Keinsinyuran

Indonesia Kekurangan 260.000 Insinyur, Kebanyakan Diisi Pekerja Asing

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 26 Februari 2022


Indonesia membutuhkan tambahan 260.000 insinyur. Saat ini, kebutuhan insinyur di Indonesia baru terpenuhi sekitar 30-40 persen dari total keseluruhan kebutuhan insinyur.

"Kita masih kurang banyak, Karena itu masih banyak insinyur-insinyur asing yang berkiprah di Indonesia,” ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Khalawi Abdul Hamid dalam rilis yang diterima Kompas.com, Minggu (11/4/2021).

Untuk itu, Khalawi mendorong Universitas Parahyangan (Unpar) dan kampus lainnya melakukan percepatan PPI (Program Profesi Insinyur).

Menurut dia, PPI merupakan suatu keharusan sebagaimana diamanahkan oleh UU Nomor 11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran. Hal itu dimaksudkan agar kompetensi lulusan sarjana keteknikan bisa laku di dalam negeri maupun secara global.

Khalawi mengambil contoh di Kementerian PUPR. Banyak hal yang bisa dilakukan bersama perguruan tinggi dalam penyediaan rumah untuk masyarakat.

"Kita masih banyak menghadapi tantangan, terutama masyarakat yang belum memiliki rumah kurang lebih 7,8 juta, menjadi pemikiran kita bersama khususnya untuk masyarakat berpenghasilan rendah," tutur Khalawi.

Sementara itu, Rektor Universitas Katolik Parahyangan Mangadar Situmorang mengatakan, Unpar memiliki PPI untuk menjawab kebutuhan Indonesia pada insinyur.

Sebab Indonesia masih dihadapkan pada tantangan pembangunan yang tentunya berkaitan dengan infrastruktur teknik maupun secara sosial dan ekonomi.

Keberlanjutan PPI tetap esensial, bukan sekadar meluluskan insinyur atau mengeluarkan banyak sertifikat, tetapi yang Unpar kejar para profesional yang punya hati, komitmen dan dedikasi.

Kini, program tersebut telah menghasilkan 78 wisudawan, termasuk Khalawi. Menurutnya, gelar profesi insinyur bukan sekadar bentuk pengukuhan, tetapi juga pengakuan atas kompetensi, komitmen, dan dedikasi di dunia keteknikan.

Sumber: kompas.com
 

Selengkapnya
Indonesia Kekurangan 260.000 Insinyur, Kebanyakan Diisi Pekerja Asing

Keinsinyuran

Menteri Basuki Minta Insinyur Indonesia Terlibat Bangun IKN Nusantara

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 26 Februari 2022


Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meminta Persatuan Insinyur Indonesia (PII) untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program-program pembangunan infrastruktur di Indonesia.  

PII diharapkan dapat berkontribusi dalam dukungan infrastruktur terutama Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.

Selain di antaranya persiapan Presidensi Indonesia dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali, dan penataan kawasan Mandalika.

“Kami mengapresiasi program Engineering 20 yang telah disiapkan PII untuk menyukseskan G20 di Bali. Selain itu, kami juga mengharapkan kontribusi PII dalam pembangunan IKN yang ditargetkan menjadi future city of Indonesia," kata Basuki dalam keterangannya, Rabu (26/01/2022). 

"Kita ingin pembangunan IKN ini dapat mencerminkan kecerdasan pembangunan infrastruktur Indonesia ke depan, sehingga pembangunan IKN ini harus dilakukan dengan kualitas yang terbaik menggunakan inovasi teknologi yang mutakhir,” lanjutnya.

Basuki menjelaskan pembangunan infrastruktur di Indonesia ditentukan oleh para insinyur. 

Karena itu, peran dan kompetensi para insinyur diharapkan dapat terus ditingkatkan terutama pada segi perencanaan dan pengawasan.

"Seiring dengan pembangunan infrastruktur di Indonesia, kualitas para insinyur Indonesia akan menentukan kualitas infrastruktur yang dihasilkan," tuturnya.  

Dalam upaya mempercepat pembangunan infrastruktur Indonesia, diperlukan dukungan inovasi teknologi dan peningkatan jumlah serta kualitas insinyur profesional agar pembangunan infrastruktur dapat berjalan lebih efektif dan efisien serta memiliki kualitas yang baik.

PII harus mampu mengembangkan suatu sistem untuk meningkatkan kualitas SDM di bidang perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pekerjaan serta mendorong inovasi teknologi bidang infrastruktur.

Ketua Umum PII Danis Hidayat Sumadilaga mengatakan PII mempunyai dua tugas utama yaitu mengembangkan kompetensi para anggota agar menciptakan para insinyur yang profesional serta memberikan kontribusi pemikiran atau ide yang bisa dikembangkan untuk mendukung pemerintah dalam memajukan bangsa dan negara.

PII berfokus pada peningkatan kualitas pendidikan sarjana teknik dan akreditasi program sarjana teknik, meningkatkan para sarjana teknik menjadi insinyur, mendukung upaya peningkatan kuantitas dan kualitas profesi insinyur melalui sertifikasi.

"Kemudian mendukung registrasi para insinyur melaksanakan praktek keinsinyuran, serta secara internasional mengembangkan mutual recognition insinyur Indonesia,” kata Danis.

Danis berharap dengan melalui program-program tersebut dan disertai dukungan dari Pemerintah, khususnya Kementerian PUPR, PII dapat berkembang sebagai partner pemerintah dalam mengembangkan pembangunan di Indonesia.

Sumber: kompas.com

Selengkapnya
Menteri Basuki Minta Insinyur Indonesia Terlibat Bangun IKN Nusantara

Keinsinyuran

Kongres Persatuan Insinyur Indonesia

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 26 Februari 2022


Bali kembali menjadi tuan rumah dari penyelenggaraan kegiatan nasional. Kali ini Kongres Persatuan Insinyur Indonesia - PII ke 22 tahun 2021, digelar di kawasan Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat  (17/12) pagi.

Dengan mengusung tema "Penguatan Insinyur Profesional menuju kepemimpinan Indonesia di Panggung Dunia",  sekitar 701 anggota PII yang mewakili 223 perwakilan cabang, dan 28 perwakilan badan kejuruan hadir dalam kegiatan ini.

Selain pemilihan Ketua PII baru, dalam kongres kali ini juga dibahas terkait dukungan menuju Konferensi Tingkat Tinggi (KT) G-20 yang akan dilaksanakan di Bali tahun 2022 mendatang. Ketua Umum PII 2021, Heru Dewanto mengaku akan mendukung keberhasilan KTT G-20, dengan melakukan penguatan insinyur profesional Indonesia hingga mencapai bonus insinyur, atau jumlah insinyur yang surplus atau melampaui kebutuhan.

Hal serupa juga dikatakan oleh Wakil Presiden Indonesia, Ma'ruf Amin yang berkesempatan membuka Kongres PIIi ke-22. Wapres mengatakan, jumlah insinyur Indonesia masih kalah jauh dengan negara yang lebih kecil dari Indonesia seperti Vietnam dan Korea Selatan. Pihaknya berharap Indonesia dapat menambah jumlah insinyur berkompeten, yang dapat merumuskan rencana rekomendasi kebijakan dan rencana aksi berkaitan pembangunan nasional, termasuk KTT G-20.

Dalam Kongres Persatuan Insinyur Indonesia - PII ke 22 tahun 2021, juga dilaksanakan penyerahan Outstanding Lifetime Achievment kepada insinyur Indonesia yang menjadi bapak bangsa. Diantaranya Insinyur Soekarno, yang diwakili oleh Gubernur Bali, Wayan Koster , Insinyur Baharudin Jusuf Habibie yang diwakili oleh Ilham Habibi, dan Insinyur Raden Djuanda Karta Wijaya yang diwakili oleh Nurwati Djuanda. Kongres PII 2021 dilaksanakan pada 16 hingga 18 Desember 2021, dengan penerapan protokol kesehatan ketat.

Sumber Artikel: kompas.tv

Selengkapnya
Kongres Persatuan Insinyur Indonesia

Keinsinyuran

Mengenal Insinyur 5.0, Profesi Harapan Bangsa di Era Sekarang dan Masa Depan

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 26 Februari 2022


Program Studi Teknik Industri, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta DALAM suatu perbincangan santai pada awal Desember 2021, seorang teman bertanya kepada saya, “Bro, apa sih perbedaan industri 4.0 dengan industri 5.0? Kok orang-orang aktif sekali membahas soal ini? Bahkan, anakku yang lagi kuliah teknik bilang, dia ingin jadi insinyur 5.0 yang andal. Apa pula itu?” Pertanyaan itu menarik dan ternyata butuh waktu bagi saya untuk menjelaskannya. Nah, tulisan saya ini merupakan runutan penjelasan terkait pertanyaan yang dilontarkan teman saya itu.

Awal kelahiran insinyur 1.0 lewat ilmu mekanika

Membahas revolusi industri memang tidak akan pernah ada habisnya, kecuali istilah “industri” tidak digunakan lagi di muka bumi. Revolusi industri dimulai ketika manusia merasa lelah dengan proses produksi yang bergerak lambat.

Berkat revolusi industri, produk yang tadinya dibuat dengan tangan menjadi lebih cepat dikerjakan melalui mesin, meskipun masih sederhana. Penemuan mesin-mesin sederhana itu pula mendorong banyak “insinyur” muda untuk menjadi peneliti dan penemu.

Akibat revolusi industri, perekonomian dunia bergeser dari ekonomi agraris yang mengandalkan tenaga kerja manusia 100 persen menjadi ekonomi industrial yang mengandalkan mesin dalam bekerja, bahkan untuk pekerjaan agraris. Pada masa ini, jika ingin terkenal dan menjadi bagian dari penemuan-penemuan baru, seseorang butuh menguasai ilmu Gambar Teknik, Fisika, dan Matematika. Gabungan ketiga ilmu itu saya sebut sebagai ilmu Mekanika.

Dengan kata lain, kelahiran insinyur 1.0 berkaitan dengan penguasaan ilmu mekanika. Kejadian ini berlangsung di Inggris sejak pertengahan 1700-an dan seterusnya. Pada masa itu, mesin-mesin mulai dikembangkan untuk mempercepat proses produksi sehingga mampu menghasilkan produk dalam skala yang lebih besar.

Hal tersebut kemudian menciptakan “factory system” dan menyebar ke Amerika Serikat (AS) pada 1830-1840. Era ini dipercaya sebagai cikal bakal kelahiran mechanical engineer dan keilmuan mechanical engineering.

Insinyur 2.0 dan Teknik Tenaga Listrik

Hiruk pikuk revolusi industri 1.0 terus berlangsung. Cara pembuatan baja, bahan kimia, dan listrik pun ditemukan sepanjang masa tersebut.

Hal itu membuat para pelaku industri tergerak untuk memproduksi bahan bakar yang lebih bertenaga (Freeman, 2018). Sekitar 1840 dan seterusnya, dengan penemuan listrik sebagai “energi baru”, manusia mampu bepergian dengan kereta api dan mobil.

Pelaku industri juga bisa membuat berbagai produk dengan jumlah lebih banyak dan cepat. Pada saat yang sama, ide dan berita menyebar melalui surat kabar, radio, dan telegraf. Hidup pun menjadi semakin cepat.

Revolusi industri 2.0 dimulai pada abad ke-19 melalui penemuan listrik dan produksi jalur perakitan. Perubahan ini bisa dilihat dari cara Henry Ford (1863-1947) memproduksi mobil secara massal.

Ia mengambil ide produksi massal mobil dari sebuah rumah jagal di Chicago, AS, yakni daging digantung di ban berjalan dan setiap tukang daging hanya melakukan tugas menyembelih hewan (Tapalaga, 2020). Henry menerapkan prinsip-prinsip ini ke dalam produksi mobil dan secara drastis mengubah kecepatan proses produksi.

Satu stasiun memproduksi suatu komponen. Kemudian, komponen lain diproduksi secara parsial di ban berjalan. Hal ini jauh lebih cepat dan membutuhkan biaya lebih rendah. Semua ini dapat berlangsung karena peran “teknik tenaga listrik”.

Para peneliti dan penemu mempelajari ilmu “teknik tenaga listrik” dengan lebih serius dan inilah keahlian sebagai ciri yang menjadikan mereka sebagai insinyur 2.0. Pada era ini, berbagai perguruan tinggi terkemuka di Eropa dan AS mengembangkan program studi Electrical Engineering (Taylor, 2021) serta menjadikannya salah satu bidang ilmu yang sangat elite dan didambakan pada era itu.

Penguasaan komputasi dan pemrograman ciptakan insinyur 3.0

Penemuan listrik membawa perubahan ekonomi secara mendasar. Kemampuan menciptakan listrik yang konsisten dan kontinu pun mendorong perkembangan teknologi komunikasi baru (Rifkin, 2011).

Ketersediaan listrik terbarukan mampu mendorong penemuan dan inovasi di bidang komputasi. Revolusi industri 3.0 dimulai pada 1970-an melalui otomatisasi parsial menggunakan kontrol dan komputer yang dapat diprogram melalui memori. Proses tersebut tentunya sangat tergantung dengan listrik.

Sejak pengenalan teknologi itu, seluruh proses produksi dapat diotomatisasi dengan bantuan minimal dari manusia. Pada era ini pula, robot-robot sederhana mulai dikembangkan. Robot ini diprogram dan dikendalikan melalui kabel dan jaringan.

Industri 4.0, insinyur, dan “digitalisasi manufaktur” buatannya

Industri 4.0 muncul sebagai kelanjutan industri 3.0. Fokus awal perubahan ini adalah pada sistem produksi di lantai pabrik.

Sistem produksi yang sudah memiliki teknologi komputer diperluas dengan koneksi jaringan dan memiliki “kembaran” digital di Internet. Internet pulalah yang menandakan perubahan signifikan dalam industri 3.0.

Keberadaan internet memungkinkan komunikasi antara suatu fasilitas dan fasilitas lain di berbagai tempat yang berbeda dapat berlangsung. Masing-masing fasilitas, misalkan mesin, dapat “membaca” data dan informasi dari mesin lainnya sehingga sinergi dapat berjalan.

Kemampuan melakukan sinergi antarfasilitas kemudian mendorong para insinyur untuk melakukan perubahan besar-besaran dalam sistem produksi. Lantai produksi di pabrik dikendalikan secara “cyber”. Sistem produksi ini dikenal sebagai “smart factory” atau “digital manufacturing” (Sunardi & Saputra, 2016).

Contoh “smart” adalah ketika suatu mesin dapat memprediksi kegagalan dan memicu pemeliharaan mesin secara mandiri. Contoh lainnya, sistem logistik yang dapat menyesuaikan jadwal pick-up sebagai reaksi atas perubahan tak terduga dalam lantai produksi.

Revolusi industri 4.0 memiliki kekuatan untuk mengubah cara orang bekerja. Industri 4.0 dapat menarik individu ke dalam jaringan yang lebih cerdas dengan potensi kerja yang lebih efisien.

Digitalisasi lingkungan manufaktur memungkinkan metode yang lebih fleksibel untuk mendapatkan informasi yang tepat, kepada orang yang tepat, dan pada waktu yang tepat pula. Peningkatan penggunaan perangkat digital di dalam dan di luar pabrik memungkinkan para insinyur memperoleh dokumentasi peralatan serta riwayat perawatan mesin secara lebih tepat waktu dan pada lokasi penggunaan yang juga tepat.

Para Insinyur dapat memecahkan masalah dengan lebih cepat dan tidak membuang waktu untuk mencari sumber informasi teknis yang mereka butuhkan. Pasalnya, semua informasi sudah tercatat dan terdokumentasi secara otomatis menggunakan teknologi cloud.

Singkatnya, industri 4.0 telah mengubah kebutuhan akan insinyur di berbagai belahan dunia dan jenis industri. Insinyur tidak hanya dituntut menguasai kemampuan teknis keilmuan dasarnya, tetapi juga mampu bekerja kolaboratif dan menguasai teknologi informasi.

Menjadi Insinyur 5.0 untuk saat ini dan Masa Depan

Ketika Indonesia sedang berjuang untuk beradaptasi dengan industri 4.0, Jepang sedang mempersiapkan diri memasuki Society 5.0. Adapun Society 5.0 dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang hidup nyaman karena semua kebutuhan akan produk dan jasa dapat disediakan sesuai jumlah yang diinginkan pada saat diperlukan. Hal tersebut bisa dimungkinkan berkat bantuan teknologi digital, khususnya big data, internet of things (IoT), dan artificial intelligence (AI).

Cara kerjanya seperti berikut. Data terkait seluruh masyarakat yang berjumlah begitu besar (big data) beserta rekaman aktivitasnya akan dikumpulkan oleh IoT. Data ini akan ditransformasikan menjadi suatu jenis kecerdasan baru, yakni AI, dan akan menjangkau setiap sudut masyarakat.

Inti dari Society 5.0 adalah menciptakan kondisi yang manusiawi, terutama saat seseorang memasuki masa pensiun dan harus hidup mandiri pada masa tuanya. Negara bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman, terutama yang berkaitan dengan layanan umum serta kesehatan. Untuk memenuhi hal itu, pengelolaan data masyarakat dan seluruh aktivitasnya harus dapat terekam, terolah, dan terdistribusi sesuai kebutuhan.

Sebagaimana dikutip dari laman Japan.go.jp, salah satu contoh visi Jepang dalam melayani masyarakatnya bisa dilihat dari penggunaan AI dan robot di fasilitas-fasilitas layanan kalangan lanjut usia (lansia). Dengan bantuan teknologi ini, mereka dapat terlayani sesuai kebutuhannya masing-masing.

Insinyur pada era Society 5.0 dihadapkan dengan tantangan baru. Mereka membutuhkan berbagai soft skill untuk bisa menjadi “pelayan” masyarakat yang efektif dan penuh empati. Kemampuan akan psikologi sosial, bahasa asing, dan service excellence akan menjadi pendamping wajib berbagai hard skill terkait matematika, fisika, dasar-dasar rekayasa, teknologi informasi, dan kecerdasan buatan.

Lantas, bagaimana dengan Indonesia? Saat menerima The AFEO Distinguished Honorary Patron Award di Jakarta pada 11 September 2019 yang kebetulan saya turut hadir, Presiden Joko Widodo pernah mengingatkan bahwa Indonesia perlu menata database para insinyur yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Database itu akan disinergikan dengan Pusat Manajemen Talenta yang dalam waktu dekat akan dibangun oleh pemerintah. Dengan demikian, pemerintah bersama Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dapat memonitor dan mengembangkan kompetensi setiap insinyur agar lebih berdaya guna bagi masyarakat.

Program Presiden tersebut jika ditelusuri merupakan visi beliau untuk menuju Society 5.0. Di era ini, peran insinyur akan sangat dominan.

Secara matematis, Indonesia baru memiliki 2.671 insinyur per 1 juta penduduk. Angka ini tergolong kecil jika dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lain. Mengutip pemberitaan Kompas.com, Malaysia memiliki 3.333 insinyur, Vietnam 9.037 insinyur, dan Korea Selatan 25.309 insinyur.

Peran penting insinyur dalam menyongsong Society 5.0 juga ditekankan Ketua Umum PII Heru Dewanto saat menjadi pembicara di webinar “Menjadi Insinyur Profesional Menuju Society 5.0”, Rabu (5/5/2021). Mengutip Kompas.com, Heru mengatakan bahwa keberhasilan dalam mengatasi masalah bumi tergantung pada insinyur. “Artinya, kita harus siap untuk menyelamatkan bumi. Kita, semua para insinyur, harus bisa mengatasi problem yang diciptakan (manusia) sendiri," ujar Heru.

Heru menambahkan bahwa dalam konsep Society 5.0, insinyur tidak hanya bertugas menghasilkan inovasi untuk memajukan peradaban. Insinyur juga harus merumuskan masyarakat dunia seperti apa yang diinginkan.

Menurutnya, tugas insinyur adalah menciptakan sesuatu yang sebelumnya belum ada. Dengan demikian, tugas insinyur atau pendidikan teknik ialah menghasilkan para kreator atau para pencipta berdasar pada ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mewujudkan masa depan yang lebih baik. “Inilah makna sesungguhnya dari Society 5.0,” kata Heru.

Insinyur 5.0 berperan menjadi penggerak kehidupan sosial masyarakat melalui kreativitas tanpa batas yang tentunya harus sesuai dengan tatanan nilai dan norma dalam masyarakat. Dengan kata lain, kebutuhan akan insinyur bakal terus bertambah. Namun, kesadaran akan peran penting insinyur belum menyentuh “hati” dan “logika” seluruh masyarakat sehingga animo untuk menempuh pendidikan teknik terbilang landai.

Sumber Artikel: kompas.com

Selengkapnya
Mengenal Insinyur 5.0, Profesi Harapan Bangsa di Era Sekarang dan Masa Depan

Keinsinyuran

Insinyur Perangkat Lunak

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 26 Februari 2022


Seorang insinyur perangkat lunak adalah orang yang menerapkan prinsip-prinsip rekayasa perangkat lunak untuk desain, pengembangan, pemeliharaan, pengujian, dan evaluasi dari perangkat lunak untuk membuat perangkat lunak komputer atau perangkat lain yang berisi perangkat lunak bekerja.

Sebelum pertengahan 1970-an, perangkat lunak praktisi menyebut diri mereka pemrogram komputer atau pengembang perangkat lunak, terlepas dari pekerjaan yang aktual. Banyak orang lebih memilih untuk menyebut diri mereka sebagai pengembang perangkat lunak dan pemrogram, karena banyak yang setuju dengan penyebutan istilah ini, sementara penyebutan insinyur perangkat lunak masih menjadi perdebatan.

Pendidikan

Setengah dari semua praktisi hari ini havedegrees dalam ilmu komputer, sistem informasi, atau teknologi informasi. Sejumlah kecil, namun tumbuh, jumlah praktisi memiliki gelar teknik perangkat lunak. Pada tahun 1987, Imperial College London memperkenalkan gelar sarjana teknik perangkat lunak tiga tahun pertama di Inggris dan dunia; Pada tahun berikutnya, Universitas Sheffield mendirikan sebuah program serupa. Pada tahun 1996, Institut Teknologi Rochester memulai program sarjana teknik perangkat lunak sarjana pertama di Amerika Serikat, namun ia tidak mendapatkan ABETaccreditation sampai tahun 2003, bersamaan dengan Rice University, Clarkson University, Milwaukee School of Engineering dan Mississippi State University memperoleh gelar mereka . Pada tahun 1997, PSG College of Technology di Coimbatore, India adalah orang pertama yang memulai gelar Master of Science lima tahun yang terintegrasi dalam Rekayasa Perangkat Lunak.

Sejak itulah, rekayasa perangkat lunak gelar sarjana telah didirikan di banyak universitas. Standar kurikulum internasional untuk program sarjana rekayasa perangkat lunak derajat baru-baru ini didefinisikan oleh CCSE. Hingga 2004 di AS, sekitar 50 perguruan tinggi menawarkan rekayasa perangkat lunak derajat, yang mengajar ilmu komputer dan rekayasa prinsip-prinsip dan praktek-praktek. Pertama rekayasa perangkat lunak Magister didirikan di Seattle University pada tahun 1979. Sejak itulah pascasarjana rekayasa perangkat lunak derajat telah dibuat tersedia dari banyak perguruan tinggi. Demikian juga di Kanada, Canadian Teknik Akreditasi (CEAB) dari Kanada Dewan Insinyur Profesional telah diakui beberapa rekayasa perangkat lunak program.

Pada tahun 1998, the US Naval Postgraduate School (NPS) didirikan pertama doktor program dalam Rekayasa perangkat Lunak di dunia. Selain itu, banyak online gelar dalam Rekayasa perangkat Lunak telah muncul seperti Master of Science dalam Rekayasa perangkat Lunak (MSE) gelar yang ditawarkan melalui Ilmu Komputer dan Jurusan Teknik di California State University, Fullerton. Steve McConnell berpendapat bahwa karena sebagian besar perguruan tinggi yang mengajarkan ilmu komputer bukan rekayasa perangkat lunak, ada kekurangan sejati insinyur perangkat lunak. ETS Universitas dan UQAM (Université du Québec à Montréal) yang diamanatkan oleh IEEE untuk mengembangkan Software Engineering Body of Knowledge (SWEBOK), yang telah menjadi standar ISO menggambarkan tubuh pengetahuan yang dicakup oleh seorang insinyur perangkat lunak.

Derajat Lainnya

Dalam bisnis, beberapa praktisi rekayasa perangkat lunak memiliki SIM atau sistem informasi komputer derajat. Dalam sistem embedded, beberapa teknik listrik, teknik elektronika, ilmu komputer dengan penekanan pada "embedded system" atau teknik komputer derajat, karena perangkat lunak tertanam sering memerlukan pemahaman rinci tentang perangkat keras. Dalam perangkat lunak medis, praktisi mungkin telah informatika medis, medis umum, atau biologi derajat.

Beberapa praktisi matematika, sains, teknik, atau teknologi (BATANG) derajat. Beberapa filsafat (logika secara khusus) atau non-teknis derajat. Misalnya, Barry Boehm meraih gelar dalam matematika. Dan, orang lain tidak memiliki derajat.

Profesi

Kerja

Kebanyakan insinyur perangkat lunak yang bekerja sebagai karyawan atau kontraktor. Insinyur perangkat lunak yang bekerja dengan bisnis, instansi pemerintah (sipil atau militer), dan organisasi non-profit. Beberapa insinyur perangkat lunak yang bekerja pada mereka sendiri sebagai konsultan insinyur perangkat lunak. Beberapa organisasi memiliki spesialis untuk melakukan semua tugas-tugas dalam proses pengembangan perangkat lunak. Organisasi-organisasi lain yang terpisah insinyur perangkat lunak yang didasarkan pada perangkat lunak tertentu-tugas-tugas rekayasa. Perusahaan-perusahaan ini kadang-kadang sewa magang (mungkin universitas atau mahasiswa) selama waktu yang singkat. Dalam proyek-proyek besar, insinyur perangkat lunak dibedakan dari orang-orang yang mengkhususkan diri dalam hanya satu peran karena mereka mengambil bagian dalam desain serta pemrograman proyek. Dalam proyek-proyek kecil, insinyur perangkat lunak biasanya akan mengisi beberapa atau semua peran pada waktu yang sama. Spesialisasi meliputi:

di industri (analis, arsitek, pengembang, penguji, dukungan teknis, manajer)
di kalangan akademisi (pendidik, peneliti)
Ada perdebatan masa depan atau prospek kerja bagi Insinyur perangkat Lunak dan lain-lain ITU Profesional. Sebagai contoh, sebuah online pasar berjangka yang disebut masa Depan ITU Pekerjaan di Amerika berusaha untuk menjawab apakah akan ada lebih banyak HAL pekerjaan, termasuk insinyur perangkat lunak, pada tahun 2012 dari yang ada pada tahun 2002. Mungkin peluang untuk kemajuan dapat sebagai Insinyur perangkat Lunak, maka untuk Senior Software Engineer, atau langsung ke Senior Software Engineer, tergantung pada keterampilan dan reputasi. Jasa ada yang mencoba untuk lebih baik dalam mengukur kemampuan coding dari seorang insinyur, mengingat tidak semua insinyur kemajuan kemampuan mereka pada tingkat yang sama, dan untuk membuatnya lebih mudah untuk kedua majikan dan karyawan untuk menemukan pertandingan yang baik dalam hal pekerjaan.

Pengembang perangkat lunak yang bekerja di akademisi di INGGRIS telah didirikan dan dibina konsep "Research Software Engineer" (RSE).

Pekerjaan

Pekerjaan ini adalah berbasis kantor, dan sebagian besar pekerjaan dilakukan selama jam kerja normal, tapi kadang-kadang dapat menyebabkan bekerja dan bekerja sampai larut malam atau selama akhir pekan, tergantung di mana dan ketika klien berada. Pekerjaan juga dapat dilakukan di rumah atau di mana saja di komputer yang ditetapkan. Beberapa profil tinggi perusahaan telah mendorong insinyur perangkat lunak untuk bekerja selama berjam-jam; Apple's Steve Jobs mendirikan sebuah budaya di mana insinyur tidak akan pernah mengambil hari libur dan bekerja sepanjang akhir pekan, namun mencintai apa yang mereka lakukan.

Dampak Globalisasi

Sebagian besar siswa dalam mengembangkan dunia harus dihindari derajat yang berkaitan dengan rekayasa perangkat lunak karena takut outsourcing lepas pantai (mengimpor produk-produk perangkat lunak atau jasa dari negara lain) dan yang mengungsi oleh asing visa pekerja. Meskipun statistik pemerintah saat ini tidak menunjukkan ancaman untuk rekayasa perangkat lunak itu sendiri; yang berkaitan dengan karier, pemrograman komputer tidak muncul untuk telah terpengaruh. Sering salah satu yang diharapkan untuk mulai keluar sebagai programmer komputer sebelum dipromosikan menjadi insinyur perangkat lunak. Dengan demikian, jalur karier untuk rekayasa perangkat lunak mungkin kasar, terutama selama resesi.

Beberapa konselor karier menyarankan mahasiswa juga fokus pada "keterampilan" dan keterampilan bisnis bukan semata-mata kemampuan teknis karena seperti "soft skill" yang diduga lebih sulit untuk lepas pantai. Wajar perintah di atas membaca, menulis & berbicara bahasa inggris diminta oleh sebagian besar pengusaha. ini adalah kuasi-aspek manajemen rekayasa perangkat lunak yang muncul untuk menjadi apa yang telah disimpan dari yang dipengaruhi oleh globalisasi.

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Insinyur Perangkat Lunak

Keinsinyuran

Teknik Kimia

Dipublikasikan oleh Muhammad Farhan Fadhil pada 26 Februari 2022


Teknik kimia (Inggris: chemical engineering) adalah cabang ilmu teknik atau rekayasa yang mempelajari pemrosesan bahan mentah menjadi barang yang lebih berguna, dapat berupa barang jadi ataupun barang setengah jadi. Ilmu teknik kimia diaplikasikan terutama dalam perancangan dan pemeliharaan proses-proses kimia, baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar seperti pabrik. Insinyur teknik kimia yang pekerjaannya bertanggung jawab terhadap perancangan dan perawatan proses kimia pada skala pabrik dikenal dengan sebutan "insinyur proses" (process engineer). Selain itu, insinyur teknik kimia modern juga melakukan penelitian yang bertujuan untuk menemukan material-material dan teknik-teknik baru, yang kadang-kadang juga berhubungan dengan berbagai disiplin ilmu lainnya, seperti nanoteknologi, sel bahan bakar, dan teknik biomedis. Pada teknik kimia, ada 2 subgrup besar yang di antaranya: 1) mendesain, membangun, dan mengoperasikan pembangkit/pabrik dan proses-proses kimia di dalamnya dan 2) mengembangkan substansi baru atau pengembangan dari substansi sebelumnya pada berbagai produk yang rentangnya mulai dari makanan dan minuman sampai kosmetik, pembersih, dan obat-obatan.

Sejarah

Teknik kimia pertama kali muncul pada pengembangan unit operasi, salah satu konsep dasar dari teknik kimia modern sekarang. Sebagian besar penulis setuju bahwa Davis menemukan unit operasi namun tidak dikembangkan secara pesat. Ia memberikan serangkaian kuliah tentang unit operasi di Technical School Manchester (Universitas Manchester hari ini) pada tahun 1887, Ia dianggap sebagai salah satu yang paling awal mengajarkan teknik kimia. Tiga tahun sebelum kuliah Davis, Henry Edward Armstrong mengajarkan program teknik kimia di City and Guilds of London Institute, tetapi Armstrong "gagal" karena lulusannya tidak menarik bagi pengusaha. Pengusaha pada waktu itu lebih suka menyewa ahli kimia dan insinyur mekanik. Program teknik kimia yang ditawarkan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat, Universitas Owen di Manchester, Inggris dan University College London juga mengalami kegagalan dengan alasan yang sama.

Mulai tahun 1888, Lewis M. Norton mengajar di MIT kursus teknik kimia pertama di Amerika Serikat. Tentu saja Norton adalah kontemporer dan pada dasarnya apa yang diajarkannya sama dengan kursus Armstrong. Kedua kursus, bagaimanapun, hanya menggabungkan pelajaran kimia dan mesin. "Para praktisi mengalami kesulitan meyakinkan pengusaha bahwa mereka adalah insinyur dan juga ahli kimia, bahwa mereka tidak hanya ahli kimia." Kursus unit operasi diperkenalkan William Hultz Walker pada tahun 1905. Pada awal tahun 1920-an, unit operasi menjadi aspek penting dari teknik kimia di MIT dan universitas lain di AS, serta di Imperial College London. The American Institute of Chemical Engineers (AIChE), yang didirikan pada tahun 1908, memainkan peran kunci dalam membuat teknik kimia dianggap sebagai ilmu mandiri, dan bahwa unit operasi menjadi salah satu pusat penting di dalam teknik kimia. Misalnya, mendefinisikan teknik kimia menjadi "ilmu teknik kimia itu sendiri, pada dasarnya ... unit operasi" dalam laporan 1922, telah menerbitkan daftar lembaga akademik yang menawarkan program studi teknik kimia "yang benar". Sementara itu, Inggris pun mempromosikan teknik kimia sebagai ilmu yang berbeda di Eropa dan mulai membentuk Lembaga Insinyur Teknik Kimia (IChemE) pada tahun 1922.

Konsep Baru dan Inovasi

Pada tahun 1940-an, menjadi jelas bahwa unit operasi saja tidak cukup dalam merancang reaktor kimia. Sementara dominasi unit operasi dalam kursus teknik kimia di Inggris dan Amerika Serikat terus berlanjut sampai tahun 1960-an, fenomena perpindahan mulai mengalami fokus yang lebih besar. Seiring dengan konsep baru lainnya, sistem proses seperti rekayasa, "paradigma kedua teknik kimia" mulai didefinisikan. Fenomena perpindahan memberikan pendekatan analitis untuk teknik kimia, sementara sistem proses difokuskan pada unsur-unsur sintetis, seperti sistem kontrol dan desain proses. Perkembangan teknik kimia sebelum dan sesudah Perang Dunia II dipicu terutama oleh industri petrokimia, tetapi kemajuan dalam bidang lain juga dibuat. Kemajuan dalam rekayasa biokimia terjadi pada tahun 1940-an, misalnya, menemukan aplikasi dalam industri farmasi, dan memungkinkan untuk produksi massal dari berbagai antibiotik, termasuk penisilin dan streptomisin. Sementara itu, kemajuan dalam ilmu polimer dimulai pada tahun 1950-an yang akhirnya menuju "era plastik".

Kemajuan Terkini

Kemajuan dalam ilmu komputer memungkinkan aplikasi untuk merancang dan mengelola pabrik, menyederhanakan perhitungan dan gambar-gambar yang sebelumnya harus dilakukan secara manual. Penyelesaian Proyek Genom Manusia juga dilihat sebagai perkembangan utama, tidak hanya teknik kimia tetapi juga rekayasa genetika dan genomik juga.

Penjelasan Umum

Teknik kimia selalu menitikberatkan pekerjaannya untuk menghasilkan proses yang ekonomis. Untuk mencapai tujuan ini, seorang insinyur teknik kimia dapat menyederhanakan atau memperumit aliran proses produksi untuk memperoleh proses yang ekonomis. Selain melalui perancangan aliran proses produksi, seorang insinyur teknik kimia juga dapat menghasilkan proses yang ekonomis dengan merancang kondisi operasi. Beberapa reaksi kimia memiliki laju reaksi yang lebih tinggi pada tekanan atau temperatur operasi yang lebih tinggi. Proses produksi amonia adalah contoh dari pemanfaatan tekanan tinggi. Agar laju pembentukan amonia cepat, reaksi dilangsungkan dalam suatu reaktor bertekanan tinggi.

Proses-proses kimia berlangsung dalam peralatan proses. Peralatan proses umumnya merupakan satu unit operasi. Unit-unit operasi kemudian dirangkaikan untuk melakukan berbagai kebutuhan dari sintesis kimia ataupun dari proses pemisahan. Pada beberapa unit operasi, peristiwa sintesis kimia dan proses pemisahan berlangsung secara bersamaan. Penggabungan dari keduanya ini bisa dilihat dari proses distilasi reaktif.

Ilmu-ilmu yang menjadi dasar dalam teknik kimia, antara lain adalah:

  • Neraca massa
  • Neraca energi
  • Peristiwa perpindahan massa, energi, momentum
  • Reaksi kimia
  • Termokimia
  • Termodinamika

Terdapat pula ilmu-ilmu pendukung yang teknik kimia, antara lain:

  • Mekanika fluida
  • Ilmu tentang material

Selain ilmu dasar dan ilmu pendukung, terdapat pula kemampuan-kemampuan dan pengetahuan-pengetahuan aplikatif yang perlu dikuasai oleh seorang insinyur teknik kimia, antara lain:

  • Pengendalian proses kimia
  • Instrumentasi
  • Perancangan proses kimia
  • Penanganan limbah pabrik
  • Prosedur keselamatan pabrik kimia
  • Evaluasi ekonomi pabrik kimia
  • Manajemen proyek

Teknik Kimia Modern

Pada masa sekarang ini, teknik kimia terlibat dalam proses pengembangan dan proses produksi produk yang sangat beragam. Produk-produk ini meliputi material berunjuk kerja tinggi untuk keperluan antariksa, otomotif, biomedis, elektronik, lingkungan, dan militer. Contoh produk yang dihasilkan adalah serat yang sangat kuat, bahan tekstil, pelekat, material komposit untuk kendaraan, material yang aman digunakan untuk implan, dan obat-obatan.

Sumber Artikel: id.wikipedia.org

Selengkapnya
Teknik Kimia
« First Previous page 266 of 274 Next Last »