Industri Otomotif
Dipublikasikan oleh Admin pada 25 Juni 2022
Daihatsu Motor Co., Ltd. (ダイハツ工業株式会社 Daihatsu Kōgyō Kabushiki-gaisha, TYO: 7262, OSE: 7262) adalah perusahaan mobil Jepang tertua, yang dikenal dengan produk mobil-mobilnya yang berukuran kecil/kompak. Daihatsu berkantor pusat di Ikeda, Prefektur Osaka. Dengan slogan barunya, "Light You Up", produk-produk lamanya yang terkenal, antara lain Taft, dihentikan mulai tahun 2002.
Daihatsu dibentuk ulang pada tahun 1951 sebagai perusahaan penerus dari Hatsudoki dan pada tahun 1960-an, mereka mulai mengekspor mobil ke Eropa, meskipun penjualannya tidak begitu bagus.
Sejak bulan Februari 1992, sudah menjadi kebiasaan bagi Toyota untuk memasarkan produk-produk Daihatsu di kawasan Amerika Utara.
Bulan Januari 2011, Daihatsu mengumumkan bahwa mereka akan keluar dari pasar Eropa tahun 2013, disebabkan karena terus menguatnya mata uang yen yang menyebabkan kerugian bagi Daihatsu.[1] Penjualan Daihatsu sendiri di Eropa semakin melorot, dari sebelumnya 58.000 unit pada tahun 2007, menjadi hanya 19.000 unit saja pada tahun 2010.
Pada Agustus 2016, Toyota mengumumkan bahwa mereka telah membeli seluruh saham Daihatsu 100% yang menjadikan Daihatsu sebagai anak perusahaan penuh dari Toyota.
Sejarah singkat
Jajaran produk Daihatsu
Daihatsu Copen
Daihatsu Move Custom
Daihatsu Materia
Pabrik Perakitan
Sumber: id.wikipedia.org
Industri Otomotif
Dipublikasikan oleh Admin pada 25 Juni 2022
PT Astra International Tbk. (IDX: ASII) adalah sebuah konglomerat multinasional[4] yang berkantor pusat di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1957 dengan nama PT Astra International Inc. Pada tahun 1990, perseroan ini mengubah namanya menjadi PT Astra International Tbk,[5] setelah resmi melantai di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 4 April 1990. Per 30 Juni 2018, mayoritas saham Astra dimiliki oleh Jardine Cycle & Carriage Ltd., yakni sebesar 50,11%.[5]
Perseroan berdomisili di Jakarta, Indonesia, dengan kantor pusat berada di Menara Astra, Jalan Jenderal Sudirman setelah sebelumnya menempati Gedung AMDI yang berada di Jalan Gaya Motor Raya No. 8, Sunter II, Jakarta.[5] Ruang lingkup kegiatan Perseroan seperti yang tertuang dalam anggaran dasarnya adalah perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama entitas anak meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor dengan suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat berat, pertambangan dan jasa terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur dan teknologi informasi.[5]
Sampai dengan Desember 2017, Grup Astra memperkerjakan lebih dari 218.000 karyawan di 212 perusahaan, anak perusahaan, dan entitas asosiasi.[6] Jumlah ini bertumbuh hingga 221.719 per 30 Juni 2018.[5]
Sejarah
Astra International pada awalnya didirikan oleh Tjia Kian Liong (William Soerjadjaja), Tjia Kin Joe (Benyamin), dan Liem Peng Hong pada tahun 1950-an.[7] Perusahaan ini pada awalnya menempati sebuah toko di Jalan Sabang no. 36A, Jakarta. Nama Astra sendiri diusulkan oleh Kian Tie, adik Kian Liong, dalam bahasa Latin yang berarti bintang.[8] Ketiga pendirinya kemudian mendaftarkan nama Astra International Inc. ke notaris Sie Khwan Djioe pada tanggal 20 Februari 1957 dengan modal sejumlah 2,5 juta rupiah.[8]
Pada awal berdirinya, perusahaan ini menjadi distributor dan importir limun merek Prim Club Kornet CIP. Selain produk impor, ada juga produk lokal dari Bandung seperti pasta gigi Fresh O Dent dan pasta gigi Odol Dent. Bisnis usahanya yang lain meliputi pengiriman fosfat alumunium, bohlam lampu, dan mengekspor kopra serta minyak goreng.[8] Namun belakangan, hanya Kian Liong yang mengelola Astra, karena Kian Tie bekerja di Palembang sementara Pang Hong dengan bisnisnya yang lain. Saham-saham perusahaan pun seluruhnya beralih ke tangan Kian Liong pada 1961.[8] Setelah itu, Astra memasuki babak baru. Pada masa-masa sulit Demokrasi Terpimpin orde lama Presiden Soekarno, antara 1962 hingga 1964, Astra sempat menjadi pemasok lokal proyek pembangunan Waduk Jatiluhur.[8]
Memasuki tahun 1965, di tengah situasi ekonomi yang buruk, Kian Liong mencoba mempertahankan perusahaannya agar bisa tetap hidup. Ia kemudian memindahkan kantornya dari Jalan Sabang ke Jalan Juanda III no 8.[8] Pada tahun 1966, Astra menjadi importir 80 ribu ton aspal dari Marubeni, Jepang untuk membangun jalan. Perusahaan ini juga mendapat pinjaman dana dari USAID sebesar $2,9 juta untuk mengimpor apapun, termasuk truk-truk dari Amerika Serikat. Ia mengimpor 800 unit truk merek Chevrolet buatan General Motors Co. dan menjualnya kepada Pemerintah.[7] Sayangnya, Astra tak bisa mengimpor lebih banyak lagi truk-truk dari General Motors karena ia dianggap melanggar dan tidak memahami ketentuan USAID yang melarang perusahaan untuk memasok ke pemerintahan.
Pada tahun 1969, Astra mengalihkan usahanya ke Jepang. Hideo Kamio, salah seorang mantan manager di Gaya Motor sewaktu zaman Jepang, juga bersikeras truk-truk Toyota yang akan masuk Indonesia harus dirakit di Gaya Motor. Saat itu, Gaya Motor sudah dipegang oleh William. Maka, Astra melalui PT Gaya Motor pun menjadi agen tunggal Toyota.[9]
Mulai tahun 1970, Astra secara perlahan-lahan ditunjuk menjadi distributor dari berbagai hasil produksi Jepang, di antaranya menjadi distributor tunggal sepeda motor Honda serta distributor alat-alat perkantoran produksi Fuji Xerox di Indonesia. Untuk mendukung produksi di Indonesia, Astra juga mendirikan PT Federal Motor (kini PT Astra Honda Motor) untuk menjadi pabrik perakitan sepeda motor Honda di Indonesia pada tahun 1971.[10]
Astra memasuki bisnis perdagangan dan penyewaan alat berat melalui pendirian PT United Tractors pada tahun 1972. Sementara itu, Astra juga ditunjuk menjadi agen tunggal pemasaran produk-produk Daihatsu pada tahun 1973, hingga mendirikan PT Daihatsu Indonesia (kini PT Astra Daihatsu Motor) pada tahun 1978.[10]
Lebih lanjut dari penunjukkan Astra sebagai distributor kendaraan bermotor Toyota, Astra kemduian mendirikan ventura bersama dengan Toyota Motor Corporation di Jepang, yaitu perusahaan PT Toyota-Astra Motor (TAM) pada tahun 1971, yang menjadi perusahaan distribusi kendaraan bermerek Toyota di Indonesia. TAM kemudian meluncurkan mobil Toyota Kijang pertama pada tahun 1977, salah satu tipe mobil keluarga pionir di Indonesia.[10]
Pada tahun 1990, Astra melalukan penawaran umum perdana atas 30 juta lembar sahamnya di Bursa Efek Jakarta (kini Bursa Efek Indonesia).
Pada tahun 2004, Astra bekerja sama dengan Standard Chartered Bank melakukan pengambilalihan atas Bank Permata, sebuah bank hasil merger dari lima bank yang berada di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yaitu PT Bank Bali Tbk, PT Bank Universal Tbk, PT Bank Prima Express, PT Bank Artamedia, dan PT Bank Patriot. Kepemilikan gabungan Astra bersama dengan Standard Chartered Bank mencapai 89,12% sejak 2006 hingga 2020.[11]
Saat ini, sebanyak 50,11 persen saham Astra International dikuasai oleh Jardine Cycle & Carriage Limited, sebuah perusahaan yang berbasis di Singapura.[5]
Pada tahun 2016, Astra meluncurkan lini bisnisnya yang ketujuh, yaitu lini bisnis properti.[12]
Anak usaha
Hingga tahun 2020, berikut ini anak-anak usaha dari Astra Internasional[3][13]:
Otomotif
Jasa keuangan
Alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi
Agribisnis
Infrastruktur dan logistik
Teknologi informasi
Properti
Perusahaan patungan
Hingga akhir tahun 2020, berikut ini perusahaan patungan yang didirikan oleh Astra International bersama sejumlah mitranya[13]:
Sumber: id.wikipedia.org
Industri Otomotif
Dipublikasikan oleh Admin pada 25 Juni 2022
PT Astra Honda Motor adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur, perakitan dan distributor sepeda motor merek dan type Honda. Dan perusahaan ini merupakan satu-satunya di Indonesia yang memiliki hak sebagai Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) sepeda motor Honda.
Sejarah
1971
PT Astra Honda Motor (AHM) merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia. Didirikan pada 11 Juni 1971 dengan nama awal PT Federal Motor. Saat itu, PT Federal Motor hanya merakit, sedangkan komponennya diimpor dari Jepang dalam bentuk CKD (completely knock down). Tipe sepeda motor yang pertama kali di produksi Honda adalah tipe bisnis, S 90 Z bermesin 4 tak dengan kapasitas 90cc. Jumlah produksi pada tahun pertama selama satu tahun hanya 1500 unit, akan tetapi kemudian melonjak menjadi sekitar 30 ribu pada tahun dan terus berkembang hingga saat ini. Sepeda motor terus berkembang dan menjadi salah satu moda transportasi andalan di Indonesia.
2001
Seiring dengan perkembangan kondisi ekonomi serta tumbuhnya pasar sepeda motor terjadi perubahan komposisi kepemilikan saham di pabrikan sepeda motor Honda ini. Pada tahun 2001, PT Federal Motor dan beberapa anak perusahaan dimerger menjadi satu dengan nama PT Astra Honda Motor, yang komposisi kepemilikan sahamnya menjadi 50% milik PT Astra International Tbk dan 50% milik Honda Motor Co. Japan, yang masih bekerjasama dengan HRC Indonesia.
2014
Saat ini PT Astra Honda Motor memiliki 4 fasilitas pabrik perakitan. Pabrik pertama berlokasi di Sunter, Jakarta Utara yang juga berfungsi sebagai kantor pusat. Pabrik kedua berlokasi di Kelapa Gading. Pabrik ketiga berlokasi di kawasan MM 2100 Cikarang Barat, Bekasi. Pabrik keempat berlokasi di Karawang. Pabrik keempat ini merupakan fasilitas pabrik perakitan terbaru yang mulai beroperasi sejak tahun 2014.
2015
Dengan keseluruhan fasilitas ini PT Astra Honda Motor saat ini memiliki kapasitas produksi 5.8 juta unit sepeda motor per-tahunnya, untuk permintaan pasar sepeda motor di Indonesia yang terus meningkat. Salah satu puncak prestasi yang berhasil diraih PT Astra Honda Motor adalah pencapaian produksi ke 50 juta pada tahun 2015. Prestasi ini merupakan prestasi pertama yang berhasil diraih oleh industri sepeda motor di Indonesia bahkan untuk tingkat ASEAN.
Produk sepeda motor Honda regular saat ini
Matic
Bebek
Sport
Sumber: id.wikipedia.org
Industri Otomotif
Dipublikasikan oleh Admin pada 25 Juni 2022
PT Toyota-Astra Motor atau biasa disingkat dengan TAM merupakan Agen Pemegang Merek (APM) Mobil Toyota dan Lexus di Indonesia. TAM merupakan perusahaan joint venture antara PT. Astra International Tbk dengan persentase saham 50% dan Toyota Motor Corporation, Jepang dengan persentase saham 50%.
Sejarah
PT Toyota-Astra Motor diresmikan pada tanggal 2 April 1971. Peranan TAM semula hanya sebagai importir kendaraan Toyota, namun setahun kemudian sudah berfungsi sebagai distributor. Pada tanggal 31 Desember 1989, TAM melakukan merger bersama tiga perusahaan antara lain:
Gabungan semuanya diberi nama PT Toyota-Astra Motor. Merger ini dilakukan guna menyatukan langkah dan efisiensi dalam menjawab tuntutan akan kualitas serta menghadapi ketatnya persaingan di dunia otomotif.
Selama lebih dari 30 tahun, PT. Toyota-Astra Motor telah memainkan peranan penting dalam pengembangan industri otomotif di Indonesia serta membuka lapangan pekerjaan termasuk dalam industri pendukungnya. PT. Toyota-Astra Motor telah memiliki pabrik produksi seperti stamping, casting, engine dan assembly di area industri Sunter, Jakarta. Untuk meningkatkan kualitas produk dan kemampuan produksi, pada tahun 1998 diresmikan pabrik di Karawang yang menggunakan teknologi terbaru di Indonesia.
Sejak tanggal 15 Juli 2003, TAM direstrukturisasi menjadi 2 perusahaan, yaitu:
Jaringan distribusi
Logo Auto2000
Dalam mendukung penjualan dan layanan purna jual, TAM dibantu oleh 5 Dealer Utama yang membawahi dealer-dealer yang tersebar di seluruh Indonesia. Hingga bulan Desember 2005 telah terdapat 181 outlet dan 101 bengkel resmi. Berikut ini kelima Dealer Utama yang dibagi berdasarkan wilayah geografisnya:
Produk yang dijual di Indonesia[sunting | sunting sumber]
* sudah tidak diproduksi/dipasarkan lagi di Indonesia
Struktur Organisasi
Milestone
Penghargaan
Sumber: id.wikipedia.org
Industri Otomotif
Dipublikasikan oleh Admin pada 25 Juni 2022
JAKARTA, KOMPAS.com - Elektrifikasi kendaraan bermotor di Indonesia kian naik pamornya. Sejumlah produsen mobil pun turut meluncurkan produknya dalam berbagai tipe, mulai hybrid, BEV, PHEV, dan sebagainya. Untuk penjualannya sendiri, dilansir dari data yang dirilis Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), mobil listrik mencatatkan wholesales sebanyak 685 unit pada 2021. Angka tersebut memang terhitung kecil jika dibandingkan dengan total wholesales seluruh model mobil tak termasuk pikap pada tahun tersebut yang menembus angka 887.202 unit.
Melihat data tersebut, belum semua produsen mobil ingin berniaga mobil listrik di Indonesia. Salah satunya yakni Daihatsu. Astra Daihatsu Motor (ADM) belum menunjukkan tanda-tanda sedikit pun akan berjualan kendaraan listrik di Tanah Air.
Dalam konferensi pers virtual, Jumat (11/2/2022), Marketing Director PT ADM Amelia Tjandra menuturkan bahwa masyarakat Indonesia belum sepenuhnya menerima kehadiran kendaraan listrik.
Selain dari banderolnya yang rata-rata masih lebih tinggi dibanding mobil bermesin pembakaran internal, infrastruktur pendukung untuk ekosistem kendaraan listrik belum sepenuhnya optimal di seluruh daerah.
Menurutnya, jumlah permintaan terhadap mobil listrik di pasar domestik saat ini masih terbilang rendah. Kontribusinya terhadap sektor otomotif Indonesia juga belum besar.
“Pada dasarnya Daihatsu selalu mencermati. Buat kami kalau ada demand pasti kita supply. Kalau data menunjukkan permintaannya belum tumbuh dan supply-nya tidak diserap tentu tidak akan menimbulkan efek yang bagus untuk perekonomian Indonesia,” ucap Amelia.
Ia menegaskan, Daihatsu akan ikut memenuhi kebutuhan elektrifikasi kendaraan apabila masyarakat Indonesia sudah siap menerima kehadiran mobil listrik dan permintaan akan jenis mobil tersebut mulai benar-benar tumbuh.
Sumber: otomotif.kompas.com