Internet of Things

Deteksi Kerusakan Jalan dengan IoT, Peneliti ITB Kembangkan Sistem Road Damage Detection Berbasis Machine Learning

Dipublikasikan oleh Admin pada 11 Desember 2022


BANDUNG, itb.ac.id — Internet of Things (IoT) merupakan sistem yang menghubungkan objek fisik dengan jaringan internet untuk menghasilkan nilai-nilai baru dan manfaat bagi umat manusia. Pemanfaatan IoT khususnya untuk sistem transportasi dibahas oleh I Gusti Bagus Baskara Nugraha, S.T., M.T., Ph.D., selaku peneliti Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas ITB pada workshop yang berjudul berjudul “Pemanfaatan Teknologi IoT dalam Pembangunan Smart Mobility” pada Selasa (22/11/2022).

Penggunaan IoT untuk sektor transportasi mulai banyak dikembangkan pada saat ini untuk menunjang pengalaman mobilitas yang lebih baik. Beberapa teknologi transportasi yang menggunakan basis IoT antara lain pengelolaan lalu lintas, self-driving car, otomasi pembelian tiket, monitoring transportasi, serta peningkatan keamanan transportasi publik.

Baru-baru ini, penelitian dilakukan untuk mengembangkan sistem keamanan transportasi berupa road damage detection. Sistem ini dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan mobilitas transportasi di beberapa segmen jalan yang rawan mengalami kerusakan. Menggunakan data yang dikumpulkan lewat dashcam kendaraan, sistem akan mengenali kategori jalan rusak serta mengirimkan hasilnya kepada pemerintah terkait yang berwenang mengelola jalan tersebut.

“Kalau kita bisa memanfaatkan data dari dashcam setiap pengguna mobil yang lewat, sistem bisa melaporkan data tersebut secara otomatis ke pihak yang berwenang untuk memberi tahu kalau di lokasi X ada jalan yang perlu diperbaiki,” ujar Baskara.

Namun saat ini, dashcam yang ada di pasaran belum mampu melakukan hal tersebut, sehingga pengembangan prototipe dashcam khusus masih terus dilakukan. Dashcam yang dikembangkan akan mampu mendeteksi kerusakan jalan mulai dari kategori rusak ringan sampai rusak berat berdasarkan algoritma tertentu yang dikembangkan melalui machine learning.

Akurasi data menjadi isu terbesar yang harus dipenuhi oleh sistem pendeteksi ini. Untuk itu, diperlukan sumber data yang banyak agar sistem dapat mengenali berbagai variasi kerusakan jalan serta meminimalisir kemungkinan salah deteksi.

Baskara menjelaskan, “Pekerjaan machine learning atau artificial intelligence yang paling melelahkan adalah pengumpulan data. Bisa berbulan bulan bahkan bertahun-tahun. Supaya saat kita latih komputernya, dia benar benar pintar dan akurat, jadi datanya harus banyak.”

Sistem road damage detection saat ini masih mengandalkan identifikasi manual dengan cara melihat video rekaman dashcam secara langsung, kemudian pengamat harus memblok area jalan yang mengalami kerusakan. Namun ketika sistem sudah beroperasi secara optimal, hasil rekaman dashcam akan langsung dikirim ke cloud pusat yang ada pada server.

Tantangan yang kemudian muncul adalah besarnya bandwidth yang dibutuhkan untuk mengirim dan mengunduh data. Kalaupun bandwidth mencukupi, tantangan lain adalah masalah biaya yang relatif besar saat mengirim maupun mengunduh data dari cloud pusat.

Pendekatan baru yang ditawarkan untuk menghadapi tantangan ini adalah penggunaan edge computing. Dengan edge computing, pengolahan data akan dilakukan secara lokal dekat dengan sumber data tersebut tanpa harus mengirimnya ke cloud pusat. Hasilnya, data dapat lebih mudah diproses karena rute pengolahan data dari lokal ke sistem cloud lebih pendek. Edge computing ini yang nantinya akan diwujudkan dalam bentuk sistem cloud di dalam dashcam.

Selain itu, sistem road damage detection juga masih menghadapi beberapa tantangan yang berasal dari luar sistem. Contohnya adalah kondisi lingkungan eksternal berupa lalu lintas yang padat dan perbedaan faktor pencahayaan saat pagi, siang, atau malam. Kedua faktor ini sangat berpotensi menyebabkan gagal deteksi kerusakan jalan oleh sistem. Oleh karena itu, sistem road damage detection juga masih harus melalui tahap-tahap perbaikan lebih lanjut untuk menyempurnakan cara kerjanya.

Sumber: itb.ac.id

 

Selengkapnya
Deteksi Kerusakan Jalan dengan IoT, Peneliti ITB Kembangkan Sistem Road Damage Detection Berbasis Machine Learning

Internet of Things

Teknologi dan Pandemi Mendorong Pertumbuhan Perangkat IoT di Indonesia

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 25 Maret 2022


Perangkat internet of things (IoT) diperkirakan bakal tumbuh pesat. Entah itu gadget, wearable dan lannya. Selain era 5G,  hal ini tak dipungkiri berkat dorongan pandemi Covid-19 yang menuntut masyarakat untuk aktif beraktifitas melalui perangkat digital.

Ketua Umum Asosiasi IoT Indonesia (Asioti), Teguh Prasetya mengambarkan percepatan pertumbuhan perangkat AIoT ada pada smarthome dan smartphone.

Smarthome  tumbuh sebesar 5 juta-6 juta perangkat dalam setahun. Jadi dalam satu rumah tersedia lima perangkat pintar yang menunjang.  Artinya ada 30 juta perangkat dalam setahun tumbuh.

“Kita perkirakan jumlah yang sama juga bakal tumbuh di 2022, Demikian juga dengan smartphone yang diproyeksi bakal tumbuh single digit, setelah di 2021 perangkat tersebut tumbuh sekitar 20 juta dalam setahun,” jelas Teguh dalam paparan daring Digital Industry Forecast (DIECAST) 2022, Rabu (12/1). 

Kemudian perangkat ini tidak bisa berdiri sendiri, tapi didukung oleh pengembangan jaringan yang juga terbilang cukup krusial. Wifi pun berevolusi dari vesi 5 ke 6, jaringan seluler pun bergerak dari 3G,4G kini sudah memasuki 5G.

“Saya melihat 5G di 2022 bakal tergelar lebih luas, baik itu untuk publik maupun kebutuhan koorporasi melalui stand alone network,” paparnya.

Sumber Artikel: kontan.co.id

Selengkapnya
Teknologi dan Pandemi Mendorong Pertumbuhan Perangkat IoT di Indonesia

Internet of Things

Implementasi IoT Genjot Daya Saing Industri Migas Nasional

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 25 Maret 2022


Pengoptimalan implementasi internet of things (IoT), big data analytics, serta artificial intelligence (AI) pada sektor industri minyak dan gas (migas) menjadi suatu keniscayaan di era industri 4.0  

Pasalnya, selain berfungsi sebagai akselerator kegiatan usaha, pengimplementasian teknologi digital juga dapat menggenjot daya saing industri migas nasional di kancah global. Senior Director Boston Consulting Group Jamie Webster menjelaskan, teknologi dan digitalisasi akan sangat membantu perusahaan migas karena dapat digunakan untuk meminimalisasi salah satu momok industri migas, yaitu dry hole.

“Termasuk menggunakan AI untuk menyimulasikan pengeboran,” jelas Jamie seperti dikutip dari skkmigas.go.id, Rabu (16/12/2020). Lebih lanjut Jamie menjelaskan, data yang didapat IoT menjadi aset strategis bagi perusahaan migas.

Pasalnya, pengelolaan dan pemanfaatan data secara digital dapat mendukung perusahaan migas untuk mempercepat kinerja dan mengambil keputusan. Berdasarkan penelitian Professional Petroleum Data Management (PPDM) Association pada 2020, nilai data dari blok migas dengan aset 470 miliar dollar Amerika Serikat (AS) dapat mencapai 155 miliar AS.

Melihat potensi tersebut, sebagai industri strategis nasional, sektor migas punya peluang untuk menambah sumbangan terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia dan berdaya saing global melalui pengoptimalan IoT dalam kegiatan usaha.

Berikut manfaat penerapan teknologi dan digitalisasi pada sektor usaha yang identik dengan kompleksitas tinggi dan riskan terhadap risiko kerugian tersebut.

Membantu manajemen pengeboran Pengeboran merupakan bagian krusial dan kompleks dalam industri migas. Tak heran, aktivitas ini kerap memakan waktu dan tenaga, serta berisiko tinggi. Namun, dengan pemanfaatan IoT, pengeboran bisa berjalan maksimal, efektif, dan efisien. Operator rig dapat mengoperasikan peralatan bor dari ruang kendali tanpa perlu sering memasuki area pengeboran.

Selain itu, risiko kesalahan dan kecelakaan kerja juga dapat diminimalisasi karena sensor-sensor pintar yang tersemat pada peralatan bor berbasis IoT mampu mendeteksi tanda bahaya. Memantau sistem perpipaan Kebocoran pipa merupakan salah satu masalah serius yang wajib dihindari industri migas. Pasalnya, insiden tersebut dapat menyebabkan kerugian finansial, kerusakan lingkungan, dan ancaman reputasi perusahaan.

Teknologi IoT membantu operator dalam memantau seluruh sistem perpipaan secara real-time, mulai dari pemeriksaan hingga pemeliharaan rutin secara berkala.

Dengan begitu, risiko kebocoran pipa atau situasi lain yang tidak diinginkan dapat dihindari. Pengelolaan karyawan dan pabrik pun bisa lebih efisien dengan teknologi tersebut.

Pasalnya, perawatan hanya dilakukan jika ada kelainan yang terdeteksi. Memudahkan pengukuran aktivitas kilang Seperti halnya area pengeboran, aktivitas di kilang migas juga memiliki kompleksitas tinggi. Banyak pengukuran yang perlu dilakukan untuk setiap komponen kilang.

Proses tersebut bisa memakan waktu dan biaya banyak jika dilakukan secara manual. Apalagi, beberapa kilang membutuhkan pengukuran tepat secara real-time. IoT dapat mengakomodasi segala informasi yang dibutuhkan terkait aktivitas kilang, termasuk pengukuran pada tempat-tempat yang sulit diakses sumber daya manusia.

Sensor dapat ditempatkan di berbagai titik yang sulit diakses oleh karyawan dan dapat memberikan lebih banyak data. Ini membantu pemantauan kilang sepanjang waktu. Dalam laporan BAIN yang dimuat Forbes, Selasa (17/9/2019), pemanfaatan teknologi data yang tepat akan meningkat produksi perusahaan migas sebesar 6 persen hingga 8 persen.

Mengoptimalkan jaringan komunikasi lepas pantai Sebagian besar produksi migas berada di wilayah lepas pantai yang minim akan jaringan komunikasi.

Padahal, konektivitas mumpuni dibutuhkan dalam kegiatan usaha di era industri 4.0, termasuk perusahaan migas. IoT dapat dimanfaatkan untuk membantu mengatasi rintangan tersebut lewat penggunaan Very Small Aparture Terminal (VSAT) yang merupakan sistem komunikasi berbasis satelit.

Dengan pemanfaatan teknologi tersebut, koneksi seluruh ekosistem perusahaan dapat berjalan lancar terlepas dari lokasi geografisnya. Akses internet pun menjadi lebih cepat sehingga pengiriman informasi terkait keputusan penting dapat segera dilaksanakan.

Memudahkan fleet management Kehadiran IoT juga memberikan manfaat pada fleet management industri migas. Armada logistik, termasuk kapal kargo, dapat dipantau secara real-time. Dengan begitu, proses produksi bisa beroperasi dengan aman. Namun, teknologi IoT baru dapat berjalan maksimal jika didukung jaringan mumpuni, seperti yang dihadirkan PT Link Net Tbk (Link Net).

Untuk diketahui, Link Net menyediakan layanan televisi berbayar dengan kualitas premium, koneksi broadband internet berkecepatan tinggi, dan komunikasi data. Tak hanya menawarkan layanan internet bisnis berkualitas, Link Net juga mampu mengatasi kendala jaringan untuk meminimalkan waktu downtime.

Ini berkat penerapan service level agreement (SLA) berstandar tinggi. Ada tiga layanan yang ditawarkan Link Net untuk kebutuhan komunikasi kegiatan bisnis, termasuk bisnis migas. Pertama, Dedicated Internet. Layanan ini menawarkan kapasitas bandwidth simetris antara download dan upload. Dedicated Internet memiliki jaringan eksklusif.

Karena itu, layanan ini mampu menghadirkan koneksi yang stabil dan memberikan keamanan tingkat tinggi. Kedua, VSAT Link Net yang telah terintegrasi dengan High Throughput Satellite (HTS) dan tahan terhadap cuaca ekstrem.

Adapun kapasitas internet yang ditawarkan dari layanan tersebut mencapai 100 megabit per second (Mbps) dengan ukuran peralatan yang terbilang ringkas. Ketiga, Remote Solution. Layanan ini meliputi aplikasi dan sistem yang mampu menunjang aktivitas pertambangan dan logistik, seperti fleet management system, radio mesh, man pack.

Sumber Artikel: kompas.com

Selengkapnya
Implementasi IoT Genjot Daya Saing Industri Migas Nasional

Internet of Things

Dekan FPP Undip: "Internet of Things", Bekal Mahasiswa Hadapi Era Digital

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 25 Maret 2022


Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP) Universitas Diponegoro (Undip) terus berupaya memperbaharui materi kuliah Internet of Things (IoT) yang diberikan kepada mahasiswa di semua program studi (prodi).

Dekan FPP Undip, Prof Bambang Waluyo Hadi Eko Prasetiyono mengatakan materi kuliah IoT menjadi salah satu bekal bagi lulusan Undip menghadapi era digital. Menurutnya, pemberian bekal Internet of Things di semua jenjang pendidikan adalah sebuah keniscayaan.

“Semula Internet of Things sebenarnya hanya alat bantu saja. Namun kini kami melihatnya sebagai hal esensial yang harus dikuasai sebagai bekal di era industry 4.0,” kata Prof Bambang seperti dirangkum dari laman Undip, Jumat (16/7/2021).

IoT sendiri adalah teknologi yang memungkinkan sebuah objek tertentu memiliki kemampuan untuk mengirimkan data lewat melalui jaringan dan tanpa adanya interaksi dari manusia ke manusia ataupun dari manusia ke perangkat komputer.

IoT yang sering diidentifikasi dengan RFID (Radio Frequency Identification) sebagai metode komunikasi, mengalami perkembangan yang sangat cepat, mulai dari tingkat konvergensi teknologi nirkabel, microelectromechanical (MEMS), internet, dan QR (Quick Responses) Code.

Adapun unsur-unsur dalam IoT setidaknya meliputi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), penggunaan perangkat yang ukurannya makin kecil dengan efektivitas dan daya hasil yang tinggi, adanya sensor baik untuk sensor cahaya, sensor suara maupun sensor pendeteksi lain, serta peningkatan keterlibatan aktif peralatan atau mesin dalam menjalankan fungsinya.

“Apapun istilahnya, apakah modern farm, digital farming ataupun smart farming, itu tantangan yang harus kita hadapi bersama. Dalam konteks sebagai lembaga pendidikan tinggi, kami juga berkomitmen untuk menyiapkan lulusan kita menghadapi tantangan yang ada sesuai jenjang dan tuntutan keahlian,” paparnya.

Materi IoT relevan dengan ilmu dan kebutuhan

Karena dianggap esensial, lanjut dia, FPP Undip berupaya selalu memperbaharui materi kuliah IoT yang diselenggarakannya agar relevan dan mampu menjawab kebutuhan yang ada.

"Perkembangan yang ada, serta masukan dari para pemangku kepentingan menjadi pertimbangan penting dalam memperbaharui materi kuliah IoT di FPP Undip," imbuh dia. Dia mencontohkan, kandang ayam closed house milik FPP Undip yang difungsikan sebagai unit usaha sekaligus laboratorium untuk praktek para mahasiswa dan para peneliti kini sudah dilengkapi dengan teknologi modern.

Dalam sistem pengelolaannya, pemanfaatan teknologi informasi menjadi bagian penting termasuk dalam teknis pengaturan suhu, pengaturan kelembaban dan pengaturan gas amonia di kandang agar produktivitas yang diraih bisa maksimal. Sehingga, pembaruan materi sendiri tidak hanya menyangkut konten dari materi kuliah, tapi juga metode, cara pencapaian dan cakupan materinya.

Selain updating dalam kaitannya perkembangan teknologi internet dan aplikasi-aplikasi yang terkait, FPP juga berupanya menjaga relevansi IoT khususnya yang terkait dengan bidang keilmuan Peternakan dan Pertanian.

“Relevansi dengan bidang ilmu tetap penting untuk menunjang penerapannya secara langsung dalam kegiatan praktikum sampai pada penelitian dan pembuatan karya ilmiah,” dia menambahkan.

Selain update dalam perkembangan teknologi internet dan aplikasi-aplikasi yang terkait, ia menyebut FPP juga berupanya menjaga relevansi IoT khususnya yang terkait dengan bidang keilmuan Peternakan dan Pertanian.

“Relevansi dengan bidang ilmu tetap penting untuk menunjang penerapannya secara langsung dalam kegiatan praktikum sampai pada penelitian dan pembuatan karya ilmiah,” dia menambahkan.

Sumber Artikel: kompas.com

Selengkapnya
Dekan FPP Undip: "Internet of Things", Bekal Mahasiswa Hadapi Era Digital

Internet of Things

Menonton Pertandingan di Era Internet of Things

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 25 Maret 2022


Internet of things (IoT) merupakan konsep di mana satu perangkat di rumah terkoneksi dengan perangkat lainnya. Fantech Indonesia menjadi produk lokal yang mulai merambah dunia tersebut.

Konsep Internet of things telah ada sejak 1982. Namun, istilah tersebut baru muncul dari pidato Peter T. Lewis di Washington DC pada September 1985.

Lewis menjelaskan internet of things sebagai "integrasi manusia, proses, dan teknologi dengan perangkat-perangkat yang bisa terhubung dan sensor-sensor untuk mengaktifkan pengawasan, status, manipulasi, dan evaluasi tren perangkat-perangkat tersebut dari jarak jauh." IoT dewasa ini besar di pasar konsumer, termasuk teknologi yang bisa dipakai, perangkat automasi rumah, kendaraan pintar, dsb.

Dalam konteks lebih luas, konsep ini mulai kerap digunakan untuk kepentingan yang lebih besar lagi, seperti mengubah sebuah kota konvensional menjadi “Smart City”.

Salah satu pasar utama di IoT ini adalah automasi rumah atau konsep rumah pintar di mana berbagai perangkat terhubung ke jaringan internet di rumah dan dikendalikan lewat gawai atau perangkat lain.

IoT adalah masa depan yang akan memberikan dampak sangat besar bagi kehidupan manusia. Membuat segala sesuatu hanya dengan perintah suara atau klik aplikasi dan tinggal atur jadwalnya saja.

Tak dapat dibayangkan seberapa besar waktu yang dapat dipangkas, penggunaan sumber daya & energi yang lebih efeisien, dan berbagai keuntungan lainnya.

Melihat manfaat yang sangat besar dan dapat membantu aktivitas keseharian masyarakat, salah satu brand teknologi lokal asli Indonesia, yaitu Fantech mulai melebarkan sayapnya ke lini Smart Life dengan menghadirkan beragam produk Internet of Things.

Fantech Smart Life memulainya dengan produk pendukung aktivitas sehari-hari dan lifestyle, seperti Lampu Smart LED Bulb, Wireless Earphone (TWS), LED Strip, colokan listrik Smart Socket, dan berbagai produk teknologi IoT lainnya.

Sebagai bentuk apresiasi & memberikan kembali ke komunitas, Fantech sebagai brand lokal berusaha untuk memperkenalkan produk Internet of Things ini dengan produk berkualitas.

Line up produk berkualitas ini dipilih dari hasil penelitian dan pengembangan terbaik dengan harga sangat affordable yang mengusung prinsip “Worth to Buy!” Fantech Smart Life terus berusaha untuk mengembangkan produk dan pelayanannya, serta berharap masyarakat Indonesia mulai beradaptasi dengan perkembangan teknologi.

Sehingga, Indonesia dapat menjadi negara yang dapat bersaing dalam industri teknologi di kancah internasional. Kompas.com sendiri telah mencoba line up Smart Home Fantech dan puas dengan apa yang telah ditawarkan.

Semua device bisa dengan mudah terhubung lewat aplikasi Fantech Smart Life yang bisa diunduh dari Play Store atau juga Apple AppStore. Aplikasinya sendiri ringan dan sangat user friendly.

Setiap device disertakan dengan buku instruksi yang menjelaskan semua operasional perangkat tersebut dengan bantuan visual sehingga mudah dimengerti.

Tak ada kesulitan sama sekali untuk menghubungkan semua perangkat, mulai dari Smart Light Bulb, Smart LED Strip, hingga Smart IR Remote. Headphone nirkabel sangat berguna bagi Anda yang suka menonton pertandingan pada malam hari/dini hari dan tak ingin membangunkan buah hati atau pasangan di sebelah.

Proses syncing dengan laptop atau gawai sangat mudah dan headphone mempunyai kekuatan baterai untuk pemakaian selama 60 jam atau standby 200 jam.  Smart Light Bulb menawarkan hingga 16 juta warna RGB dengan waktu pemakaian 25.000 jam. Light Bulb ini cocok sekali bagi orang yang ingin mengubah warna lampu di kamar tergantung mood (apakah tim kita kala/menang) atau apa yang sedang ia kerjakan.

Terlebih, para pengguna bisa mengatur luminasi setiap lampu hingga 806 lumens. Sementara, instalasi dan penyesuaian fitur-fitur Smart LED Strip juga sangat mudah dan praktis.

Satu lagi yang berguna untuk sebuah Smart Home adalah Smart IR Remote di mana kita akhirnya bisa memusatkan kendali televisi, set up box, dan pendingin ruangan lewat gawai. Hal tersebut akan menghilangkan kans kita mencari-cari remote televisi yang tentu saja sangat mengganggu apabila pertandingan atau balapan yang ingin kita tonton sudah hendak dimulai!

Sumber Artikel: kompas.com

Selengkapnya
Menonton Pertandingan di Era Internet of Things

Internet of Things

Mengenal Internet of Things (IoT) dan Hubungannya dengan 5G?

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 25 Maret 2022


Tahun 2021, masyarakat Indonesia disuguhkan dengan kehadiran jaringan telekomunikasi terbaru, yakni 5G. Teknologi jaringan yang digadang-gadang dapat menghadirkan akses internet yang empat kali lebih cepat dari 4G/LTE.

Sejak dilaksanakannya ULO (Uji Laik Operasi) 5G pada Mei 2021 oleh Kementerian Kominfo, sudah terdapat tiga perusahaan penyedia layanan jaringan yang sudah mengantongi SKLO (Surat Keterangan Laik Operasi) 5G, yaitu Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat Ooreedo.

SKLO secara sederhana merupakan surat izin yang diberikan Kementerian Kominfo untuk penyedia layanan jaringan untuk bisa menyediakan layanan 5G. Izin diberikan berdasarkan hasil ULO.

Sementara itu, penyedia layanan jaringan pertama yang mendapat SKLO 5G adalah Telkomsel, yang menggelar jaringan 5G pada pita frekuensi 2.300 MHz. Kemudian disusul Indosat Ooredoo, yang menggelar jaringan 5G pada pita frekuensi 1.800 MHz.

Terakhir, SKLO 5G diberikan pada XL Axiata, dengan jaringan 5G berjalan pada pita frekuensi 1.800 MHz. Namun, jaringan 5G yang diselenggarakan ketiga perusahaan tersebut masih terbatas di kota-kota besar, misal Jabodetabek, Surabaya, Makassar, dan sebagainya.

Perlombaan kecepatan jaringan internet 5G dari masing-masing penyedia layanan menjadi hal yang menarik untuk disimak. Masing-masing perusahaan memiliki klaim dalam urusan kecepatan 5G, yang intinya tentu lebih cepat dari 4G.

Misalnya, Telkomsel mengeklaim bahwa jaringan 5G yang diselenggarakannya bisa berjalan 20 kali lebih cepat dibanding 4G ketika digunakan untuk download dan streaming, sebagaimana dikutip dari laman resmi Telkomsel.

Di sisi lain, kehadiran 5G bukan hanya perkara pengalaman koneksi internet yang lebih kencang dari 4G. Ada hal lain yang ingin diterobos denggan menggunakan jaringan 5G, yakni pengembangan IoT (Internet of Things).

Cerita tersebut bisa dilihat dari bagaimana penyedia layanan jaringan tersebut mengarahkan 5G ke IoT. Misalnya, Indosat Ooreedo menggandeng Nokia dan kampus ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) untuk kembangkan aplikasi IoT dengan memanfaatkan 5G. Cerita yang sama juga datang dari XL Axiata.

Perusahaan ini bekerja sama dengan dua kampus sekaligus, IPB (Institut Pertanian Bogor) dan Politeknik Manufaktur Astra, dalam mengembangkan aplikasi IoT dengan jaringan 5G untuk kebutuhan industri Jika melihat cerita kerja sama tersebut, 5G tampaknya menjadi alat untuk mengembangkan IoT kebutuhan industri. Namun, sebenarnya apa yang disebut IoT itu? dan bagaimana kaitannya dengan 5G?

IoT: satu ketukan semua masalah selesai

Istilah IoT masih banyak dianggap asing untuk dibaca dan didengar. Buktinya, jika menelusuri IoT lewat Google Trends, ada saja orang yang masih mencari penjelasannya dengan keyword “Apa itu IoT”.

Secara konseptual, dijelaskan Kumar, dkk. dalam jurnalnya, berjudul Internet of Things is a revolutionary approach for future technology enhancement: a review, IoT adalah sistem yang dapat menyelesaikan berbagai masalah dalam satu ketukan.

Sistem tersebut berisi susunan infrastruktur yang saling terintegrasi sehingga dapat membuat pekerjaan manusia menjadi semakin efektif dan efisien. IoT berjalan dengan memanfaatkan penggunaan perangkat pintar dan jaringan internet.

Melalui perangkat tersebut, pengguna dapat menjalankan perangkat lain melalui jaringan internet untuk menyelesaikan beragam masalah. Kumar dalam jurnal tersebut menampilkan arsitektur tentang bagaimana IoT ini berjalan.

Dalam gambar tersebut, terlihat susunan infrastruktur dari IoT. Satu perangkat menggunakan aplikasi mengirimkan perintah. Kemudian, perintah itu diunggah ke cloud dan diolah di perangkat server. Pengolahan perintah tersebut dilakukan dengan memanfaatkan teknologi AI (artificial intelligence).

Setelah diolah, perintah akan dikirim ke IoT Gateway, lalu perintah akan diteruskan ke perangkat lain untuk mengambil tindakan tertentu. Kumar mengatakan bahwa IoT Gateway memliki peranan penting dalam meghubungkan perintah dari server ke perangkat.

IoT Gateway merupakan platform yang berfungsi untuk mengirimkan perintah yang telah diolah agar bisa masuk ke perangkat cerdas. IoT bisa digunakan dalam berbagai sektor, biasanya penggunaan IoT ini akan diberi judul dengan nama depan “smart”.

Misalnya smart home, yang memungkinkan Anda untuk mengirim perintah lewat aplikasi di ponsel untuk mengatur peralatan rumah secara otomatis.

Jadi melalui smart home, Anda dapat menyalakan lampu atau mengatur suhu lemari es hanya dengan sekali ketukan pada opsi yang tersedia di aplikasi ponsel. Selain itu, perintah suatu tindakan pada perangkat di IoT kini, juga sudah bisa dilakukan melalui suara.

5G dorong pengembangan IoT skala besar

Dalam proses yang ada dalam susunan infrastruktur di IoT ini membutuhkan koneksi internet. Sebelum kehadiran 5G, jaringan 2G, 3G, dan 4G/LTE untuk dimanfaatkan untuk menjalankan aplikasi IoT, tapi belum optimal.

Shancang Li, dkk dalam jurnal berjudul 5G Internet of Things: A Survey, menyebut bahwa jaringan tersebut masih memiliki kendala dalam hal kecepatan transfer data dan stabilitas jaringan.

Misalnya, jaringan 4G/LTE dikatakan memang memiliki kecepatan transfer yang sudah cukup tinggi yakni 1 Gbps, tapi jaringan ini mudah terganggu apabila terdapat bangunan tinggi atau gedung dan sinyal Wi-Fi.

Sedangkan 5G, secara optimal memiliki kecepatan transfer data hingga 10 Gbps dengan latensi kurang dari 1 ms. Dengan kemampuan ini, 5G dapat menyediakan koneksi internet yang bagus pada ribuan perangkat dalam waktu bersamaan

5G dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada IoT di masa depan. Kemampuan transfer data yang minim latensi dapat menghubungkan miliaran perangkat pintar untuk mendukung sistem dalam IoT dalam skala besar.

Jadi, ke depan tidak hanya perangkat rumah yang dapat dikendalikan dalam satu ketukan. Namun, perangkat yang ada di satu kota bisa digerakkan secara otomatis. 5G sangat memungkinkan untuk digunakan dalam mengembangkan konsep smart city.

Smart city yang merupakan bagian dari IoT dapat terwujud karena 5G memiliki kemampuan broadband hingga satu juta perangkat per satu kilometer.

Selain itu, 5G juga bisa dimanfaatkan untuk IoT di bidang kesehatan, seperti operasi jarak jauh. Jadi, dokter bisa mengontrol alat operasi dari jarak jauh melalui layar perangkat tertentu dengan menggunakan jaringan 5G.

Jadi, berbicara 5G akhirnya tidak sebatas kecepatan download, tapi lebih jauh dari itu, yakni pengembangan IoT skala besar.

Sumber Artikel: kompas.com

 

Selengkapnya
Mengenal Internet of Things (IoT) dan Hubungannya dengan 5G?
page 1 of 5 Next Last »