Kemenperin Terapkan Revolusi Industri 4.0 Demi Optimalkan Potensi Indonesia di Sektor Manufaktur

Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati

22 Agustus 2022, 12.37

m.medcom.id

Akselerasi revolusi industri 4.0 yang diumumkan melalui Peta Jalan Making Indonesia 4.0 terus berjalan. Sektor manufaktur di-support bertransformasi memakai teknologi digital di seluruh rantai nilai industrinya. Momen ini harus dimanfaaatkan sebaik - baiknya oleh Indonesia yang mempunyai keunggulan dalam hal kuatnya faktor permintaan, kerangka kelembagaan yang kuat dan perdagangan maupun investasi global yang baik.

“Perkembangan teknologi merupakan keniscayaan serta pasti akan terjadi. Negara-negara yang mengimplementasikan industri 4.0 meyakini pentingnya dukungan kebijakan pemerintah yang holistik sebagai pilar penting keberhasilan implementasi kebijakan ekonomi digital,” ungkap Andi Rizaldi selaku Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Iklim Usaha dan Investasi di Jakarta, Minggu(3/7).

Dia mengatakan, pemerintah sudah menetapkan inisiatif Making Indonesia 4.0 sebagai sebuah peta jalan yang terintegrasi untuk mengimplementasikan beberapa strategi, dengan aspirasi besar membawa Indonesia menjadi 10 besar ekonomi dunia di tahun 2030. Resiliensi perekonomian Indonesia yang cukup baik dinilai pula sebagai salah satu potensi yang bisa dioptimalkan melalui penerapan Industri 4.0. Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan yang lebih tinggi pada 2019 dan kontraksi yang lebih kecil di tahun 2020 dibanding per-countries.

Potensi lainnya ialah menciptakan peluang pekerjaan baru yang lebih spesifik guna mengakomodasi jumlah tenaga kerja yang besar. Revolusi Industri 4.0 tak akan menghilangkan lapangan pekerjaan, melainkan menawarkan jenis pekerjaan baru yang memungkinkan migrasi dari 1 profesi ke profesi lainnya. “Nantinya akan ada pergeseran profesi seseorang ke arah lebih baik yang justru akan mengangkat harkat dari pekerja itu sendiri,” tutur Andi.

Pada Making Indonesia 4.0, Kemenperin sudah menetapkan 7 sektor priotas yaitu makanan dan minuman, otomotif, kimia, tekstil dan produk tekstil, elektronika dan alat kesehatan. 7 sektor ini dipilih sebab bisa memberikan kontribusi sebesar 70 % dari total Produk Domestik Bruto (PDB) manufaktur, 65% ekspor manufaktur, dan 60% pekerja industri.

Proporsi tenaga kerja di 7 sektor prioritas dalam program Making Indonesia 4.0 pada 5 tahun terakhir menunjukkan tren meningkat yang mana pada tahun 2015 sejumlah 5,02% dan pada tahun 2020 sebesar 5,70%, walaupun sempat dihadapkan pada kondisi pandemi Covid-19.  “Melihat data peningkatan itu, pastinya memberikan harapan bahwa adopsi teknologi di 7 sektor prioritas berpotensi meningkatkan kapabilitas ekonomi nasional,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, Indonesia adalah negara dengan jumlah tenaga kerja terbanyak di dunia yaitu 125 juta jiwa, sesudah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. “Tentunya jika di-support dengan peningkatan kualitas tenaga kerja, akan terus berdampak positif pada peningkatan produktivitas sektor manufaktur serta akan terus memberikan kontribusi yang baik pada pertumbuhan ekonomi nasional,” ungkapnya.

Guna meningkatkan kualitas tenaga kerja yang mempu beradaptasi dalam era Industri 4.0, Kemenperin terus mendorong pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) industri dengan program-program utama, meliputi pendidikan vokasi berbasis kompetensi, pembangunan unit pendidikan dan pelatihan di wilayah pusat pertumbuhan industri dan program link and match antara dunia pendidikan dengan industri. “Dalam upaya mengakselerasi pengembangan SDM Industri 4.0, Kemenperin sudah melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis dan sertifikasi terhadap 2.171 orang,” ungkap Andi.

Upaya lainnya ialah dengan men-support peningkatan lapangan pekerjaan di era Revolusi Industri 4.0 yaitu dengan melibatkan Industri Kecil Menengah (IKM) dalam pengembangannya, semisal dengan melakukan pelatihan e-commerce kepada 13.183 IKM di tahun 2021 dan menggelar webinar e-smart IKM yang mendukung pemasaran IKM secara digital.


Disadur dari sumber kemenperin.go.id