dalil yang qoth’I yang bisa dijadikan hujjah untuk bisa memalingkan dhohir nash al-Kitab dan as-Sunnah, dan manakah dalil itu?"

Menurut Syaikh Albani, "Dalam ilmu Geografi bumi memang bulat dan berputar, akan tetapi dalam ilmu agama, ia lebih cenderung memilih pendapat bahwa bumi dalam keadaan tetap dan datar, dengan dalil yang tersirat (bukan dalil tegas), karena tidak ada dalil yang tegas bahwa bumi itu bulat.

Berikut adalah salah satu contoh dalil tidak tegas dalam ayat Qur'an yang menyatakan matahari-lah yang berputar mengelilingi bumi,

Ibrahim berkata, “…Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur…" (Al Baqarah 2:258)”

Planetarium

Model geosentrik (Ptolemaik) tata surya terus digunakan oleh para pembuat planetarium karena berdasarkan alasan teknis pergerakan tipe Ptolemaik untuk aparatus cahaya planet memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan teori pergerakan Kopernikus. Sistem bulatan selestial yang digunakan untuk tujuan pengajaran dan navigasi juga didasarkan pada sistem geosentrik yang mengabaikan efek paralaks. Namun, efek ini dapat diabaikan pada skala akurasi yang diterapkan pada suatu planetarium.

Sumber Artikel : Wikipedia

Selengkapnya
Geosentrisme
« First Previous page 6 of 7 Next Last »