Riset dan Inovasi

Implan Tulang Belakang Hasil Riset BRIN Akan Diuji Klinis

Dipublikasikan oleh Admin pada 24 April 2022


Jakarta – Humas BRIN, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui skema pendanaan fasilitasi pengujian produk inovasi kesehatan (PPIK) akan melakukan uji klinis terhadap prototipe implan tulang belakang. Prototipe ini merupakan produk inovasi kesehatan yang dihasilkan oleh Pusat Riset Material Maju (PRMM), Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material.

Prototipe ini menjadi salah satu dari tiga produk inovasi kesehatan yang mendapatkan pendanaan untuk dilakukan uji klinis melalui skema fasilitasi PPIK. Produk implan tulang belakang ini diharapkan menjadi solusi untuk memperbaiki kondisi tulang belakang yang mengalami gangguan.

Perekayasa Ahli Utama, PRMM, I Nyoman Jujur menjelaskan, manfaat produk implan tulang belakang, diantaranya membentuk suatu konstruksi penyokong yang mengoreksi deformitas dan instabilitas tulang belakang. “Jika seseorang mengalami kecelakaan, biasanya akan terjadi gangguan pada tulang belakang. Dengan produk ini akan dapat dikoreksi posisi tulang belakangnya,” kata I Nyoman pada acara Webinar Fasilitasi Pendanaan Riset dan Inovasi edisi Fasilitasi Pengujian Produk Inovasi Kesehatan, Selasa (15/03).

Selain itu, penggunaan implan tulang belakang juga bermanfaat untuk koreksi kelainan bentuk yang diakibatkan penyakit degeneratif diskus, infeksi, tumor, maupun patah tulang pada regio tulang belakang. Penggunaan implan tulang belakang produk dalam negeri akan menjadi substitusi impor dan penguatan teknologi produksi alat kesehatan dalam negeri.

I Nyoman menceritakan perjalanan riset implan tulang belakang yang dimulai sejak tahun 2016. “Di awal penelitian, kami memulai dengan fokus pada penguasaan terhadap material yang akan digunakan pada implan tulang belakang terlebih dahulu,” ujar I Nyoman.

Menurutnya, material yang dibutuhkan untuk produk ini tentunya material medis dengan karakteristik yang khusus. Berdasarkan hasil pertimbangan dan pengujian, akhirnya dipilih titanium sebagai material dalam pembuatan implan tulang belakang.

“Pemilihan material titanium dilakukan melalui pengujian dan dipastikan bahwa material yang digunakan telah sesuai dengan standar yang ditentukan,” tambahnya.

Pada tahun 2020 dilakukan uji praklinis pertama terhadap produk ini, dengan tujuan untuk mengukur kinerja prototipe tersebut. Pada uji praklinis tahap ini ditemukan berbagai permasalahan yang membutuhkan penyempurnaan.

Setelah dilakukan penyempurnaan atas kekurangan yang ditemukan pada uji praklinis tahap 1, dilakukan uji praklinis tahap 2 dan seterusnya, hingga didapatkan hasil yang sesuai dengan standar yang ditentukan. “Setelah diyakini prototipe implan tulang belakang itu telah sesuai dengan standar dan keinginan pengguna serta pihak industri, selanjutnya diajukan untuk dilakukan uji klinis,” lanjutnya.

Pada akhir tahun 2021, tutur I Nyoman, melalui skema pendanaan fasilitasi PPIK, prototipe implan tulang belakang diajukan untuk dilakukan uji klinis bermitra dengan PT. Zenith Allmart Precisindo sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pengecoran logam presisi dengan menggunakan teknik investment casting. PT. Zenith Allmart Precisindo inilah yang akan mengkomersialisasikan produk implan tulang belakang kepada masyarakat pengguna.

CEO PT. Zenith Allmart Precisindo, Allan Chanrawinata mengatakan, kolaborasi antara pihak industri dengan periset mutlak harus dilakukan, mengingat dalam melakukan riset khususnya di bidang kesehatan memerlukan banyak prosedur dan standar yang harus dipatuhi. “Di bagian ini para periset di BRIN yang memahami, maka dari itu kolaborasi antara BRIN, industri, dan para dokter sangat membantu proses produksi sesuai dengan tujuan,” kata Allan.

Menurut Allan, kolaborasi berbagai pihak dalam penyelesaian produk ini sangat bermanfaat, dimana masing-masing pihak dapat memberikan banyak masukan dan informasi mulai dari perbaikan produk secara teknis hingga informasi terkait kebutuhan pasar terhadap produk kesehatan ini. “Hasil diskusi dari tiga pihak yang berkolaborasi yakni BRIN, industri, dan dokter akan mengerucut pada sebuah desain prototipe yang diinginkan,” pungkas Allan. (pur)

Sumber: brin.go.id

 

Selengkapnya
Implan Tulang Belakang Hasil Riset BRIN Akan Diuji Klinis

Riset dan Inovasi

Surya Satellite-1 Siap Mengorbit

Dipublikasikan oleh Admin pada 24 April 2022


Bogor – Humas BRIN. Setelah melalui proses panjang rancang bangun dan pengujian, Surya Satellite-1 (SS-1) akhirnya selesai 100 persen dan siap diluncurkan ke orbit. Peluncuran menuju International Space Station (ISS) dilakukan oleh Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA), pada Q3 atau Q4 tahun 2022. Satelit diluncurkan dengan salah satu dari tiga opsi kargo luar angkasa, yaitu SpaceX Dragon, Cygnus, atau H-II Transfer Vehicle (HTV).

“Pelepasan satelit dari ISS ke orbit kurang lebih 1 bulan setelah tiba di ISS,” ujar anggota tim SS-1, Steven, saat dihubungi Humas BRIN, Selasa, (22/03).

Proyek SS-1 ini diinisiasi oleh mahasiswa Surya University, yang mendapat asistensi berupa pembinaan dan bimbingan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melalui Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa, di Pusat Riset Teknologi Satelit. Mereka adalah M. Zulfa Dhiyaulfaq, Suhandinata, Hery Steven Mindarno, Setra Yoman Prahyang, Afiq Herdika Sulistya, dan Roberto Gunawan.

Menurut Tim SS-1, saat ini, pihaknya sedang melengkapi safety document report untuk diserahkan kepada pihak peluncur.

“Setelah disetujui pihak peluncur, maka satelit bisa diserahterimakan ke JAXA untuk diinspeksi dan diintegrasikan dengan peluncur,” tutur Steven.

Tim SS-1 juga telah melakukan Satellite Fit Check Test bersama JAXA dan United Nations Office for Outer Space Affairs (UNOOSA) di Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN. Pengujian ini dilakukan untuk memastikan ukuran satelit sesuai dengan ukuran Japanese Experiment Module Small Satellite Orbital Deployer (JSSOD) yang ada di ISS. Selain itu, Satellite Fit Check Test juga berguna untuk memastikan tidak ada interferensi mekanik.

“Pengujian berlangsung sekitar 15 menit, dan hasilnya Surya Satellite-1 telah lolos dari pengujian.  Setelah ini ada Sharp-Edge Test untuk memastikan tidak ada sisi luar satelit yang tajam dan berpotensi melukai astronaut,” tutur Steven.

“SS-1 juga telah lolos berbagai pengujian lainnya seperti Functional Test, Vacuum Test, Thermal Test, Vibration Test, Battery Test, serta Payload and Communication Test,” terangnya.

Steven menjelaskan, SS-1 merupakan satelit nano atau cubesat. Misinya yaitu Automatic Packet Reporting System yang berfungsi sebagai media komunikasi via satelit dalam bentuk teks singkat. Teknologi ini dapat dikembangkan untuk mitigasi bencana, pemantauan jarak jauh, dan komunikasi darurat.

Proyek SS-1 dimulai pada 2016 silam, diawali dengan Workshop Ground Station bersama Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI). Mockup model satelit pun rampung pada tahun 2018 dengan misi komunikasi amatir.

Pada kesempatan yang sama, Plt. Kepala Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN, Wahyudi Hasbi, mengatakan, pengembangan riset SS-1 ini merupakan kolaborasi berbagai pihak di dalam negeri. Selain dukungan dari ORARI, ada pula keterlibatan pihak swasta seperti PT. Pudak Scientific dan PT. Pasifik Satelit Nusantara. Sementara dari pemerintah melibatkan Kementerian Komunikasi dan Informatika.

“Pengembangan satelit ini juga menghasilkan beberapa publikasi internasional, Hak Kekayaan Intelektual (HKI), pemagangan mahasiswa, termasuk penggunaan HKI, hasil dari Pusat Riset Teknologi Satelit BRIN,” pungkasnya. (dv/ ed: tnt)

Sumber: brin.go.id

 

Selengkapnya
Surya Satellite-1 Siap Mengorbit
« First Previous page 2 of 2