Energi dan Sumber Daya Mineral

Dukung EBT, Bright PLN Pasang PLTS Atap di Lokasi Pelanggan

Dipublikasikan oleh Wanda Adiati, S.E. pada 23 Maret 2022


Bright PLN Batam bersama PT Karya Teknik Utama melakukan penandatangan nota kesepahaman (MoU) untuk pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di lokasi bangunan dan pabrik pelanggan. Lokasi pemasangan PLTS yang dimaksud adalah kawasan pabrik PT Karya Teknik Utama di Sungai Binti, Sagulung.

Dalam sambutannya Direktur Utama Bright PLN Batam, Nyoman S Astawa mengatakan bahwa pemasangan PLTS Atap ini merupakan bentuk komitmen Bright PLN Batam dalam mendukung Transformasi PLN, yaitu Green, dengan mendorong penggunaan energi rendah karbon yang ramah lingkungan, khususnya dengan memanfaatkan Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam penyediaan energi listrik.

“Kami sangat menyambut baik penandatanganan MoU ini, selain sebagai sarana untuk mendukung sistem kelistrikan PT Karya Teknik Utama melalui Energi Baru Terbarukan, MoU ini juga menunjukkan semakin meningkatnya minat pelanggan Bright PLN Batam untuk menggunakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan,” ucap Nyoman, dikutip Sabtu (16/10).

Nyoman juga menjelaskan untuk pemasangan pelanggan cukup menyediakan lokasi dan tempat saja, sedangkan perangkat PLTS Atap seluruhnya disiapkan oleh Bright PLN Batam. Sehingga pelanggan tidak perlu melakukan pembelian atau investasi perangkat PLTS untuk dapat menikmati dan mengklaim penggunaan energi PLTS Atap.

“Kami akan terus berinovasi dan memanfaatkan potensi-potensi yang ada guna meningkatkan penggunaan energi baru terbarukan. Sebab, pengembangan Energi Baru Terbarukan bukan semata hanya untuk pemenuhan target pemerintah, tetapi dilakukan sebagai tanggung jawab bright PLN Batam untuk generasi mendatang,” pungkas Nyoman.

Sementara itu, Direktur Operasional PT Karya Teknik Utama, Setiawan berharap dengan adanya MoU ini dapat meningkatkan performa dan kualitas listrik yang disediakan Bright PLN Batam pada pabriknya dengan menggunakan sumber energi tambahan.

“Perusahaan kami bergerak di bidang Industri Maritim yang kegiatan usahanya adalah pembuatan kapal dan perbaikan kapal, sehingga membutuhkan pasokan listrik yang handal setiap saat. Mudah-mudahan MoU ini menjadi role model bagi konsumen lainnya yang mungkin berminat menggunakan PLTS Atap,” kata Setiawan.

Dengan MoU ini Bright PLN Batam dapat mengembangkan pembangkit Energi Baru dan Terbarukan sebesar 10 MW tiap tahunnya. Lebih lanjut pemasangan PLTS Atap diharapkan dapat mendorong tercapainya 23 persen penggunaan EBT sesuai Target Pemerintah RI, menghemat konsumsi BBM, mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendorong pengembangan bisnis dan industri panel surya.


Sumber Artikel: republika.co.id

Selengkapnya
Dukung EBT, Bright PLN Pasang PLTS Atap di Lokasi Pelanggan

Energi dan Sumber Daya Mineral

PLN: 2025 Ada Tambahan Pembangkit EBT 5,6 Gigawatt

Dipublikasikan oleh Wanda Adiati, S.E. pada 23 Maret 2022


PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengatakan pada 2025 mendatang ada pembangkit EBT dari PLTA dan PLTP yang masuk ke sistem kelistrikan nasional. Jumlahnya mencapai 5,6 gigawatt.

EVP Perencanaan Sistem PLN Edwin Nugraha Putra menjelaskan saat ini porsi EBT dalam bauran energi pembangkit PLN menginjak 12 persen. Di tahun 2025 akan ada penambahan yang cukup signifikan dari PLTA sebesar 4,2 GW dan PLTP sebesar 1,4 GW.

"Saat ini porsi EBT sudah 12 persen di kami. Di tahun 2025 dari PLTA dan PLTP akan masuk sekitar 5,6 GW. Ini akan menambah porsi EBT dalam bauran energi," ujar Edwin dalam diskusi virtual, Kamis (21/10).

Edwin menjelaskan selain dari dua pembangkit tersebut di 2025 juga akan masuk PLTS sebesar 3,9 GW. Ini nantinya namun akan difokuskan oleh PLN 1,2 GW khusus untuk daerah remote menggantikan PLTD dan 2,5 GW lainnya yang masuk ke dalam sistem kelistrikan nasional.

"Ini kenapa kami fokuskan ke daerah remote. Karena memang jika dibandingkan dengan PLTD, ini masih bisa bersaing mengingat BPP dari PLTD ini lebih tinggi," ujar Edwin.

Edwin juga menjelaskan tidak bisa memang semua PLTU yang ada saat ini kemudian secara cepat digantikan oleh PLTS. Hal ini karena ini juga harus mempertimbangkan aspek tambahan investasi untuk baterai dari PLTS agar listrik bisa sustain menyala 24 jam.

"Kami untuk sementara fokus ke daerah remote, dengan PLTD kita ganti PLTS dan baterai. Masih mungkin bersaing. Jadi memberikan BPP yang lebih rendah. Tapi kalau masuk ke sistem, gantiin PLTU dan pakai PLTS dan baterai, itu nggak pas harganya apalagi itu impor," ujar Edwin.


Sumber Artikel: republika.co.id

Selengkapnya
PLN: 2025 Ada Tambahan Pembangkit EBT 5,6 Gigawatt

Energi dan Sumber Daya Mineral

Pembangkit Listrik Portabel Inovasi Mahasiswa UNY

Dipublikasikan oleh Wanda Adiati, S.E. pada 23 Maret 2022


Kebutuhan dan permintaan energi listrik Indonesia semakin meningkat, sedangkan tidak sebanding dengan pasokan sumber energi. Selama ini, Indonesia banyak menggunakan sumber energi listrik dari bahan yang tidak terbarukan.

Seperti batu bara dan gas yang merupakan penyumbang efek rumah kaca dan karbon dioksidanya yang menyebabkan panas global. Padahal, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam sangat besar yang dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik.

Salah satunya energi air karena sumber daya air yang ada di Indonesia terbilang melimpah. Sehingga, sangat berpotensial untuk menggunakan dapat sumber daya air sebagai energi listrik, yang sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal.

Perlu inovasi pembangkit listrik tenaga air portabel memenuhi kebutuhan listrik, terutama pedesaan dan terpencil. Ini mendorong sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk merancang pembangkit listrik hydro coil turbine.

Memanfaatkan aliran sungai sebagai energi listrik ramah lingkungan. Ada Ahmad Rizal Rifani (Teknik Mesin), Abdul Rosyid Hidayatullah (Fisika), Helmi Kusuma Perdana dan Khakam Ma'ruf (Pendidikan Teknik Mesin) serta Lutfi'ah Sungkar (PGSD).

Rizal mengatakan, pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang sudah ada mengalami beberapa kekurangan. Ukuran yang besar, tidak praktis, sulit dalam perawatan, daya yang dihasilkan tidak optimal dan membutuhkan aliran air yang deras.

"Beberapa rekayasa sistem pembangkit listrik telah dilakukan dengan mengubah desain dan ukuran turbin, namun tenaga yang dihasilkan kurang optimal dan perawatan turbin yang tidak mudah," kata Rizal, Kamis (11/11).

Inovasi Hydro Coil Turbine rancangan mereka dapat beroperasi dengan aliran air yang tidak deras. Sehingga, dapat diterapkan kepada selokan dan jaringan irigasi yang banyak dibangun di pedesaan, turbin air ini lebih portabel dan praktis.

Maka itu, lebih mudah digunakan dan perawatan serta efektivitas daya yang lebih besar. Rosyid menerangkan, turbin akan bekerja dengan mengubah energi potensial air menjadi energi kinetik berupa putaran meliputi tekanan dan aliran air.

"Hidro Coil Turbin yang memiliki geometri sudu berupa coil (gulungan) dengan prinsip pompa Archimedes," ujar Rosyid.

Khakam menjelaskan, Hydro Coil Turbine rancangan mereka memiliki komponen mulai coil turbin, generator, bearing axial dan motor stepper. Turbin coil ini bekerja mengubah energi potensial air jadi energi kinetik untuk memutarkan generator.

Air yang mengalir melalui cover silinder menumbuk sudu coil, tumbukan dijadikan gerakan memutar poros karena geometri dari sudu coil. Poros yang berputar dari sudu coil dihubungkan dengan poros generator, sehingga hasilkan energi listrik.

"Turbin ini memiliki ukuran yang lebih portabel, dapat menghasilkan evektifitas daya yang tinggi, sehingga dapat diterapkan kepada selokan dan jaringan irigasi yang banyak dibangun di daerah pedesaan," kata Khakam.

Lutfi'ah menambahkan, turbin ini dapat beroperasi dengan aliran air yang tidak deras, dapat diterapkan ke selokan dan irigasi yang banyak di pedesaan. Hydro Coil Turbine dilengkapi kendali otomatis menyesuaikan ketinggian air di aliran. "Sehingga, mampu mengoptimalkan energi yang dihasilkan," ujar Lutfi'ah.


Sumber Artikel: republika.co.id

Selengkapnya
Pembangkit Listrik Portabel Inovasi Mahasiswa UNY

Energi dan Sumber Daya Mineral

Pemilik Zara Beli Saham Pembangkit Listrik Rp4,01 Triliun

Dipublikasikan oleh Wanda Adiati, S.E. pada 11 Maret 2022


Miliarder pendiri merek pakaian Zara, Amancio Ortega, membeli saham Delta yang merupakan proyek pembangkit listrik tenaga angin milik perusahaan asal Spanyol, Repsol SA. Ortega akan membeli sekitar 49 persen saham dari proyek tersebut melalui perusahaan keluarganya, Pontegadea.

Untuk memiliki sejumlah saham proyek energi terbarukan itu, dilansir Bloomberg Jumat (12/11), Pontegadea akan membayar sebanyak 281 dolar AS atau sekitar Rp4,01 triliun. Ini adalah investasi keempat Pontegadea di sektor energi, namun yang pertama kalinya dari bisnis pembangkit listrik.

Sebelumnya, Pontegadea mengakuisisi 5 persen saham milik operator jaringan gas alam Spanyol Enagas SA pada akhir 2019. Kemudian tahun ini perusahaan mengakuisisi saham di operator jaringan listrik negara Red Electrica Corp SA dan mitra Portugisnya REN - Redes Energeticas Nacionais SGPS.

Pontegadea didirikan untuk menginvestasikan dividen yang diterima Ortega dari Inditex SA, pengecer pakaian terbesar di dunia yang memiliki Zara dan merek lain. Perusahaan telah membentuk inti kekayaan senilai 78 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.115 triliun.

Secara tradisional, Inditex SA telah menginvestasikan sebagian besar kekayaannya di sektor real estate. Ortega sendiri mengendalikan sekitar 59 persen saham Inditex SA.


Sumber Artikel: republika.co.id

Selengkapnya
Pemilik Zara Beli Saham Pembangkit Listrik Rp4,01 Triliun

Energi dan Sumber Daya Mineral

Israel, Yordania, UEA akan Bangun PLTS

Dipublikasikan oleh Wanda Adiati, S.E. pada 11 Maret 2022


Israel, Yordania dan Uni Emirat Arab (UEA) akan menandatangani kesepakatan untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Yordania. Situs berita Axios di Amerika Serikat (AS) melaporkan, kesepakatan itu diperkirakan akan ditandatangani pada Senin pekan depan di Dubai, di hadapan Utusan Khusus Presiden AS untuk Iklim, John Kerry.

"Ini adalah proyek kerja sama regional terbesar yang pernah dilakukan antara Israel dan negara tetangganya," ujar laporan Axios.

Seperti dilansir Anadolu Agency, Kamis (17/11), kesepakatan tersebut menyerukan agar panel surya yang didanai UEA menyediakan energi terutama ke Israel, yang akan membangun pabrik desalinasi di pantai Mediterania untuk menyediakan air ke Yordania. Kesepakatan tersebut menyerukan agar pembangkit listrik tenaga surya beroperasi pada 2026 dan menghasilkan 2 persen energi Israel 2030.

Israel membayar total 180 juta dolar AS per tahun untuk pemerintah Yordania dan perusahaan UEA. Perjanjian itu akan ditandatangani oleh Menteri Energi Israel Karine Elharrar, Menteri Air Yordania Raed Abu Al-Saud dan Menteri Luar Negeri UEA Abdullah bin Zayed.

"Kesepakatan itu akan meningkatkan kepentingan strategis hubungan antara Israel dan Yordania, yang telah meningkat secara signifikan sejak Naftali Bennett menggantikan Benjamin Netanyahu sebagai perdana menteri Israel. Kesepakatan itu juga harus meringankan krisis air Yordania," kata laporan Axios.

Kesepakatan tersebut merupakan hasil negosiasi melalui beberapa panggilan telepon dari Kerry ke Raja Yordania Abdullah II dan Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid. Ketiganya melakukan pembicaraan rahasia dan menjadi lebih serius pada September. Kemudian rancangan kesepakatan telah matang pada akhir Oktober.

Kesepakatan itu awalnya akan ditandatangani dua minggu lalu selama konferensi iklim COP26 di Glasgow. Axios mengutip pejabat Israel yang tidak mau disebutkan namanya yang mengatakan, Raja Abdullah siap untuk bergerak maju, tetapi Bennett meminta untuk menunda penandatanganan karena khawatir akan menimbulkan kritik politik domestik.

Israel membutuhkan energi terbarukan tetapi tidak memiliki lahan untuk panel surya skala. Sementara, Yordania membutuhkan air tetapi hanya dapat membangun pabrik desalinasi di bagian selatan negara yang terpencil, sedangkan garis pantai Israel lebih dekat ke pusat populasi besar Yordania. Panel tenaga surya akan dibangun oleh Masdar, sebuah perusahaan energi alternatif milik pemerintah UEA.

Kesepakatan panel surya itu juga dilatarbelakangi oleh Kesepakatan Abraham. Tahun lalu, UEA telah menormalkan hubungan dengan Israel melalui Kesepakatan Abraham, yang diinisiasi oleh Amerika Serikat. Penandatanganan kesepakatan normalisasi dilakukan di Gedung Putih dan disaksikan oleh mantan Presiden Donald Trump.


Sumber Artikel: republika.co.id

Selengkapnya
Israel, Yordania, UEA akan Bangun PLTS

Energi dan Sumber Daya Mineral

Uni Eropa akan Labelkan Proyek Gas Alam dan Nuklir sebagai Investasi Hijau

Dipublikasikan oleh Wanda Adiati, S.E. pada 11 Maret 2022


Uni Eropa menyusun rencana untuk melabelkan proyek-proyek gas alam dan energi nuklir sebagai investasi 'hijau'. Langkah ini diambil setelah perdebatan selama satu tahun terakhir mengenai apakah proyek-proyek tersebut benar-benar ramah iklim.

"Dengan mempertimbangkan saran ilmiah dan kemajuan teknologi saat ini serta penolakan dari berbagai  negara angggota, Komisi mempertimbangkan peran gas alam dan nuklir sebagai sarana untuk transisi ke masa depan dengan basis energi terbarukan," kata Komisi Eropa dalam pernyataannya, Ahad (2/1).

Diperkirakan Komisi Eropa akan menetapkan peraturan tersebut pada bulan ini. Mereka akan memutuskan proyek-proyek gas dan nuklir mana saja yang masuk ke 'taksonomi finansial berkelanjutan' Uni Eropa.

Agar dapat masuk kategori sebagai investasi hijau maka aktivitas-aktivitas ekonomi harus sesuai dengan kriteria lingkungan. Langkah membatasi proyek-proyek apa saja yang masuk investasi hijau ini bertujuan menarik lebih banyak investasi swasta.

Selain itu untuk menghentikan apa yang disebut 'greenwashing' pratik perusahaan-perusahaan atau investor melebih-lebihkan kredensial ramah lingkungan pada proyek-proyek mereka. Brussels juga telah menerapkan sistem ini pada beberapa pembiayaan Uni Eropa artinya peraturan ini dapat memutuskan proyek apa yang dapat menggunakan dana publik.

Komisi Eropa akan melabelkan pembangkit listrik tenaga nuklir sebagai investasi hijau. Bila proyek itu memiliki rencana, dana, dan lokasi untuk membuang limbah radioaktif. Agar mendapatkan label hijau maka pembangkit listrik tenaga nuklir harus mendapatkan izin pembangunan sebelum 2045.

Investasi pembangkit listrik tenaga gas alam juga dapat dikategorikan hijau bila emisi yang dikeluarkan di bawah 270g CO2e/kWh. lebih rendah dari tenaga bahan bakar fosil. Selain itu juga dapat izin membangun sebelum 31 Desember 2030 dan beralih ke gas dengan karbon rendah sebelum akhir 2035.

Pembangkit listrik tenaga nuklir dan gas akan dilabelkan sebagai investasi hijau bila terdapat aktivitas 'transisi'. Artinya tidak sepenuhnya berkelanjutan tapi emisi industrinya lebih rendah dari rata-rata dan tidak mengunci aset-aset yang menimbulkan polusi.

Sumber dari Komisi Eropa mengatakan demi membantu negara anggota yang memiliki berbagai latar belakang energi melakukan transisi 'dalam kondisi tertentu, solusinya dapat masuk akal tidak terlihat 'hijau' pada pandang pertama'. Investasi gas alam dan nuklir akan menghadapi 'kondisi yang ketat'.

Negara-negara Uni Eropa dan kelompok pakar akan meneliti rencana Komisi Eropa yang dapat diubah sebelum dipublikasikan pada Januari. Ketika dipublikasikan Parlemen Eropa atau mayoritas negara-negara Uni Eropa dapat memvetonya.

Rencana itu tertahan di lobi-lobi pemerintah selama satu tahun lebih. Negara anggota Uni Eropa berdebat mengenai proyek apa saja yang dapat dikategorikan investasi hijau.

Emisi yang diproduksi pembangkit listrik gas alam hanya setengah dari batu bara. Tapi infrastruktur gas juga berkaitan dengan kebocoran metana yang berpotensi memanaskan bumi.

Penasehat-penasehat Uni Eropa sudah merekomendasikan untuk tidak memasukan pembangkit listrik tenaga gas sebagai investasi hijau kecuali emisi di bawah 100g CO2e/kWh. Para ilmuwan mengatakan hal ini perlu dilakukan untuk menghindari dampak perubahan iklim yang menghancurkan.

Emisi CO2 Pembangkit listrik tenaga nuklir sangat rendah tapi tahun lalu Komisi Eropa mencari saran para ahli. Apakah pembangkit tenaga listrik nuklir dapat dikategorikan investasi hijau mengingat potensi yang ditimbulkan limbah radioaktif.


Sumber Artikel: republika.co.id

Selengkapnya
Uni Eropa akan Labelkan Proyek Gas Alam dan Nuklir sebagai Investasi Hijau
« First Previous page 4 of 11 Next Last »