Supply Chain Management

Pakar Kemaritiman: Efisiensi Biaya Logistik Kunci Percepat Pemulihan Ekonomi Nasional

Dipublikasikan oleh Admin pada 26 Februari 2022


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk mempercepat pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19. Salah satunya adalah keputusan Kementerian BUMN yang membentuk holding pelabuhan Indonesia (Pelindo). Penyatuan Pelindo I-IV ini dinilai sebagai momentum untuk menciptakan supply chain logistik pelabuhan yang lebih efisien.

Direktur Namarin Institute Siswanto Rusdi mengatakan, sebagai negara kepulauan, pelabuhan menjadi salah satu kunci pendorong ekonomi Indonesia. Sayangnya, operasional pelabuhan di Indonesia masih boros biaya. Akibatnya biaya logistik menjadi sangat mahal sehingga daya saing nasional sulit beranjak naik. Dengan adanya integrasi semua pelabuhan milik BUMN dalam satu atap komando diharapkan setiap pelabuhan memiliki sistem dan standar kualitas layanan yang sama. "Indonesia adalah negara kepulauan dengan segala potensi dan tantangannya. Pembentukan holding pelabuhan harus diikuti dengan kebijakan yang mampu memangkas mata rantai birokrasi yang selama ini menciptakan ekonomi biaya tinggi. Efisiensi logistik ini akan mendorong percepatan pemulihan ekonomi kita," kata Siswanto melalui keterangan tertulis, Rabu (24/11/2021) Siswanto menjelaskan, biaya mahal logistik sejatinya dapat ditelusuri sejak barang diangkut dari gudang milik konsumen hingga sampai ke lokasi tujuan.

Dari mata rantai perjalanan barang tersebut, berbagai biaya sudah mengikuti, mulai biaya yang sifatnya pasti maupun biaya lain yang seringkali tidak terukur. "Efisiensi logistik harus lebih fokus pada aktivitas yang berada di darat. Seperti memperpendek birokrasi dan mendorong digitalisasi layanan pelabuhan agar biayanya semakin terukur dan pasti. Mengharapkan biaya pelayaran untuk lebih efisien rasanya sulit karena ruang untuk itu sangat terbatas," kata dia.

Sementara itu, dalam kajiannya Sekretariat Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) menemukan fakta kawasan pelabuhan menjadi salah satu faktor pemicu tingginya biaya logistik. Dalam kajian periode 2021–2022 itu, faktor birokrasi dan layanan di pelabuhan laut yang tidak terintegrasi dan tumpang tindih, termasuk banyaknya instansi pemerintah yang terlibat serta rendahnya koordinasi menjadikan biaya logistik mahal. Efisiensi logistik pelabuhan dapat dimulai dengan mengeluarkan regulasi yang mengatur biaya forwarder yang selama ini tidak terkontrol.

Biaya itu di antaranya meliputi biaya pelayaran/pelabuhan, inventory, administrasi dan lain-lain yang semuanya diurus oleh forwarder.

"Instrumen biaya forwarder inilah yang seringkali memicu biaya logistik mahal. Karena tidak ada regulasi yang mengatur terkait jasa layanan yang diberikan oleh forwarder ini. Regulasi pemerintah dibutuhkan untuk menciptakan kepastian bagi pelaku usaha lainnya," ujar Stranas PK.

Sebelumnya, Direktur Strategi PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Prasetyo menyebutkan, biaya logistik di Indonesia mencapai 23 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Dari 23 persen itu, biaya logistik di laut hanya sekitar 2,8 persen.

"Yang lainnya terdistribusi pada beberapa peran yaitu darat, utamanya di inventory dan beberapa bagian lain," kata dia dalam sebuah diskusi virtual.

Prasetyo bilang, ada lima faktor utama pemicu biaya logistik tinggi. Pertama adalah regulasi dari pemerintah, terutama dalam hal ekosistem atau pelayanan logistik. Kedua, efisiensi value chain darat karena keterbatasan infrastruktur dan kurangnya konektivitas antara darat dengan pelabuhan.

Ia mencontohkan pengembangan jalur infrastruktur darat di Pulau Jawa atau trans Jawa ikut merubah peta logistik nasional.

Faktor ketiga menyangkut efisiensi value chain maritim yang masih belum optimal. Contohnya pelayaran dengan menggunakan kapal-kapal kecil untuk mengangkut logistik ke Indonesia Timur.

Keempat adalah terkait kinerja operasi dan pengembangan atau optimalisasi kapasitas dari infrastruktur pelabuhan.

Kelima adalah supply and demand yang tidak seimbang karena masih terpusat di Pulau Jawa. Dia menyebut masih banyaknya supply dari Jawa ke daerah-daerah, sementara saat akan kembali peti kemas dari daerah-daerah tersebut cenderung kosong.

"Kami berharap dengan merger Pelindo I,II,III, dan IV menjadi Pelindo, biaya logistik ini bisa dioptimalkan. Kami bisa melakukan efisiensi dalam beberapa strategi seperti standarisasi SDM, dan juga capex untuk berinvestasi," ujar Prasetyo.

Sumber: kompas.com


 

Selengkapnya
Pakar Kemaritiman: Efisiensi Biaya Logistik Kunci Percepat Pemulihan Ekonomi Nasional

Supply Chain Management

Tekan Biaya Logistik, Pelindo Fokus Integrasikan Pelabuhan dengan Kawasan Industri

Dipublikasikan oleh Admin pada 26 Februari 2022


JAKARTA, KOMPAS.com - PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo tengah fokus berkolaborasi dengan sejumlah kawasan industri sebagai upaya menekan tingginya biaya logistik. Pelindo berupaya untuk mendekatkan jarak antara lokasi perlabuhan dengan kawasan industri. Direktur Strategi Pelindo Prasetyo mengatakan, upaya mengintegrasikan pelabuhan dan kawasan industri merupakan salah satu langkah awal perusahaan setelah resmi merger Pelindo I-IV pada 1 Oktober 2021. "Adanya merger dan integrasi antar layanan Pelindo ini diharapkan akan menurunkan ongkos logistik. Salah satunya dengan konsep pengembangan pelabuhan saat ini adalah mendekatkan kawasan industri dengan pelabuhan," ujarnya dalam acara Kompas Talks, Kamis (3/12/2021).

Ia mengatakan, saat ini ada 10 pelabuhan yang rencananya terintegrasi dengan sejumlah kawasan industri. Contohnya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe dengan Pelabuhan Malahayati, KEK Sei Mengkei dan Kawasan Industri Kuala Tanjung dengan Pelabuhan Kuala Tanjung, serta Kawasan Industri Medan dengan Pelabuhan Belawan. Selain itu, ada juga Kijing Industrial Estate dengan Pelabuhan Kijing, Kawasan Industri Makassar dengan Pelabuhan Makassar, Kawasan Industri Bantaeng dengan Pelabuhan Bantaeng, serta Kawasan Industri Wijaya Kusuma dan Kawasan Industri Terpadu Batang dengan Pelabuhan Tanjung Emas. Kemudian ada Kawasan Berikat Nusantara dan Kawasan Industri di daerah timur Jabodetabek dengan Pelabuhan Tanjung Priok, serta Java Integrated Industrial and Port Estate dengan Pelabuhan JIPEE dan Pelabuhan Tanjung Perak. "Untuk Pelabuhan JIPEE saat ini sudah beroperasi, dan di titik ini berkembang kawasan industri yang terintegrasi dengan pelabuhan. Jadi ketika kawasan industri ini tumbuh maka tentunya utilisasi Pelabuhan JIPEE pun akan semakin meningkat," jelas Prasetyo.

Ia menjelaskan, terdapat 4 tujuan integrasi antara kawasan industri dengan pelabuhan, yakni peningkatan efektivitas perdagangan seiring dengan meningkatnya konektivitas hinterland-pelabuhan, optimalisasi kegiatan ekspor-impor, mempercepat perkembangan daerah, dan meningkatkan penanaman modal. Adapun menurut Prasetyo, pelabuhan-pelabuhan tersebut merupakan pelabuhan yang memiliki jalur pelayaran strategis sehingga diharapkan bisa mendukung pergerakan logistik di kawasan industri. Prasetyo mengatakan, dengan adanya integrasi antara kawasan industri dengan pelabuhan dan jalur pelayaran maka bisa meningkatkan kualitas distribusi logistik di Indonesia, terutama semakin rendahnya biaya logistik. "Harapannya integrasi ini semakin meningkatkan perekonomian daerah dan logistic performance index di Indonesia juga semakin meningkat, sehingga akhirnya bisa bersaing dengan negara-negara tetangga," pungkas dia.

Sumber: kompas.com

 

Selengkapnya
Tekan Biaya Logistik, Pelindo Fokus Integrasikan Pelabuhan dengan Kawasan Industri

Supply Chain Management

Pusat distribusi

Dipublikasikan oleh Admin pada 26 Februari 2022


Pusat distribusi adalah suatu tempat yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan/gudang dan dijadikan sumber pemenuhan kebutuhan pedagang kecil disuatu kawasan sehingga harga jual produk di pasar menjadi lebih kompetitif .

Gudang

Dalam mengembangkan suatu pusat distribusi maka lokasi gudang sangat memengaruhi biaya distribusi, lokasi yang tepat dapat meminimalkan biaya transportasi. Selain itu juga perlu memperhatikan kelas jalan yang menuju pusat distribusi tersebut apalagi kalau akan menggunakan truk peti kemas untuk memasok ataupun mendistribusikan.

Jenis gudang

  • gudang tertutup, dapat juga berupa gudang dengan penanganan suhu tertentu, seperti untuk sayuran atau gudang untuk menyimpan daging harus dengan pendinginan.
  • gudang terbuka untuk barang-barang yang tahan ditempatkan di udara terbuka
  • gudang barang curah

Perlengkapan gudang

  • rak untuk menyimpan barang-barang
  • palet untuk menumpuk barang sejenis yang juga akan mempermudah untuk penggunaan alat transportasi digudang berupa forklift.
  • forklift

Pengorganisasian pusat distribusi

Untuk mempermudah pengambilan dan pencarian barang yang mau diambil dan mau dikirim pusat distribusi harus diorganisasikan/diadministrasikan dengan baik, khususnya untuk menemukan tempat penyimpanan barang tertentu. Untuk mempermudah pencarian barang tertentu diperlukan labelling/ tag yang bisa dibaca dengan perangkat pembaca.

Untuk mempermudah pencarian sekarang sudah banyak ditemukan program komputer untuk pengorganisasian penyimpanan barang.

Pusat distribusi di Indonesia

Beberapa contoh pusat distribusi di Indonesia:

Sumber: id.wikipedia.org

 

Selengkapnya
Pusat distribusi

Supply Chain Management

Distribusi (bisnis)

Dipublikasikan oleh Admin pada 26 Februari 2022


Distribusi adalah salah satu aspek dari pemasaran. Distribusi juga dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. DIstribusi dilakukan sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Seorang atau sebuah perusahaan distributor adalah perantara yang menyalurkan produk dari pabrikan (manufacturer) ke pengecer (retailer). Setelah suatu produk dihasilkan oleh pabrik, produk tersebut dikirimkan (dan biasanya juga sekaligus dijual) ke suatu distributor. Distributor tersebut kemudian menjual produk tersebut ke pengecer atau pelanggan.

Tiga aspek lainnya dari bauran pemasaran adalah manajemen produkharga, dan promosi.

Tujuan

Tujuan distribusi merupakan untuk memastikan keberlangsungan kegiatan produksi dan memastikan produk diterima oleh konsumen dengan baik.

Sistem Distribusi

Sistem distribusi yang baik akan mendukung kegiatan produksi dan konsumsi. Ada dua sistem distribusi dalam penyaluran hasil produksi, yakni distribusi langsung dan distribusi tidak langsung

Distribusi tidak langsung merupakan penyaluran hasil produksi kepada konsumen melalui perantara tidak produsen langsung.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Distribusi

  • Faktor Pasar
  • Faktor Barang
  • Faktor Perusahaan
  • Faktor Kebiasaan Pembeli

Tugas Distributor

  • membeli barang dan jasa dari produsen atau pedagang yang lebih besar
  • mengklasifikasi barang atau memilahnya sesuai dengan jenis, ukuran, dan kualitasnya
  • memperkenalkan barang atau jasa yang diperdagangkan kepada konsumen, misalnya dengan reklame atau iklan

Sumber: id.wikipedia.org

 

Selengkapnya
Distribusi (bisnis)

Supply Chain Management

Rantai pasok

Dipublikasikan oleh Admin pada 26 Februari 2022


Rantai pasok atau rantai suplai adalah sebuah sistem rangkaian kegiatan yang meliputi koordinasi, penjadwalan dan pengendalian yang terdiri atas organisasisumber daya manusia, aktivitas, informasi, dan sumber-sumber daya lainnya terhadap pengadaanproduksi, persediaan dan pengiriman produk ataupun layanan jasa dari suatu pemasok kepada pelangganBadan usaha yang melaksanakan fungsi suplai pada umumnya terdiri dari manufaktur, penyedia layanan jasa, distributor, dan saluran penjualan (seperti: pedagang eceranperdagangan elektronik, dan pelanggan (pengguna akhir). Aktivitas rantai pasok (rantai nilai dan proses siklus hidup) mengubah bahan baku dan bahan pendukung menjadi sebuah barang jadi yang dapat dikirimkan kepada pelanggan pengguna akhir. Rantai pasok menghubungkan rantai nilai.

Ada berbagai jenis model rantai pasok, yang masing-masing menghubungkan mulai dari sisi hulu hingga hilir. Tujuan utama manajemen rantai pasok adalah untuk memenuhi permintaan pelanggan melalui penggunaan sumber daya yang pailng efisien, termasuk kapasitas distribusi, persediaan, dan sumber daya manusia. Beberapa perusahaan memilih untuk mengalihdayakan manajemen rantai pasok mereka dengan bekerja sama dengan penyedia jasa logistik pihak ketiga.

Jaringan rantai pasok (kiri ke kanan): bahan baku (R) - pemasok (S) - manufaktur (M) - distribusi (D) - pelanggan (C) - konsumen (C).

Pengelolaan

Standar pengelolaan rantai pasok salah satunya dikemukakan oleh Deloitte Touche Tohmatsu. Perusahaan dibagi menjadi tiga jenis melalui kemampuan dalam pengelolaan rantai pasok produksi. Sikap yang diamati ialah kemampuan dalam melakukan pengamatan, memberikan tanggapan dan melakukan mitigasi terhadap risiko dari rantai pasok produksi. Perusahaan pertama ialah perusahaan yang mampu melakukan mitigasi risiko rantai pasok dengan tepat. Perusahaan ini umumnya memiliki keunggulan berupa sistem yang canggih dengan pengelolaan yang ulet. Pencegahan pemutusan rantai pasok dilakukan melalui penyediaan pemasok cadangan. Pemutusan rantai pasok ini umumnya terjadi ketika terjadi inovasi skala besar. Perusahaan pertama mampu memenuhi permintaan pasar dan menjaga operasional perusahaan dengan memamnfaatkan persediaan yang ada. Perusahaan kedua memiliki kemampuan dalam menanggapai risiko rantai pasok dengan tepat, tetapi tidak mempunyai rencana mitigasi risiko. Hubungan perusahaan kedua sangat erat dengan pemasok utama sehingga seluruh risiko dapat dipahami dengan tepat dan dapat diatasi melalui tindakan tertentu berdasarkan prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya. Perusahaan kedua umumnya dapat memenuhi permintaan pasar meski belum memiliki perencanaan pasokan. Persiapa perusahaan kedua ialah investasi pada perencanaan manajemen rantai pasok sehingga mudah mengetahui adanya risiko yang akan terjadi terhadap rantai pasok. Perusahaan ketiga merupakan perusahaan yang tidak mampu mengelola rantai pasok. Pada perusahaan ketiga, ada ketergantungan kepada pemasok tunggal sehingga tidak mampu melihat masalah yang timbul akibat pemutusan rantai pasok. Perusahaan ketiga tidak mampu mengatur persediaan bahan baku untuk keperluan produksi. Produk akhir juga tidak mampu diperkirakan sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi dengan tepat. Perusahaan ketiga juga tidak dapat melakukan distribusi produk secara tepat karena tidak mampu mengelola bidang logistik. Peluang kebangkrutan perusahaan ketiga sangat tinggi ketika rantai pasok terputus akibat inovasi besar-besaran.

Pengembangan

Pengembangan rantai pasok dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan. Kegiatan pengembangan konsep rantai pasok dilakukan bersama oleh para peneliti dalam bidang logistik, pemasaranmanajemen operasiteknologi informasisistem perekonomian, serta organisasi, dan manajemen strategis. Pengembangan rantai pasok umumnya dikhususkan bagi manajemen rantai pasok. Pada awal pengembangan konsep rantai pasok, para peneliti mengutamakan efisiensi. Pada perkembangan berikutnya, peneliti mulai mengembangkan keandalan rantai pasok dalam hal ketangkasan, kemampuan beradaptasi dan penyelarasan rantai pasok. Pengembangan desain, pengaturan dan penerapan rantai pasok dilakukan secara berbeda terhadap produk dan layanan yang berbeda. Tujuan pengembangan rantai pasok ialah tercapainya kepemimpinan biayadiferensiasi produk dan fleksibilitas. Prinsip umum dari pengembangan rantai pasok ialah tidak adanya kondisi universal pada pasar untuk setiap produk atau layanan. Desain dan pengaturan serta pengembangan rantai pasok harus didasari oleh persaingan usaha dalam kaitannya dengan produk atau layanan. Tiap perusahaan memiliki proses yang meluas sehingga membentuk rantai pasok, sehingga pengembangan menjadi suatu liabilitas.

Tujuan

Tujuan dari setiap rantai pasokan harus memaksimalkan nilai keseluruhan yang dihasilkan. NS nilai ( juga dikenal sebagai surplus rantai pasokan) yang dihasilkan rantai pasokan adalah perbedaan antara nilai produk akhir bagi pelanggan dan biaya yang dikeluarkan rantai pasokan dalam memenuhi permintaan pelanggan.

Surplus Rantai Pasokan = Nilai Pelanggan – Biaya Rantai Pasokan

Nilai produk akhir dapat bervariasi untuk setiap pelanggan dan dapat diperkirakan dengan jumlah maksimum yang bersedia dibayar pelanggan untuk itu. Selisih antara nilai produk dan harganya tetap ada pada pelanggan sebagai surplus konsumen. Sisa dari surplus rantai pasokan menjadi profitabilitas rantai pasokan, perbedaan antara pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan dan biaya keseluruhan di seluruh rantai pasokan.

Pemanfaatan

Konstruksi

Dalam bidang konstruksi, rantai pasok digunakan untuk proses perpaduan antara pihak-pihak yang merencanakan konstruksi dan pihak-pihak yang mengerjakan konstruksi. Dalam rantai pasok konstruksi pemilik bangunan hasil konstruksi turut dilibatkan dalam proses rantai pasok. Pemilik bangunan akan mendukung penyediaan rantai pasok melalui diskusi bersama dengan konsultankontraktor, sub kontraktor, dan pemasok. Tujuan dari pengelolaan informasi mengenai rantai pasok dalam bidang konstruksi ialah untuk menjamin keberhasilan dan penyelesaian suatu proyek.

Sumber: id.wikipedia.org 

Selengkapnya
Rantai pasok

Supply Chain Management

Persediaan

Dipublikasikan oleh Admin pada 26 Februari 2022


Persediaan atau inventori (bahasa Inggrisinventory) menurut kajian industri dan manufaktur mengacu pada stok dari suatu item atau sumber daya yang digunakan dalam suatu organsasi perusahaan. Persediaan dalam manufaktur umumnya berupa item atau barang yang berkontribusi atau akan menjadi bagian dari keluaran produk perusahaan. Persediaan diklasifikasikan berdasarkan jenisnya terbagi menjadi bahan bakubahan setengah jadi atau barang dalam proses, komponen, dan bahan jadi atau produk jadi.

Persediaan dimaksudkan untuk dapat memenuhi variasi dari permintaan produk, yang mana permintaan produk tidak dapat diketahui secara tepat. Selain itu persediaan juga memungkinkan perusahaan dapat melakukan fleksibilitas dalam penjadwalan produksi, dimana disediakannya stok dari inventori guna menghilangkan tekanan terhadap sistem operasi produksi.

Fungsi persediaan

Sebagai upaya antisipasi stok, persediaan dapat memenuhi antisipasi permintaan pelanggan. Persediaan berfungsi untuk memperlancar keperluan operasi produksi dimana dengan adanya persediaan dapat membangun kepercayaan dalam menghadapi terjadinya pola musiman. Persediaan juga dapat melindungi kekurangan stok yang dihadapi oleh perusahaan yang diakibatkan terlambatnya kedatangan barang dan adanya peningkatan permintaan, serta sebagai antisipasi apabila terjadi inflasi dan meningkatnya perubahan harga suatu barang.

Jenis dan biaya persediaan

Secara garis besar jenis-jenis persediaan dapat dibagi menjadi beberapa ketegori, diantaranya adalah; persediaan bahan baku atau persediaan bahan mentah (raw material) yang merupakan bahan atau barang yang akan diproses lebih lanjut menjadi barang jadi; persediaan bahan setengah jadi atau barang dalam proses (work in process), merupakan persediaan yang telah mengalami perubahan tetapi masih perlu diproses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi; dan persediaan barang jadi (finished good) merupakan persediaan barang-barang yang telah selesai diproses dalam pabrik dan siap untuk dipasarkan. Selain tiga jenis persediaan umum tersebut, jenis persediaan lainnya ialah persediaan bahan pembantu atau bahan penolong (supplies inventory) yang merupakan persediaan barang-barang yang berfungsi sebagai penunjang dalam proses operasi atau produksi, tetapi bukan bagian dari komponen barang jadi; serta persediaan barang dagangan (merchandise inventory) yang merupakan persediaan yang akan dijual kembali sebagai barang dagangan.

Menurut Herdjanto (2009), jenis persediaan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu;

  • Fluctuation stock, merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya serta untuk mengatasi apabila terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam perkiraan penjualan, waktu produksi, dan pengiriman barang.
  • Anticipation stock, adalah persediaan guna menghadapi permintaan yang dapat diramalkan, seperti pada musim permintaan tnggi, tetapi kapasitas produksi saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. persediaan ini juga berguna untuk menjaga kemungkinan kesulitan memperoleh bahan baku sehingga tidak mengakibatkan terhentnya produksi.
  • Lot-size inventory, adalah persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar daripada kebutuhan pada saat itu. persediaan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang (berupa diskon) karena telah membeli dalam jumlah besar, atau unutk menraih penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah.
  • Pipeline inventory, adalah persediaan yang dalam proses pengiriman dari tempat asal ke tempat tujuan.

Keputusan yang diambil organisasi atau perusahaan dalam menentukan persediaan akan melibatkan beberapa pembiayaan yang terjadi. Jenis-jenis biaya yang berdampak pada keputusan besar sedikitnya persediaan adalah:

  • Biaya penanganan, meliputi biaya penyimpanan, biaya handling, biaya asuransi, biaya kerusakan, biaya penyusutan, dan biaya hilangnya pemanfaatan dari investasi yang tertanam dalam persediaan (opportunity cost of capital). Apabila biaya penanganan terlalu tinggi, maka akan mendorong tingkat persediaan menjadi rendah sehingga stok harus diisi kembali.
  • Biaya penyiapan atau perubahan produksi, yaitu biaya yang timbul dalam penyiapan kebutuhan produk dan akan selalu berbeda. Perbedaan terebut tergantung pada bahan, penyiapan peralatan tertentu, penyiapan arsip, serta waktu dan bahan yang dibutuhkan atas perpindahan dari stok material sebelumnya.
  • Biaya pemesanan, berhubungan dengan kegiatan pembelian dan pemesanan barang. Biaya pemesanan juga terkait dengan biaya pemeliharaan sistem yang dibutuhkan untuk dapat mengikuti jalannya pesanan.
  • Biaya yang timbul akibat kekurangan persediaan. Biaya ini terjadi akibat stok dari suatu item kosong dan pesanan untuk item tersebut harus menunggu sampai tiba kembali. Hal ini akan menimbulkan pertukaran (trade-off) antara biaya untuk memenuhi permintaan dengan biaya yang timbul akibat kekurangan stok yang terkadang tidak seimbang.

Pengendalian persediaan

Manajemen memiliki dua fungsi dalam persediaan. Fungsi yang pertama adalah untuk membangun suatu sistem supaya jalannya alur item dalam persediaan dapat terjaga. Fungsi kedua adalah untuk membuat keputusan mengenai berapa banyak jumlah yang dipesan dan kapan diadakannya pesanan. Keputusan-keputusan tersebut dapat berjalan dengan baik apabila manajmen persediaan melakukan beberapa hal didalamnya, yaitu membuat suatu sistem untuk menjaga jalannya alur persediaan yang ada di tangan dan yang ada dalam pesanan, menyusun peramalan yang dapat dipercaya atas permntaan yang mencakup adanya indikasi kemungkinan kesalahan peramalan, melakukan estimasi atas biaya penanganan persediaan, dan melakukan pengklasifikasian item-item persediaan.[7]

Dua faktor utama yang perlu diperhatikan dalam manajemen persediaan, yaitu bagaiamana item persediaan diklasifikasikan dengan menggunakan metode analsis ABC, dan kedua adalah bagaimana pencatatan persediaan dapat akurat dan terpelihara. Analisis ABC merupakan metode analisis nilai persediaan yang membagi persediaan atas tiga klasifikasi atas dasar jumlah volume atau nilai rupiah yang tertanam.

Analisis ABC[sunting | sunting sumber]

Klasifikasi pada analisis ABC diperkenalkan oleh HF Dickie pada tahun 1950-an. Klasifikasi ABC merupakan aplikasi persediaan yang menggunakan prinsip pareto. Idenya adalah untuk memfokuskan pengendalian persediaan kepada item (jenis) persediaan yang bernilai tinggi (critical) ketimbang yang bernilai rendah (trivial). Dengan mengetahui pembagian klasifikasi tersebut, dapat diketahui item persediaan tertentu yang harus mendapat perhatian lebih serius dibanding item yang lain.

Pengukuran yang dilakukan dalam analisis ABC adalah nilai permintaan tahunan dari setiap item persediaan dikalikan dengan biaya perunitnya. Item-item dari kelas A adalah item yang nilai rupiah per tahunnya memiliki nilai-nilai yang tinggi. Item-item dalam kelas A merupakan 15% dari total item seluruh persediaan yang memiliki nilai rupiah mencapai 70 hingga 80% dari total nilai rupiah terhadap seluruh nilai penggunaan. Sementara kelas B mencakup 30% dari jumlah item persediaan yang besar nilai rupiahnya mencapai 15 hingga 25% dari seluruh total nilai persediaan. Sedangkan kelas C hanya mencapai 5% dari total nilai rupiah seluruh item persediaan pertahun dengan item persediaan mencapai 55% dari total item persediaan.

Sumber: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Persediaan
« First Previous page 273 of 274 Next Last »