Mengenal Quality Function Deployment (QFD)

Dipublikasikan oleh Admin

13 Maret 2022, 06.04

Ilustrasi: pexels.com

Dalam persaingan global, kepuasan pelanggan adalah salah satu kunci sukses utama perusahaan (Lee dan Lin, 2011). Oleh karena itu, memberikan produk yang sesuai bahkan melebihi ekspektasi pelanggan adalah suatu keharusan. Dalam rangka itu, metode untuk memasukkan keinginan pelanggan ke dalam desain produk diperlukan.

Quality Function Deployment (QFD) adalah sebuah metode pengembangan produk yang sudah dikenal di dunia industri. Metode ini menerjemahkan kebutuhan dan keinginan pelanggan ke dalam produk (Wijaya, 2011). QFD menerjemahkan apa yang diinginkan oleh pelanggan menjadi apa yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan demikian produk yang dihasilkan perusahaan akan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Meskipun pada awalnya QFD digunakan di industri manufaktur, tetapi dengan berjalannya waktu, penerapan QFD semakin meluas termasuk ke industri jasa dan instansi pemerintah.

Quality Function Deployment (QFD) dan Sejarahnya

QFD adalah sebuah “konsep yang menyediakan sarana untuk menerjemahkan kebutuhan pelanggan ke dalam persyaratan teknis yang tepat untuk setiap tahap pengembangan produk” (Sullivan, 1986 dalam Lu Wu, 2002). Mizuno dan Akao (1978, dalam Akao dan Mazur, 2003) mendefinisikan QFD sebagai “... step by step deployment of a job function or operation, that embodies quality, into their details through systematization of targets and means”. QFD berfokus pada penentuan kebutuhan pelanggan dan komitmen organisasi untuk memuaskan kebutuhan tersebut (Lu dan Kuei, 1995).

QFD pertama kali muncul di Jepang pada akhir tahun 1960an (Akao and Mazur, 2003). Setelah perang dunia kedua, Jepang yang tadinya mengembangkan produk dengan membuat imitasi atau duplikasi beralih kepada mengembangkan produk yang orisinil (Akao and Mazur, 2003). QFD digunakan untuk mencapai tujuan itu. Metode ini diperkenalkan kepada masyarakat oleh Mizuno dan Akao melalui buku Quality Function Deployment pada tahun 1978.

Setelah di Jepang, sekitar tahun 1980an, QFD mulai merambah ke negara-negara barat (Mehrjerdi, 2010) seperti Amerika Serikat. Banyak perusahaan menggunakan QFD dengan pertimbangan untuk menghasilkan produk yang laku di pasaran, mengena di hati konsumen, dan sesuai dengan kemampuan perusahaan. Implementasi yang sukses dari QFD di negara-negara lain di luar Jepang menyebabkan metode QFD mulai menyebar luas di dunia (Akao and Mazur, 2003).

 Manfaat QFD

Terkait dengan manfaat QFD, Mehrjerdi (2010) telah meringkas manfaat QFD dari beberapa penelitiam sebelumnya. Manfaat tersebut di antaranya:

  • Membantu dalam membuat trade-off antara apa yang diinginkan oleh pelanggan dengan apa yang mampu dihasilkan oleh perusahaan
  • Meningkatkan kerja sama tim antara teknisi-teknisi di departemen
  • Meningkatkan kepuasan pelanggan (hal ini disebabkan karena kebutuhan pelanggan menjadi pertimbangan dalam proses pengembangan produk)
  • Mempersingkat waktu sampai dengan diluncurkan ke pasar
  • Menyebabkan karyawan menyediakan dokumentasi yang cukup karena mereka melihat pentingnya informasi
  • Meningkatkan komunikasi yang efektif antara divisi perusahaan.

 Tahapan-Tahapan QFD

Dikutip dari Crow (2009), secara umum QFD terdiri empat tahapan utama seperti yang ditampilkan pada Gambar 1. Keempat tahapan tersebut, yaitu:

  1. Perencanaan Produk
  • Menentukan dan memprioritaskan kebutuhan pelanggan
  • Menganalisis peluang kompetitif
  • Merencanakan produk untuk merespon kebutuhan pelanggan dan peluang kompetitif
  • Menetapkan nilai target dari karakteristik kritis produk
  1. 2.   Assembly/Part Deployment
  • Mengidentifikasi part/assemblies yang penting
  • Menurunkan karakteristik kritis produk ke dalam karakteritik kritis part/assemblies
  • Menetapkan nilai target dari karakteristik kritis part/assemblies
  1. Perencanaan Proses
  • Menentukan proses kritis dan aliran proses
  • Mengembangkan persyaratan peralatan produksi
  • Menetapkan parameter kritis proses
  1. Kontrol Proses/Kualitas
  • Menentukan karakteristik proses dan part kritis
  • Menetapkan metode kontrol proses dan parameternya
  • Menetapkan metode dan parameter inspeksi dan uji

 

Referensi:

Akao, Yoji dan Mazur, Glenn H. (2003), “The leading edge in QFD: past, present and future”, International Journal of Quality & Reliability ManagementVol. 20 No. 1, pp. 20-35.

Crow, Kenneth A. (2009, 24 September), Quality Function Deployment, Diakses pada 17 Desember 2018 dari https://www.ieee.li/tmc/quality_function_deployment.pdf.

Lee, Amy H. I. dan Lin, Chun-Yu. (2011), “An integrated fuzzy QFD framework for new product development”, Flexible Services and Manufacturing Journal, Vol. 23 No. 1, pp. 26-47.

Lu, M. H. dan Kuei, C.-H. (1995), “Strategic marketing planning: a quality function deployment approach”, International Journal of Quality & Reliability Management, Vol. 12 No. 6, pp. 85-96

Mehrjerdi, Yahia Z. (2010), “Applications and extensions of quality function deployment”, Assembly Automation, Vol. 30 No. 4, pp. 388–403.

Mizuno, S. dan Akao, Y. (1978), Quality Function Deployment: A Company-wide Quality Approach (dalam Bahasa Jepang), JUSE Press, Tokyo dalam Akao, Yoji dan Mazur, Glenn H. (2003), “The leading edge in QFD: past, present and future”, International Journal of Quality & Reliability ManagementVol. 20 No. 1, pp. 20-35.

Sullivan, L.P. (1986), “Quality function deployment”, Quality Progress, Vol. 19 No. 6, pp. 39–50 dalam Chan, Lai-Kow dan Wu, Ming-Lu (2002), “Quality function deployment: A literature review”, European Journal of Operational Research, Vol. 143 No. 3, pp. 463–497.

Wijaya, Toni. (2011), Manajemen Kualitas Jasa: Desain Servqual, QFD, dan Kano Disertai Contoh Aplikasi dalam Kasus Penelitian, PT. Indeks, Jakarta.

Sumber: lipi.go.id