Perancangan Arsitektur

Konsep Green Building Wajib Diterapkan di Rumah Tinggal

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 03 Maret 2022


Dalam beberapa tahun terakhir, konsep green building (bangunan hijau) banyak diterapkan terutama pada gedung-gedung publik. Padahal konsep ini sebaiknya sudah mulai diterapkan pada rumah-rumah rakyat agar menciptakan hunian yang tak hanya ramah bagi penghuninya namun juga ramah pada alam.

Hal tersebut disampaikan Dosen Fakultas Teknik Arsitektur Universitas Pancasila, Pradiono Suriadi dalam Seminar Tipologi Hunian di Era New Pandemi, Kamis (11/11/2021).

Tipologi hunian era new pandemi Covid-19 sebenarnya masih belum pasti karena para arsitek masih mencari-cari bagaimana pola yang lebih.

Namun, banyak hal-hal yang dulunya dianggap sepele dalam sebuah hunian sekarang menjadi lebih diperhatikan.

“Misalnya sekarang ini, orang-orang ingin rumahnya mendapat lebih banyak cahaya matahari karena mereka ingin berjemur. Kemudian harus ada ruang terbuka,” jelasnya.

Kemudian, rumah sudah dituntut memiliki ruang peralihan agar orang bisa membersihkan dulu dirinya sebelum masuk ke area privat rumah. Beberapa hal lain yang menjadi bentuk adaptasi hunian di era pandemi Covid-19 yakni adanya ruang kerja, penggunaan bahan bangunan higienis serta ruangan yang lebih fleksibel.

Menurut Pradiono, kedepanya hunian dibuat tidak hanya untuk menyehatkan orang yang tinggal di dalamnya namun juga bumi. Hal ini lantaran pemanasan global dan pertumbuhan penduduk yang begitu pesat bisa memicu timbulnya pandemi lain di masa mendatang.

“Selama ini, konsep green building ini hanya diterapkan pada kantor-kantor publik. Padahal konsep ini juga seharusnya sudah mulai dierapkan di rumah hunian, baik rumah tapak maupun apartemen,” papar Pradiono.

Tentunya menerapkan green building pada hunian maka tak hanya para penghuninya yang akan mendapat manfaat kesehatan namun juga ada efek positif bagi bumi.

 

Sumber Artikel: Kompas.com

Selengkapnya
Konsep Green Building Wajib Diterapkan di Rumah Tinggal

Perancangan Arsitektur

Desain Kantor dengan Pencahayaan dari Atap, Bagaimana Bentuknya?

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 03 Maret 2022


Wilayah perkotaan, seperti Jakarta sering menjadi permasalahan bagi individu maupun perusahaan dalam membangun hunian atau kantor. Oleh karena itu, memanfaatkan ruang dengan menerapkan desain bangunan yang tepat bisa menjadi solusi.

Seperti yang dilakukan oleh K-Thengono Design Studio, perusahaan desain arsitektur, dalam memanfaatkan bangunan rumah petak kecil serbaguna yang banyak ditemukan di Jakarta untuk menjadi kantor startup teknologi, dilansir dari Design Boom, Senin (20/12/2021).

Pada umumnya, tipologi bangunan ini memiliki dinding umum yang sekaligus menjadi dinding bangunan tetangga sehingga sulit untuk mengakses ventilasi dan cahaya alami yang cukup. Melihat kondisi tersebut, K-Thengono menerapkan desain porositas dari atas atau lubang yang dibuat di atap sekat tangga dan pelat lantai tiga untuk memberikan gaya hidup kerja yang terang, sehat serta menyenangkan.

Porosity from above (K-Thengono) - Kompas.com 

Porosity from above (K-Thengono) - Kompas.com

Adapun porositas dibuat membentuk oval dengan membelah melalui volume persegi panjang dengan tepi fillet yang kuat guna menciptkan bentuk lentur yang mampu memantulkan cahaya matahari ke dalam kantor. Tidak hanya itu, tangga juga dibuat seakan terapung untuk memberikan efek ventilasi dan sirkulasi udara yang lebih baik ke seluruh ruangan.

Sedangkan untuk fasilitasnya, area staf diletakkan di lantai 2 dengan meja multifungsi untuk mengakomodasi aktivitas, misalnya menyiapkan makanan, makan, bekerja dan bersih-bersih. Sementara itu lantai tiga difungsikan sebagai apartemen studio yang nyaman dan pribadi untuk pegawai eksekutif bekerja. Lebih lanjut, tersedia pula teras dengan atap yang dirancang untuk mendorong interaksi komunal, seperti pertemuan informal dan kegiatan santai.

Melalui desain unik ini, kantor tersebut tidak memerlukan pencahayaan buatan pada siang hari dan mampu mempromosikan lingkungan kerja yang sehat dan menonjolkan keceriaan.

Sumber Artikel: Kompas.com

Selengkapnya
Desain Kantor dengan Pencahayaan dari Atap, Bagaimana Bentuknya?

Perancangan Arsitektur

Mengapa Atap Rumah Berbentuk Segitiga? Ini Jawabannya

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 03 Maret 2022


Anda mungkin kerap menjumpai atap rumah yang berbentuk segitiga di Indonesia. Baik itu yang menghadap ke depan atau menyamping.

Lantas, tahukah Anda apa itu atap rumah berbentuk segitiga? Atau mengapa atap rumah berbentuk segitiga?

Berikut penjelasannya. Atap rumah berbentuk segitiga juga biasa disebut sebagai atap pelana dan merupakan salah satu gaya dari banyak atap rumah.

Gaya atap klasik ini mudah ditemukan di beberapa bagian dunia, termasuk digunakan di Indonesia. Kendati demikian, arsitektur kontemporer masih menggunakan atap pelana. Tetapi biasanya dengan beberapa perubahan gaya dan material untuk menyesuaikannya dengan era baru.

Atap rumah ini mengacu pada ruang segitiga yang dibuat dari dua bidang yang miring ke arah yang berlawanan. Kemudian bertemu di titik tertinggi atap dan meruncing.

Atap pelana bekerja dengan baik untuk orang dengan anggaran terbatas. Kesederhanaan desain atap pelana berarti tidak memerlukan bahan yang banyak seperti desain atap lainnya. Bentuk atapnya yang meruncing memungkinkan Anda memiliki lebih banyak ruang untuk digunakan sebagai loteng, penyimpanan, atau ruangan tambahan. Karena kemiringannya yang berbentuk segitiga, memungkinkan hujan, dedaunan dan sisa-sisa kotoran lainnya jatuh dari atap dan menjauh dari struktur. Kemiringan bentuk atap pelana membuatnya menjadi drainase yang sangat baik ketika hujan, salju, dan lebih tahan cuaca.

Di sisi lain, memungkinkan ventilasi yang lebih baik di rumah Anda. Angin yang bergerak melalui ventilasi di atap pelana akan membantu rumah Anda menjadi lebih sejuk. Selain itu apabila Anda memberikan jendela pada atap pelana, tentu akan membawa pencahayaan alami dari sinar matahari ke ruang interior.

Meski begitu, atap rumah berbentuk segitiga ini harus memiliki struktur penyangga yang kuat. Karena atap jenis ini terbilang lemah terhadap tekanan angin kencang.


Sumber Artikel: Kompas.com

Selengkapnya
Mengapa Atap Rumah Berbentuk Segitiga? Ini Jawabannya

Perancangan Arsitektur

Penerapan Arsitektur Bioklimatik pada Masjid, Bagaimana Hasilnya?

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 03 Maret 2022


RAD+ar, perusahaan arsitektur Jakarta hadirkan masjid yang mengusung arsitektur bioklimatik di Universitas Pamulang, Tangerang Selatan. Arsitektur bioklimatik adalah salah satu pendekatan arsitektur yang mengacu pada hubungan antara desain bangunan, lingkungan hingga iklim. Artinya, arsitektur bioklimatik lebih ramah lingkungan.

Adapun tujuan RAD+ar menerapkan konsep tersebut adalah untuk menyediakan tempat ibadah yang aman, sehat dan berventilasi baik, terlebih di masa pandemi Covid-19 yang masih mewabah. Selain itu, pembangunan masjid yang dinamai Masjid Darul Ulum ini juga ditujukan sebagai pusat komunitas, titik pertemuan dan ruang rekreasi, dilansir dari Design Boom, Senin (24/1/2022).

Sebenarnya pada rencana awal, RAD+ar akan bereksperimen dengan inovasi sistem ventilasi cerobong yang 100 persen alami dengan dinding berventilasi 15 meter yang menyelimuti ruang interior.

Akan tetapi mengingat kendala pandemi, rencana pembangunan masjid ini diubah dengan mengganti 95 persen elemen dinding vertikal dengan roster atau penyekat antar ruang yang terbuat dari 30.000 batu bata.

Melalui rancangan tersebut, suhu masjid bisa bertahan di antara angka 25 hingga 28 derajat dengan kecepatan angin minimum 1 meter per detik. Karenanya, area dalam masjid akan terasa seperti luar ruangan.

Tidak hanya itu, fasad berlubang dari tanah liat yang dimiliki juga membantu memberikan nuansa segar dan tentunya lebih sehat dengan adanya kondisi suhu yang ideal.

Kendati menggunakan pendekatan volumetrik dalam pembuatan fasadnya, karakteristik spesifik wilayah turut diperhitungkan.

Sedangkan kelebihan lain dari desain ini adalah mampu mengoptimalkan penggunaan energi matahari lewat ventilasi silang yang memadai.

Lebih lanjut, tidak seperti desain masjid pada umumnya, RAD+ar merancang kubah masjid dengan pelat atap hijau aktif untuk mengurangi panas sekaligus mendefinisikan ruangan islami ke dalam konteks postmodern.

Lewat desain yang menyatu dengan alam, masjid berkonsep bioklimatik ini memiliki daya tampung hingga 1.000 orang dan diharapkan bisa membawa ketertiban serta kerukunan bagi masyarakat.

 

Sumber Artikel: Kompas.com
 

Selengkapnya
Penerapan Arsitektur Bioklimatik pada Masjid, Bagaimana Hasilnya?

Perancangan Arsitektur

Attic Room, Konsep Ruang Bersantai Keluarga Tanpa Harus Keluar Rumah

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 03 Maret 2022


Summarecon Serpong kembali hadirkan klaster baru di Kawasan Symphonia dengan nama Leonora.  Berbeda dengan rancangan rumah tapak lainnya, Klaster Leonora dirancang dengan konsep unik melalui pengadaan attic room yang disebut The Real Attic.

“Kalau biasanya orang ditanya soal attic, apa sih yang ada dipikiran? Attic itu pasti adalah ruang yang terpaksa ditambahkan. Nyari-nyari ruangan terus mikir, eh ini atap kok bisa jadi ruangan,” jelas Executive Director Summarecon Serpong Magdalena Jualiati pada Media Preview Cluster Leonora, Kamis (27/1/2022).

Pada umumnya, attic hanya dilengkapi dengan jendela kecil atau cupola dengan pencahayaan dan sirkulasi udara yang terbatas.

Sementara di Klaster Leonora, attic didesain sedemikian rupa sejak awal agar memiliki pencahayaan serta sirkulasi udara yang optimal seperti ruangan di bawahnya.

Ilustrasi The Real Attic Indoor, Klaster Leonora, Kawasan Symphonia, Distrik Melody, Summarecon Serpong, Banten(Summarecon Serpong)

Selain itu, The Real Attic bisa menjadi salah satu jawaban adaptasi kebiasaan baru saat ini.

Keluarga membutuhkan ruang yang luas untuk bisa berkumpul bersama atau bahkan membutuhkan banyak ruang di saat bersamaan untuk melakukan kegiatannya masing-masing.

“Inilah yang coba kita terjemahkan lewat Klaster Leonora,” tambah Magdalena. General Manager of Design and Planning Summarecon Serpong Rachmat Taufick Hardi menjabarkan, The Real Attic menyediakan ruangan indoor dan outdoor. Hal ini diklaim bisa menjadi potensi yang baik ketika pemilik rumah sedang membutuhkan satu tempat untuk bersantai tanpa perlu keluar rumah.

The Real Attic ini juga disebut dengan ruang fleksibel karena dapat diubah dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan.

“Yang indoor betul-betul jadi ruangan extra untuk siapapun bahkan untuk tempat tidur juga bisa. Fleksibilitasnya menjadi lebih besar sehingga misal ingin diubah jadi ruang entertainment agar tidak mengganggu lantai bawah atau untuk ruang hobi anak,” papar Taufick.
 

Sumber Artikel: Kompas.com

Selengkapnya
Attic Room, Konsep Ruang Bersantai Keluarga Tanpa Harus Keluar Rumah

Perancangan Arsitektur

Benarkah Rumah Hadap Laut atau Sungai Bawa Hoki?

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 03 Maret 2022


Bagi masyarakat Tionghoa, fengsui dipercaya memegang peran penting dalam menentukan hoki atau rezeki seseorang. Jika ingin mendapatkan keberuntungan, Anda harus mengetahui arah mana yang tepat dalam memilih atau membangun rumah. Hal ini penting diketahui oleh seseorang karena menyangkut soal energi positif yang dapat dihasilkan.

Dalam kepercayaan fengsui, rumah menghadap laut atau sungai dipercaya memberikan keberuntungan bagi pemiliknya. Benarkah demikian? Arsitek sekaligus Pakar Fengsui Sidhi Wiguna Teh membenarkan hal tersebut. Dia mengutip istilah terkenal fengsui.

"Ada quote (kutipan) fengsui yang sangat terkenal 'duduk bersandar gunung memandang laut',"  ujar Sidhi kepada Kompas.com, Minggu (30/1/2022).

Hal ini diibaratkan sebagai gunung melambangkan support atau dukungan yang berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) dan air melambangkan kekayaan. Namun demikian, hal ini tidak berarti semua bangunan yang menghadap laut bisa memberikan banyak keberuntungan.

Sidhi mengatakan, ada banyak faktor lain yang perlu diperhatikan, terutama apakah orang tersebut menghadap arah atau sesuai kompas yang tepat atau tidak.

"(Sebab), ada banyak rumus fengsui yang digunakan dalam penataan sebuah bangunan, agak teknis," tuturnya.

Dikutip dari Travel China Guide, rumah yang bersandar pegunungan dan menghadap sungai sejatinya dapat membawa keberuntungan bagi orang-orang yang tinggal di dalamnya seperti pendapat para ahli fengsui. Sejauh ini, sudah banyak arsitektur kuno di China yang dibangun di kaki gunung dan dekat air, sebut saja Mausoleum Qin Shi Huang dan Rumah Keluarga Konfusius.

 

Sumber Artikel: Kompas.com

 

Selengkapnya
Benarkah Rumah Hadap Laut atau Sungai Bawa Hoki?
« First Previous page 2 of 3 Next Last »