Ramai Teori Senjata Biologis Chemtrail, Apakah Jejak "Asap" Pesawat Berbahaya?

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil

11 Juli 2022, 00.29

Publik belakangan dihebohkan dengan isu mengenai chemtrail (chemical trail) atau jejak zat kimia di langit menyusul fenomena "asap" pesawat. Padahal asap yang terlihat memanjang di langit itu adalah condensation trail (contrail). Menurut Kepala Sub Bidang Layanan Informasi Penerbangan BMKG, Ismanto Heri, contrail merupakan fenomena biasa di dunia penerbangan. "Contrail adalah jejak kondensasi pesawat terbang yang tercipta karena pengembunan udara dari asap pesawat yang mengandung keluaran sampingan berupa uap air, mengalami kondensasi akibat suhu udara atmosfer yang dingin sehingga terbentuk jejak di belakang pesawat," jelas Ismanto saat dihubungi Kompas.com, Jumat (18/2/2022). Bentuk dari contrail memang menyerupai asap yang memanjang di langit. Dalam jarak tertentu, contrail ini dapat dilihat dengan kasat mata.

Lantas apakah contrail berbahaya? "Tidak ada sama sekali. Itu macam jenis awan seperti biasanya," tegas Ismanto. Menurutnya, memang ada penelitian yang menyebut contrail dapat berpengaruh terhadap global warming. Hanya saja, Ismanto memastikan, jejak kondensasi pesawat tidak akan mempengaruhi kesehatan manusia secara langsung. "Karena kandungannya air," katanya.

Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Direktur Indonesia Aviation and Aerospace Watch (IAAW), Marsda (Purn) Subandi Parto. "Tidak ada bahayanya sama sekali, (contrail) itu proses kondensasi. Jejak yang ditinggalkan pesawat di ketinggian 30.000 feet lebih adalah uap air yang membeku," ungkap Subandi dalam perbincangan melalui pesan singkat, Kamis (17/2/2022). "Karena udara di ketinggian 30.000 feet lebih suhunya bisa -50 derajat celcius dan masuk ke mesin dengan suhu yang jauh lebih tinggi, pasti ada jejaknya. Itu lebih kayak awan," imbuh dia. Jejak kondensasi terbentuk karena uap panas dari mesin melewati suhu di sekitarnya yang dingin. Subandi pun mengatakan, contrail merupakan hal yang normal. "Jadi sama sekali tidak membahayakan. Karena setelah beberapa saat suhunya kembali normal seperti sekitarnya, dan jejaknya akan menghilang," ucap pakar hukum udara tersebut. Sementara itu, isu soal chemtrail ini disebut hanya merupakan teori konspirasi. Bagi mereka yang percaya, asap contrail diyakini merupakan chemtrail (chemical trail) yang merupakan jejak senjata biologis. Berbagai unggahan soal narasi chemtrail ini juga banyak terjadi di Indonesia.

Penganut teori konspirasi berspekulasi, ada zat kimia yang sengaja disebar ke atmosfer melalui pesawat untuk tujuan-tujuan tertentu seperti penyebaran virus atau penyakit hingga untuk mengurangi penduduk bumi. Bahkan ada yang menganggap zat kimia disebar untuk mengendalikan pikiran. Jejak zat kimia itu yang kemudian diteorikan sebagai chemtrail. Baru-baru ini juga beredar sebuah pesan video di media sosial dengan narasi chemtrail menyebarkan varian Omicron Covid-19. Pemerintah sudah memastikan informasi tersebut adalah hoax.

"Chemtrail ini konspirasi. Mereka percaya itu adalah gas kimia yang sengaja dikeluarkan untuk membahayakan kehidupan seperti nubika (nuklir dan bio kimia)," tutur Subandi. Mantan Oditur TNI itu meragukan teori konspirasi soal chemtrail. Menurutnya, sulit membuktikan ada pihak-pihak yang sengaja menyebar senjata biologis lewat pesawat udara. "Saya yakin nggak ada yang berani, bisa-bisa semua orang meninggal," tutupnya.

Sumber Artikel: nasional.kompas.com