Perindustrian

Pabrik Sepatu Indonesia Banjir Order! Inilah Efek Lockdown Vietnam yang Dahsyat

Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022


Jakarta, CNBC Indonesia - Keputusan lockdown dari Pemerintah Vietnam membawa berkah bagi industri di Indonesia. Pasalnya, sejumlah pesanan untuk industri yang mulanya datang ke negara tersebut saat ini beralih ke Indonesia. Salah satu yang kelimpahan berkah ialah industri alas kaki. Pesanan yang masuk pun saat ini bukan hanya mengarah pada salah satu jenis sepatu, tetapi telah bervariasi.

"Kalau 2020 lalu ekspor mengandalkan sport shoes, di 2021 mulai masuk sepatu- order sepatu non sport yang dikerjakan industri-industri menengah kami. Saya melihat data ekspor dari Jabodetabek meningkat, ekspor Jatim, Jateng meningkat," ungkap Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri kepada CNBC Indonesia, Rabu(29/9/21).

Setiap tahun banyak pabrikan Indonesia yang memperoleh order dari brand kenamaan dunia, mulai dari Adidas, Nike sampai Puma. Kini, permintaan dari brand tersebut masih ada, tetapi permintaan dari jenis sepatu lainpun turut datang.

"Tidak hanya sport shoes saja, namun kelimpahan non sport yang bukan brand-brand utama. Semisal untuk outdoor meningkat, untuk keluar, bertani, lalu sepatu untuk bekerja di kebun meningkat," ungkapnya.

Demi memenuhi permintaan tersebut, pabrikan saat ini terus mengejar produksi. Salah satunya meningkatkan kapasitas menjadi 100 persen, Pemerintah telah pula mengizinkannya asalkan dengan protokol kesehatan yang ketat.

"Sesuai anjuran pemerintah 100 persen. Sempat beberapa zona masuk level 4 tidak dapat produksi lebih dari 50 persen, namun beberapa daerah turun sudah uji coba 100 persen saat ini mau tidak mau," ungkap Firman.

Sementara itu, perusahaan pun hingga harus merekrut karyawan baru demi memenuhi permintaan. Tetapi, cara merekrut dari setiap perusahaan maupun daerah terlihat berbeda.

"Kasuistik sebab terdapat penambahan order kapasitas akhirnya rekrut baru, terdapat yang di daerah-daerah, Jateng kapasitas rekrut baru. Jabodetabek kami menambah rekrut karyawan dari yang dulu di PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) atau garmen PHK di 2020, lalu dilatih lagi," tuturnya.

Berkah bertambahnya lapangan kerja karena Vietnam masih terus menghadapi lockdown. Data dari Asosiasi Tekstil dan Pakaian Vietnam (Vitas) yang dikutip dari AFP, mengungkapkan bahwa hingga 90 persen rantai pasokan di sektor garmen terputus, utamanya di wilayah Selatan negara tersebut.


Disadur dari sumber cnbcindonesia.com

Selengkapnya
Pabrik Sepatu Indonesia Banjir Order! Inilah Efek Lockdown Vietnam yang Dahsyat

Perindustrian

Inilah 3 Negara Produsen Tekstil Terbesar di Dunia, China Urutan 1

Dipublikasikan oleh Siti Nur Rahmawati pada 22 Agustus 2022


JAKARTA - China sebagai negara industri dengan penduduk terbanyak di dunia sampai saat ini masih menjadi produsen tekstil terbesar di dunia. Meski ada pasang surutnya, industri tekstil menjadi industri yang tak lekang waktu dan tak pernah gagal total sebab bagaimanapun tekstil merupakan kebutuhan primer manusia. Laporan terbaru dari Grand View Research Inc menyebutkan, pasar tekstil global diperkirakan akan mencapai USD1.420,3 milyar pada tahun 2030.

Pertumbuhan pasar antara lain didorong oleh meningkatnya level awareness konsumen dan tren di industri fashion yang berubah dengan cepat. Pada tahun 2021, Asia Pasifik muncul sebagai pasar regional terbesar sebab kehadiran negara-negara penghasil bahan baku yang besar seperti China, India, Australia, dan Jepang.

Berkaitan industri tekstil di dunia, China semenjak lama sudah menjadi global leader dan menguasai lebih dari 50 persen produksi tekstil dunia pada tahun 2014.

Berikut inilah 3 negara yang menjadi produsen tekstil terbesar di dunia merujuk data tahun 2020, dirangkum SINDOnews dari laman BizVibe dan Statista:

  1. China

China merupakan produsen tekstil terbesar di dunia dengan output mencapai 52,2 persen dari produksi tekstil global tahun 2019. Dengan pertumbuhan pesat selama 2 dekade terakhir, industri tekstil China sudah menjadi salah satu pilar utama perekonomian Negeri Tirai Bambu. Skala bisnis tekstil membuat mereka ekonomis.

Biaya rendah dan ketersediaan tenaga kerja yang besar, berkurangnya hambatan perdagangan, serta pasokan bahan yang kuat, adalah sederet keunggulan kompetitif yang ditawarkan negara berpenduduk 1,4 milyar jiwa itu. Berkaitan pasokan bahan, pada tahun 2017 saja China memproduksi sekitar 79 milyar meter kain dan 5,99 juta metrik ton kapas pada 2017/2018. Bila dilihat secara bulanan, data Statista terbaru menyebutkan, pada April 2022 sekitar 3,23 milyar meter kain pakaian diproduksi di China.

  1. India

India merupakan produsen tekstil terbesar kedua di dunia dalam hal volume produksi, dengan pangsa 6,9 persen dari produksi tekstil global tahun 2019. Industri tekstil India nilainya diperkirakan mencapai USD 250 milyar pada 2019. Menurut laporan IBEF, industri tekstil Negara Bollywood menyumbang 7 persen dari output industri pada 2018/2019.

Ini berkontribusi 2 persen terhadap PDB India dan mempekerjakan lebih dari 45 juta orang pada 2018/2019. Sektor inipun berkontribusi 15 persen terhadap pendapatan ekspor India pada 2018/2019. Beberapa perusahaan manufaktur tekstil terbesar di Negara Anak Benua antara lain Arvind Ltd, Vardhman Textiles Ltd, Welspun India Ltd, Raymond Ltd dan Trident Ltd.

  1. Amerika Serikat

Amerika Serikat (AS) menduduki peringkat ketiga dalam daftar negara produsen tekstil terbesar di dunia, dengan output 5,3 persen dari produksi tekstil global tahun 2019. Berkat produktivitas, fleksibilitas, dan inovasinya, AS terus menjadi salah satu produsen tekstil terbesar di dunia.

Negara adidaya ini adalah produsen dan pengekspor bahan baku tekstil yang kompetitif secara global, mulai dari kain, benang, pakaian, perabotan rumah tangga, dan produk tekstil lainnya. Mengutip data US National Council of Textile Organizations (NCTO), nilai total pengiriman serat dan filamen, tekstil, serta pakaian jadi buatan AS berjumlah sekitar USD 76,8 milyar pada tahun 2018, naik dari USD 73 milyar dalam output pada tahun 2017. Kekuatan tekstil AS terutama pada kain non-tenunan, kain khusus dan industri, tekstil medis dan baju pelindung.


Disadur dari sumber ekbis.sindonews.com

Selengkapnya
Inilah 3 Negara Produsen Tekstil Terbesar di Dunia, China Urutan 1

Perindustrian

Alasan Pemerintah Tunjuk 7 Sektor ini Masuk Peta Jalan Industri 4.0

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 01 Agustus 2022


Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang menyebut, peta jalan Making Indonesia 4.0 merupakan inisiatif untuk percepatan revitalisasi sektor manufaktur memasuki era industri 4.0. Sasaran utamanya adalah untuk menjadikan Indonesia sebagai 10 negara ekonomi terbesar dunia di 2030.

Berdasarkan peta jalan tersebut, terdapat tujuh sektor industri yang didorong sebagai fokus prioritas pada Making Indonesia 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, elektronika, farmasi, serta alat kesehatan.

"Ketujuh sektor ini dipilih karena dapat memberikan kontribusi sebesar 70 persen dari total PDB manufaktur, 65 persen ekspor manufaktur, dan 60 persen pekerja industri," katanya dalam webinar Internasional, Senin (12/4).

Menteri Agus mengemukakan, sektor industri di Indonesia menunjukkan ketangguhannya dalam menghadapi pandemi Covid-19, termasuk dengan kesiapan memanfaatkan teknologi industri 4.0, sehingga tetap dapat menjaga aktivitas produksinya. Di tengah pandemi, realisasi investasi sektor industri pada periode 2020 mencapai Rp272,9 triliun, tumbuh 26 persen dari 2019 yang sebesar Rp216 Triliun.

Selain itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Maret 2021 berada di level 53,2 atau meningkat sebesar 2,3 poin dari Februari 2021. Peningkatan PMI manufaktur Maret 2021 menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

"Capaian gemilang tersebut mengindikasikan pemulihan ekonomi Indonesia akan semakin cepat, dan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021," tegas Menteri Agus.

Indonesia Siap Sambut Era Industri 4.0

Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto menyatakan, pemerintah Indonesia siap menghadapi revolusi industri 4.0. Saat ini pemerintah juga sedang menyusun roadmap daripada industri 4.0 tersebut.

"Industri kami siap menghadapi revolusi industri dengan meluncurkan pembuatan roadmap Indonesia 4.0," kata Menko Airlangga dalam webinar internasional, Senin (12/2).

Dia menambahkan, setidaknya ada beberapa sektor industri yang akan dimasukan di dalam roadmap Indonesia 4.0 tersebut. Beberapa di antaranya adalah sektor prioritas, seperti minuman, tekstil, otomotif, kendaraan, elektronik, dan farmasi.

Sumber Artikel : Merdeka.com

Selengkapnya
Alasan Pemerintah Tunjuk 7 Sektor ini Masuk Peta Jalan Industri 4.0

Perindustrian

Hannover Messe 2021, Kemenperin Pamer Peta Jalan Industri 4.0

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 01 Agustus 2022


Kementerian Perindustrian menyebut keikutsertaan Indonesia sebagai official partner country pada Hannover Messe 2021 Digital Edition bertujuan untuk membagikan kepada dunia mengenai pencapaian dalam implementasi peta jalan penerapan industri 4.0 di Indonesia. Gelaran yang mengusung tema Making Indonesia 4.0, akan menjadi ajang pameran teknologi terbesar di dunia untuk mendorong keterhubungan Indonesia dengan jejaring rantai suplai global. “Selain itu, kami juga mendorong terjadinya transfer teknologi melalui keikutsertaan Indonesia dalam Hannover Messe 2021," ujar Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita saat membuka Pra-Konferensi Indonesia Partner Country Hannover Messe 2021 secara virtual, Selasa (6/4/2021).
 

Agus menyebut dalam masa pandemi yang mengubah gaya hidup, cara berinteraksi, hingga aktivitas ekonomi masyarakat, keikutsertaan Indonesia dalam Hannover Messe 2021 yang kali ini diselenggarakan secara digital memberikan keleluasaan. Menperin menyampaikan, Kehadiran Indonesia sebagai official partner country secara digital akan berlangsung selama setahun hingga berganti partner country HM dari negara mitra lainnya.
 

“Dalam HM 2021, kita juga menunjukkan akselerasi digital yang dilakukan sektor industri di Indonesia yang juga dipicu oleh adanya pembatasan pergerakan dan interaksi di masa pandemi. Di titik inilah 4 th Industrial Revolution menemukan momentumnya," ujar Agus. Perusahaan industri di Indonesia menunjukkan kesiapannya dalam menghadapi pandemi Covid-19, termasuk dengan memanfaatkan teknologi Industri 4.0 sehingga tetap dapat menjaga aktivitas produksinya. Sisi lain kendati di tengah pandemi, realisasi investasi sektor industri pada periode 2020 mencapai Rp272,9 triliun, atau masih bertumbuh 26 persen dari 2019 yang sebesar Rp216 Triliun. Selain itu, pada Maret 2021 lalu Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia berada di level 53,2 atau meningkat sebesar 2,3 poin dari Februari 2021. Peningkatan PMI manufaktur Maret 2021 menjadi yang tertinggi dalam kurun waktu satu dekade terakhir.
 

Hal tersebut diyakini Agus menunjukkan pemulihan ekonomi Indonesia akan semakin cepat, dan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021. Adapun Peta jalan Making Indonesia 4.0 merupakan inisiatif untuk percepatan pembangunan industri memasuki era industri 4.0. Sasaran utamanya adalah untuk menjadikan Indonesia sebagai 10 negara ekonomi terbesar dunia di tahun 2030.  Berdasarkan peta jalan tersebut, terdapat tujuh sektor industri yang didorong sebagai fokus prioritas pada Making Indonesia 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan busana, otomotif, kimia, elektronika, farmasi, serta alat kesehatan. Ketujuh sektor ini dipilih karena dapat memberikan kontribusi sebesar 70 persen dari total PDB manufaktur, 65 persen ekspor manufaktur, dan 60 persen pekerja industri.

 

Sumber: https://ekonomi.bisnis.com/read/20210406/257/1377268/hannover-messe-2021-kemenperin-pamer-peta-jalan-industri-40.

Sumber Artikel : Kemlu.go.id

Selengkapnya
Hannover Messe 2021, Kemenperin Pamer Peta Jalan Industri 4.0

Perindustrian

Pemerintah Susun Peta Jalan Pengembangan Industri Halal

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 01 Agustus 2022


Kementerian Perindustri bersama sejumlah lembaga terkait tengah menyusun peta jalan pengembangan industri halal. Sekretaris Jenderal Kemenperin Dody Widodo mengatakan bahwa kementerian/lembaga terkait itu di antaranya Komite Nasional Ekonomi Syariah (KNEKS), Kementerian Keuangan, serta Kementerian PPN/Bappenas. “Hal ini diharapkan dapat mempercepat terbentuknya ekosistem halal dari aspek industri,” kata Dody di Jakarta dalam keterangan tertulis, Selasa (12/10/2021).

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah mengeluarkan dua beleid terkait industri halal, yakni tentang pembentukan kawasan industri halal dan pusat pemberdayaan industri halal. Pemberdayaan industri halal diwujudkan dalam beberapa program utama, meliputi pembinaan sumber daya manusia (SDM), pembinaan proses produksi, fasilitasi pembangunan infrastruktur, serta publikasi dan promosi.

“Ini juga termasuk dukungan terhadap industri kecil dan menengah yang selama ini telah mendapatkan fasilitas sertifikasi halal,” jelasnya.

Dody menjelaskan, banyak aspek yang menjadi perhatian untuk menghasilkan produk halal, misalnya bahan baku, teknologi penunjang, fasilitas pendukung, dan SDM industri yang terlibat.

“Kedua peraturan menteri tersebut dijalankan bersama untuk mengembangkan industri halal yang mendukung pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia,” ujarnya.

Dody menjelaskan bahwa potensi ekonomi syariah global yang mencapai US$2,02 triliun, membuat Indonesia sangat berpeluang untuk mengembangkan industri halal, terutama pada sektor makanan dan minuman, fesyen, farmasi, serta kosmetik.

“Ini dilihat dari peningkatan demand produk makanan halal maupun berkembangnya tren fesyen busana muslim yang harus dapat dimanfaatkan oleh industri tekstil dan produk tekstil nasional melalui ragam inovasi produk dan optimalisasi tekstil fungsional,” jelas Dody.

Sementara itu, pada industri farmasi dan kosmetika, pengembangan produk halal juga sejalan dengan upaya substitusi bahan baku impor, karena dapat memanfaatkan keanekaragaman hayati Indonesia yang unik sebagai selling point tersendiri di mata konsumen global.

Kepala Pusat Pemberdayaan Industri Halal (PPIH) Kemenperin Junadi Marki menambahkan, terdapat empat strategi utama yang menjadi acuan para pemangku kepentingan terkait pengembangan ekosistem halal, yaitu penguatan rantai nilai, penguatan keuangan syariah, penguatan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), serta penguatan ekonomi digital.

Ia menambahkan, strategi utama tersebut juga akan diperkuat dengan empat strategi dasar yang menjadi ekosistem pendukung, yaitu penguatan regulasi dan tata kelola, pengembangan kapasitas riset dan pengembangan, peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia, serta peningkatan kesadaran dan literasi publik.

Sumber Artikel : Bisnis.com

Selengkapnya
Pemerintah Susun Peta Jalan Pengembangan Industri Halal

Perindustrian

Penguatan SDM & Teknologi Jadi Kunci Industri Manufaktur Bertahan di Tengah Pandemi

Dipublikasikan oleh Merlin Reineta pada 01 Agustus 2022


Penguatan ketahanan industri menjadi kunci untuk membangun dunia yang lebih baik di masa endemi Covid-19. Ini seiring mulai pulihnya dunia dari pandemi Covid-19 yang hampir dua tahun melanda dunia.

Demikian tema dari pameran Industrial Transformation Asia-Pasific (ITAP) ke-4 yang kembali digelar dari 22-24 November 2021 dalam format hibrida untuk memaksimalkan jangkauan regional dan mendorong keterlibatan dalam industri manufaktur dan industri terkait.

Dua pilar utama ITAP 2021 adalah SDM dan Teknologi yang Memberdayakan. Dua hal tersebut adalah kunci untuk membangun ketahanan dan kelangsungan dunia yang tahan Covid-19.

"Covid-19 masih menjadi masalah besar bagi perusahaan manufaktur yang melakukan produksi secara fisik dan aktivitas lapangan. Teknologi seperti Artificial Intelligence (AI), Virtual Reality (VR), dan Augmented Reality (AR) dapat membantu mengurangi masalah ini dengan memungkinkan produsen bekerja dengan aman, mengurangi risiko terpapar sekaligus meningkatkan produktivitas," ungkap Chief Executive (Markets) Constellar Holdings, Chua Wee Phong, selaku penyelenggara pameran dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (8/11).

"Kami mengajak perusahaan-perusahaan untuk memanfaatkan kesempatan ini guna mengevaluasi proses bisnis mereka, meningkatkan keterampilan pekerja mereka dan membekalinya dengan keahlian yang tepat untuk mengoptimalkan penggunaan teknologi. ITAP senantiasa menjadi platform industri di kawasan untuk mengeksplorasi solusi inovatif, memperluas jaringan kemitraan dan membangun gudang alat mereka untuk pengembangan kemampuan,” jelas dia.

Constellar menargetkan lebih dari 15.000 pengunjung menghadiri pameran tahun ini.

"Tahun lalu jumlah pengunjung digital dari Indonesia berada di peringkat kedua terbanyak mencapai 8% dari total pengunjung. Tahun ini dengan dibukanya paviliun Indonesia oleh Kementerian Perindustrian RI di pameran fisik ITAP 2021 di Singapore EXPO, akan semakin mengundang banyak para petinggi perusahaan Indonesia untuk hadir secara fisik di ITAP 2021," ungkap Chua Wee Phong.

Kunci Daya Saing

Chief Executive Deutsche Messe, Jochen Köckler mengatakan, digitasi, keberlanjutan, dan rantai pasokan yang efektif adalah kunci daya saing produksi.

Pandemi dengan jelas menunjukkan seberapa cepat proses produksi dapat ditantang. Implementasi dan perluasan produksi yang berkesinambungan dalam Industri 4.0 menjadi komponen yang semakin penting dalam pengembangan produksi.

"Kawasan Asia Pasifik dengan cepat berkembang menjadi hub bagi perusahaan teknologi yang terkait dengan Industri 4.0. ITAP memberikan kesempatan bertemu secara langsung dengan perusahaan-perusahaan tersebut, merasakan inovasi teknologi dan menjalin kerjasama bisnis," ujar dia.

Fokus tahun ini pada Sumber Daya Manusia dan Teknologi adalah hasil dari pengamatan mendalam terhadap negara-negara tetangga seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, yang memiliki sentimen kuat seputar tantangan tenaga kerja yang timbul akibat protokol jaga jarak.

"Situasi ini akan terus berlanjut dan menciptakan kenormalan baru dimana perusahaan harus menyesuaikan pola kerja dan proses produksi. Ini akan menjadi kekuatan pendorong Industri 4.0 dan kita perlu mengembangkan secara sistematis di semua dimensi untuk menciptakan ekosistem yang berkelanjutan," ujar Siriwat Waiyanit, Wakil Ketua (Manufacturing Automation and Robot Center) Thai-German Institute.

Sumber Artikel: Liputan6.com

Selengkapnya
Penguatan SDM & Teknologi Jadi Kunci Industri Manufaktur Bertahan di Tengah Pandemi
« First Previous page 7 of 18 Next Last »