Deskripsi
1) Agus Sudarmadi - Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan
2) Kebutuhan Standarisasi dalam rangka Perbaikan Kinerja Logistik di Era Industri 4.0
Narasumber: Zaldy Masita - Chairman of Asosiasi Logistik Indonesia (ALI)
3) Membangun Rantai Pasokan Terpadu untuk Jasa Logistik Kereta Api Berorientasi Platform Logistik 4.0
Hendy Helmy - Direktur Utama PT Kereta Api Logistik
4) Yui Hastoro - Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia
Ringkasan:
2) Kebutuhan Standarisasi dalam rangka Perbaikan Kinerja Logistik di Era Industri 4.0
- Di luar negeri, kereta api logistik menjadi salah satu alternatif (murah dari segi cost dibandingkan dengan trucking)
- Peringkat Indonesia pada Global Competitiveness Index tahun 2019 mengalami penurunan lima tingkat dibandingkan dengan peringkat GCI tahun 2018. Secara umum penurunan skor yang kecil (0,3 hingga 64,6), namun kinerja sesungguhnya tidak mengalami perubahan.
- Tahun 2018 Indonesia berada pada peringkat ke-46 berdasarkan Logistics Performance Index, dengan LPI score 3.15. Posisi ini meningkat sebanyak 17 peringkat dibandingkan pencapaian di tahun 2016.
- Tingkat standarisasi logistik berhubungan langsung dengan harga kompetitif
- Perlu ada standardisasi logistik diantaranya standarisasi alat logistik, standarisasi data, dan standarisasi data dan keselamatan
- Standarisasi Logistik pada lima sektor manufaktur yang menjadi fokus pembangunan. Lima sektor manufaktur tersebut diantaranya makanan, tekstil, otomotif, dan chemical, dan elektronik
- Standarisasi logistik seharusnya dilakukan pada era revolusi industri 2.0 dimana industri-industri melakukan proses produksi masal, produksi perakitan dan serba elektrik
- Indonesia akan mendorong 10 prioritas nasional dalam inisiatif “Making Indonesia 4.0” merupakan jalan untuk melakukan standarisasi logistik. Diantaranya perbaikan alur aliran barang dan material, desain ulang zona industry, mengakomodasi standar-standar berkelanjutan, memberdayakan umkm, membangun infrastruktur digital nasional, menarik minat investasi asing, peningkatan kualitas sdm, pembangunan ekosistem inovasi, insentif untuk investasi teknologi, dan harmonisasi aturan dan kebijakan.
3) Membangun Rantai Pasokan Terpadu untuk Jasa Logistik Kereta Api Berorientasi Platform Logistik 4.0
- Kereta api mempunyai standar sangat ketat terhadap pengiriman barang. Prinsip kereta api sangat ketat terhadap aturan pemeriksaan dan pengawalan barang
- Gerbong data ada yang bersifat temporary
- Pengawalan yang dilakukan oleh kereta api untuk memastikan keamanan selama perjalanan
- Di Cilegon tidak ada terminal yang representatif
- Kontur mempengaruhi produktivitas pengangkutan
- Ada rencana pembuatan logistik terpadu, permasalahannya adalah dari sisi cakupan yang rendah
- Kalog terus berupaya untuk tersambung ke pelabuhan-pelabuhan
- Kalog ada jasa kurir, bongkar muat kontainer, serta pengelolaan limbah B3
- Kalog mempunyai palet hampir 50.000 pcs
- Pallet Management System Kalog bertujuan untuk memonitor dan mengembalikan palet sesuai kebutuhan
- Permasalahan jasa logistik berbasis KA diantaranya kontribusi moda KA terhadap total volume angkutan barang di Pulau Jawa masih sangat minim, kurang dari 1% (sekitar 11 juta ton per tahun), Double Handling dalam angkutan KA Barang tidak terhindarkan dan berdampak pada penambahan gerakan handling yang berimplikasi pada besaran tarif angkutan barang KA, adanya perbedaan kontur alam Wilayah Jawa Bagian Utara yang memungkinkan kapasitas tarik lokomotif lebih optimal (Stanformasi 30 Gerbong Datar/GD atau 1.200 ton per 1 rangkai KA) dibandingkan Wilayah Bagian Selatan yang hanya memuat 15-20 GD per rangakain KA, keterbatasan panjang jalur muat-bongkar (kurang dari 500 m) di sejumlah terminal di Jalur Pantura berpengaruh pada optimalisasi kapasitas daya tarik lokomotif.
Rating Materi
Average: 0
Rating Count: 0
You Rated: Not rated
( 0,0 )
Belum ada rating untuk course ini